fbpx

Fibrosis Hati

Fibrosis hati adalah kondisi terbentuknya jaringan parut di liver. Jaringan parut ini terbentuk sebagai salah satu respons penyembuhan luka dari organ liver yang mengalami peradangan.

Bisa dibilang, fibrosis adalah tahap awal penyakit liver. Karena masih tahap awal, beberapa kasus fibrosis dapat sembuh, meski demikian beberapa di antaranya hanya bisa dicegah agar tidak semakin buruk.

Apa Itu Fibrosis Hati?

Fibrosis hati adalah jaringan parut yang terbentuk di hati. Saat seseorang mengalami penyakit liver, jaringan di hati menjadi meradang dan mengalami kerusakan. 

Normalnya, tubuh, termasuk hati, memiliki mekanisme untuk memulihkan dirinya. Saat hati mengalami peradangan secara terus-menerus, seperti hepatitis kronis, tubuh akan terus mengirimkan sinyal untuk memperbaiki sel-sel di hati dengan membentuk kolagen.

Dalam jumlah yang tepat, kolagen bisa membantu memulihkan jaringan liver yang rusak. Akan tetapi, jika peradangan terus terjadi, sinyal yang memerintahkan untuk memproduksi kolagen terus terjadi dan terjadilah penumpukan kolagen di hati. Hal itulah yang menciptakan fibrosis pada hati.

Munculnya jaringan parut pada hati ini dapat menghambat aliran darah sehingga memengaruhi fungsi hati secara normal.

Perbedaan Fibrosis dan Sirosis Hati

Fibrosis dan sirosis hati adalah kondisi ketika muncul jaringan parut pada liver. Keduanya sama-sama disebabkan oleh kerusakan hati.

Meski demikian, keduanya berbeda. Fibrosis adalah jaringan parut yang terbentuk pada hati. Apabila jaringan parut terus muncul, semakin meluas, dan tak bisa lagi disembuhkan, kondisi ini menyebabkan sirosis hati. Dengan kata lain, sirosis hati terjadi ketika fibrosis yang terjadi semakin meluas dan berat.

Stadium Fibrosis Hati

Fibrosis hati adalah tahap awal dari kerusakan hati. Tergantung tingkat keparahannya, kondisi ini bisa disembuhkan atau bisa juga bersifat permanen. Stadium fibrosis hati ditentukan dari dua hal, yakni peradangan yang terjadi (aktivitas) dan kerusakan. Penentuan dengan dua faktor tersebut dengan metode METAVIR.

Derajat peradangan (aktivitas) memiliki nilai antara A0 sampai A3, yaitu:

  • A0: tidak ada aktivitas peradangan
  • A1: terdapat aktivitas peradangan ringan
  • A2: terjadi peradangan dalam tingkat sedang
  • A3: terjadi aktivitas peradangan berat

Sementara itu, untuk derajat kerusakan hati atau seberapa luas fibrosis terbentuk digambarkan dengan nilai F0 sampai F4, yaitu:

  • F0: tidak terdapat fibrosis
  • F1: fibrosis di vena porta, tapi tidak terbentuk septa (jaringan fibrosis memanjang yang memisahkan bagian hati)
  • F2: fibrosis di vena porta dengan sedikit septa
  • F3: banyak septa tanpa sirosis
  • F4: sirosis

Gejala Fibrosis Hati

Fibrosis sendiri tidak menimbulkan gejala. Namun, seiring fibrosis berkembang, sirosis juga mungkin terjadi. Sirosis dapat menimbalkan komplikasi yang menyebabkan gejala. Dengan kata lain, gejala fibrosis hati umumnya tidak akan muncul sampai kondisinya menjadi buruk dan masuk ke tahap akhir penyakit hati.

Beberapa gejala yang mungkin muncul, antara lain:

  • Kehilangan nafsu makan
  • Penumpukan cairan di kaki atau perut
  • Penurunan berat badan tanpa sebab
  • Penyakit kuning (jaundice)
  • Mual
  • Sakit perut atas bagian kanan
  • Warna urine pekat
  • Mudah memar
  • Kulit gatal

Penyebab Fibrosis Liver

Segala kondisi yang dapat menyebabkan hati mengalami peradangan jangka panjang bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut di hati. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut, antara lain:

  • Fatty liver (perlemakan hati)
  • Hepatitis autoimun
  • Konsumsi alkohol berlebihan
  • Kelebihan zat besi
  • Hepatitis B dan C

Diagnosis 

Untuk dapat mendiagnosis fibrosis liver, dokter akan terlebih dulu mencari tahu penyebab Anda mengalami fibrosis. Artinya, dokter akan mencari tahu apa yang membuat hati Anda meradang dalam jangka panjang sehingga terbentuk jaringan parut, misalnya hepatitis atau fatty liver.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu, beberapa pemeriksaan penunjang lain yang mungkin juga dianjurkan, antara lain:

Sirosis Hati

Sirosis adalah kerusakan hati permanen akibat munculnya jaringan luka. Ketika jaringan luka atau parut banyak terbentuk, hal ini dapat memengaruhi fungsi hati. Sayangnya, kerusakan hati yang muncul akibat terbentuknya jaringan parut ini tidak dapat disembuhkan.

Meski demikian, dengan melakukan deteksi dini, Anda masih bisa mencegah agar kerusakannya tidak semakin memburuk, apalagi sampai menimbulkan komplikasi.

Pengertian Sirosis Hati

Sirosis hati adalah kondisi munculnya jaringan parut di liver dan menyebabkan kerusakan permanen. Pada awalnya, jaringan parut yang terbentuk mungkin hanya sedikit. Namun, tanpa pengobatan yang tepat, jaringan parut lama-lama akan menyebar, menggantikan sel-sel sehat, hingga akhirnya hati gagal berfungsi dengan benar.

Normalnya, setiap kali jaringan hati terluka, organ ini akan memulihkan dirinya sendiri. Namun, dalam proses pemulihan itulah jaringan parut dapat terbentuk. 

Ada berbagai hal yang menyebabkan liver Anda luka dan membentuk jaringan parut. Infeksi, seperti hepatitis, ataupun konsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terbentuknya jaringan parut dan sirosis hari.

Jaringan parut yang terbentuk di hati umumnya tidak dapat kembali seperti semula. Sirosis berat adalah tahap akhir dari penyakit liver.

Penanganan sejak dini dapat membantu mencegah sirosis berubah menjadi gagal hati.

Gejala Sirosis Hati

Kebanyakan orang tidak menyadari dirinya memiliki sirosis hati sampai akhirnya kerusakannya menjadi lebih berat.

Apabila gejala sirosis muncul di awal perkembangan penyakit, gejalanya cenderung serupa dengan masalah pencernaan lain, sehingga banyak orang mengabaikannya.

Beberapa gejala awal sirosis hati yang mungkin muncul, antara lain:

  • Mual atau kehilangan nafsu makan
  • Kelelahan ekstrem
  • Rasa tidak enak badan
  • Sakit perut bagian atas (khususnya di sebelah kanan)
  • Kemerahan pada telapak tangan

Gejala yang Anda alami dapat semakin memburuk jika sirosis tidak ditangani dengan baik. Saat kerusakan hati semakin berat, gejala yang mungkin Anda rasakan, antara lain:

  • Kulit dan area mata menjadi kuning (jaundice)
  • Kulit gatal
  • Urine berwarna pekat dan feses berwarna pucat seperti dempul
  • Sulit mencerna lemak (mudah mual)
  • Benjolan kekuningan di kulit atau lipatan mata
  • Penurunan berat badan tanpa sebab
  • Gerakan otot yang tidak bisa dikontrol, seperti tremor atau kedutan
  • Siklus menstruasi terganggu
  • Pembengkakan di area perut (asites)
  • Pembengkakan di kaki, tangan, atau wajah (edema)
  • Mudah berdarah dan memar
  • Urine sedikit
  • Sesak napas
  • Darah pada feses atau saat muntah

Penyebab Sirosis Hati

Peradangan yang terjadi terus-menerus pada hati (kronis) bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut yang mengakibatkan sirosis.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada hati, antara lain:

  • Penyalahgunaan alkohol dalam jangka panjang
  • Sedang mengalami infeksi hepatitis B, C, atau D
  • Fatty liver (perlemakan hati)
  • Penumpukan zat besi dalam tubuh (hemokromatosis)
  • Hepatitis autoimun
  • Infeksi saluran empedu
  • Penyakit Wilson, yakni penumpukan copper (tembaga) di hati
  • Fibrosis
  • Atresia bilier
  • Kekurangan alpha-1 antitrypsin
  • Obat-obatan tertentu

Faktor Risiko

Terdapat beberapa kelompok orang yang lebih berisiko mengalami sirosis hati, yaitu:

  • Memiliki riwayat konsumsi alkohol berlebihan
  • Mengalami obesitas atau kelebihan berat badan
  • Punya diabetes tipe 2
  • Berusia di atas 40 tahun
  • Pernah mengalami hepatitis

Mempunya faktor risiko di atas tidak berarti Anda pasti akan mengalami sirosis hati. Akan tetapi, risiko Anda bisa jadi lebih besar dibandingkan mereka yang tidak memiliki kondisi kesehatan di atas.

Komplikasi

Komplikasi sirosis hati dapat berupa:

  • Hipertensi porta, yakni tekanan darah yang tinggi pada pembuluh darah menuju liver
  • Kebocoran cairan dari pembuluh darah yang menyebabkan kaki dan perut membengkak (edema)
  • Pembengkakan limpa
  • Penumpukan racun di otak
  • Penurunan daya tahan tubuh
  • Malnutrisi
  • Infeksi
  • Penyakit tulang, meningkatkan risiko patah tulang
  • Gagal hati
  • Kanker hati

Diagnosis

Untuk mendiagnosis sirosis hati, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dulu. Selain itu, dokter juga akan merekomendasikan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Tes darah, meliputi pemeriksaan darah lengkap, tes fungsi hati, tes SGOT SGPT, tes hepatitis, ataupun tes untuk mendeteksi autoimun.
  • Tes pencitraan, seperti USG abdomen, MRI, CT scan, dan elastografi
  • Biopsi liver

Dari hasil pemeriksaan di atas, dokter bukan hanya mengetahui apakah Anda memiliki sirosis hati atau tidak, tapi juga tingkat keparahannya.

Cholangitis

Cholangitis adalah infeksi atau pembengkakan dan peradangan yang terjadi pada saluran empedu. Saluran empedu adalah saluran yang bertugas untuk mengalirkan cairan empedu dari hati menuju kantung empedu dan usus kecil.

Empedu bertugas dalam proses pencernaan, khususnya mencerna lemak. Selain itu, cairan empedu juga berguna membawa zat limbah keluar dari tubuh lewat usus besar. Apa yang jadi penyebab cholangitis?

Penyebab Cholangitis

Terdapat dua jenis cholangitis yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya. Jenis cholangitis, yaitu:

  • Cholangitis akut
  • Cholangitis kronis

Cholangitis akut paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Jenis infeksi saluran empedu ini juga lebih sering terjadi daripada yang bersifat kronis.

Infeksi bakteri yang menyebabkan cholangitis dapat terjadi ketika saluran empedu tersumbat, bisa oleh batu empedu ataupun tumor. Selain itu, beberapa hal lainnya yang dapat menyebabkan saluran empedu tersumbat, antara lain:

  • Gumpalan atau bekuan darah
  • Penyempitan saluran empedu pascaoperasi
  • Pembengkakan pankreas
  • Peradangan pada liver (hepatitis)
  • Infeksi parasit
  • Trauma yang terjadi di area perut

Jika tak ditangani dengan baik, infeksi pada saluran empedu ini bisa menyebar ke hati dan aliran darah.

Sementara itu, cholangitis kronis biasanya disebabkan oleh penyakit atau peradangan kronis, seperti penyakit autoimun. Cholangitis autoimun dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan liver yang berdampak pada penurunan fungsi hati. Kondisi ini bisa berujung pada gagal hati.

Gejala Cholangitis

Apabila mengalami cholangitis kronis, Anda mungkin tidak akan menyadari gejalanya pada tahap-tahap awal. Mereka yang mengalami cholangitis kronis biasanya baru tahu kondisinya ketika kondisinya sudah lebih buruk dan menyebabkan beberapa gejala penyakit hati. Penyakit kuning atau jaundice adalah salah satunya.

Berbeda dengan tipe kronis, cholangitis akut biasanya punya ciri yang cukup menonjol dan muncul secara tiba-tiba. Berikut ini adalah beberapa gejala cholangitis akut:

  • Sakit perut bagian atas sebelah kanan yang menjalar ke belikat atau punggung
  • Rasa sakit yang tajam ataupun tumpul yang hilang timbul
  • Demam
  • Penyakit kuning (jaundice)
  • Kulit gatal tanpa ruam
  • Pembengkakan hati
  • Mual dan muntah
  • Kehilangan nafsu makan
  • Warna feses pucat seperti dempul
  • Warna urine pekat
  • Tekanan darah rendah

Cholangitis kronis bisa merasakan semua gejala di atas. Namun, ada pula beberapa gejala tambahan, seperti:

  • Pembengkakan perut, kaki, dan pergelangan kaki
  • Muncul benjolan lemak di bawah kulit
  • Pembesaran pembuluh darah vena yang terlihat di area perut
  • Diare

Diagnosis

Selain melakukan pemeriksaan fisik, untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Pemeriksaan darah lengkap
  • Tes fungsi hati
  • Tes kultur darah
  • USG abdomen
  • CT scan
  • Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
  • Percutaneous Transhepatic Cholangiography (PTCA)
  • Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP)

Disleksia

Disleksia adalah gangguan belajar yang membuat seseorang kesulitan memproses bahasa yang tertulis, seperti mengeja, menulis, dan membaca. Hal ini terjadi akibat adanya gangguan pada otak dalam memproses bahasa tertulis.

Kondisi ini paling sering diketahui saat anak masuk usia sekolah dan mulai belajar baca tulis. Meski demikian, kondisi ini sangat bisa ditangani dan tidak memengaruhi kecerdasan anak.

Apa itu Disleksia? 

Disleksia adalah salah satu kondisi yang termasuk ke dalam gangguan belajar. Secara spesifik, disleksia mengacu pada anak yang mengalami kesulitan dalam membaca. Hal ini terjadi karena ada perbedaan cara otak dalam memproses bahasa yang diucapkan dan mengubahnya ke dalam bentuk tulisan.

Itu sebabnya, disleksia biasanya terdeteksi ketika anak masuk usia sekolah atau saat anak mulai belajar membaca.

Kondisi ini tidak bisa disembuhkan. Namun, dengan dukungan emosional dan metode pembelajaran yang tepat, anak yang mengalami disleksia akan dapat membaca dan menulis seperti anak lain kebanyakan.

Gejala Disleksia

Gejala utama disleksia adalah anak yang umumnya kesulitan membaca dan merangkai kata dari tulisan yang dilihatnya.

Berikut ini adalah tanda anak Anda mungkin mengalami disleksia:

  • Kesulitan mengenali huruf atau kata-kata
  • Lambat dalam membaca karena kesulitan mengenali huruf dan kata-kata
  • Kesulitan membentuk kalimat yang kompleks untuk berkomunikasi
  • Sulit memahami dan mengingat sebuah kata atau informasi tertulis, tapi dapat memahami jika diberi tahu secara langsung
  • Kebingungan dalam memahami urutan huruf dalam kata-kata
  • Memiliki ejaan yang buruk dan tidak konsisten
  • Kesulitan mengenali huruf yang punya kemiripan bentuk dan suara, seperti ‘b’ dan ‘d’

Tanda di atas umumnya muncul ketika anak mulai masuk usia sekolah dan belajar membaca. Namun, ada beberapa gejala lain yang bisa Anda waspadai untuk mengenali disleksia pada anak yang belum sekolah, sepetri:

  • Terlambat berbicara
  • Pertambahan kosakata lambat
  • Kesulitan membentuk kata dengan benar, seperti pengucapan yang terbalik
  • Kesulitan mengenali huruf, angka, dan warna
  • Kesulitan mengenali rima

Penyebab Disleksia

Belum diketahui penyebab pasti disleksia. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang anak mengalami disleksia, yaitu::

  • Genetik. Disleksia umum terjadi pada anak yang memiliki riwayat disleksia dalam anggota keluarganya.
  • Perbedaan perkembangan dan fungsi otak. Sebuah studi menunjukkan anak yang mengalami disleksia memiliki perkembangan struktur, fungsi, dan kimia otak yang berbeda.
  • Gangguan perkembangan otak janin. Perkembangan otak yang terganggu saat bayi di dalam kandungan dapat menyebabkan perubahan fungsi dan struktur otak. Ini dapat terjadi karena infeksi atau paparan racun.
  • Lingkungan. Anak yang tumbuh di lingkungan yang kurang materi untuk membaca bisa meningkatkan risiko disleksia. Kurangnya dukungan di sekolah dan di rumah juga bisa menyebabkan kondisi ini.

Diagnosis 

Meskipun disleksia terjadi karena ada perbedaan cara otak dalam memproses informasi tertulis, tidak ada tes yang dapat dengan pasti mendeteksi kondisi ini. Jadi, penilaian yang dilakukan biasanya melakukan evaluasi kemampuan anak dalam membaca.

Beberapa pemeriksaan untuk mengidentifikasi disleksia, antara lain:

  • Membaca dengan lantang kata-kata yang tidak familier
  • Kemampuan berbahasa secara oral
  • Kelancaran membaca dan pemahamannya
  • Mengeja
  • Kosakata
  • Pengenalan kata

Dokter juga mungkin akan melakukan tanya jawab riwayat kesehatan keluarga.

Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah sebuah penyakit saraf yang terjadi akibat kerusakan otak saat bayi masih dalam kandungan. Hal ini menyebabkan anak yang lahir mengalami masalah dalam koordinasi, lemah dalam mengendalikan kekuatan otot, dan postur.

Cerebral palsy juga dikenal dengan sebutan lumpuh otak. Gejalanya muncul pada masa awal kehidupan anak.

Apa itu Cerebral Palsy?

Cerebral palsy adalah gangguan pada motorik anak yang terjadi karena kerusakan otak saat perkembangan bayi di dalam kandungan. Anak yang mengalami cerebral palsy biasanya memiliki masalah postur tubuh dan koordinasi, termasuk kelainan otot seperti kesulitan dalam mengendalikan otot-ototnya sehingga memengaruhi pergerakannya.

Tingkat keparahan cerebral palsy bervariasi. Anak dengan cerebral palsy berat mungkin membutuhkan alat bantu jalan. Beberapa lainnya mungkin tidak butuh alat bantu meski cara berjalannya sedikit kikuk.

Beberapa kondisi yang mungkin juga muncul bersamaan dengan cerebral palsy, yaitu:

  • Disabilitas intelektual
  • Kejang atau epilepsi
  • Masalah penglihatan, pendengaran, dan berbicara
  • Kelainan tulang belakang, seperti skoliosis
  • Masalah sendi

Meski demikian, tidak semua anak yang mengalami cerebral palsy akan mengalami disabilitas intelektual.

Tipe Cerebral Palsy

Terdapat 4 jenis cerebral palsy, yaitu:

  • Spastik: jenis lumpuh otak yang menyebabkan otot menjadi kaku, tegang, dan kejang.
  • Diskinetik: cerebral palsy yang menyebabkan seorang anak tidak dapat mengendalikan gerak otot sehingga muncul gerakan-gerakan tidak terkontrol.
  • Ataksia: jenis ini terjadi ketika seseorang mengalami masalah keseimbangan dan koordinasi. Anak yang mengalami cerebral palsy jenis ini mungkin sering terjatuh saat berjalan.
  • Gabungan. Sesuai namanya, ini adalah jenis cerebral palsy yang melibatkan lebih dari satu tipe lumpuh otak.

Gejala Cerebral Palsy

Gejala cerebral palsy biasanya muncul pada tahap awal kehidupan anak. Namun, tandanya dapat bervariasi tergantung dari area otak yang terdampak. Gejalanya dapat berupa masalah motorik dan pergerakan ataupun tumbuh kembang anak.

Beberapa gejala cerebral palsy, antara lain:

  • Ukuran kepala abnormal, biasanya mikrosefali (ukuran kepala kecil) ataupun makrosefali (lebih jarang terjadi).
  • Bayi lebih rewel
  • Anak kurang menunjukkan interaksi dengan orang sekitar
  • Hipotonia, yaitu kondisi melemahnya otot sehingga bagian tubuh yang terpengaruh terlihat “lembek”
  • Keterlambatan tumbuh kembang, seperti speech delay, terlambat merangkak atau berjalan
  • Kejang
  • Masalah pendengaran
  • Masalah penglihatan dan gerakan mata

Selain gejala di atas, berikut ini adalah beberapa tanda lumpuh otak yang memengaruhi kemampuan gerak dan koordinasi:

  • Otot kaku dan refleks yang berlebihan
  • Masalah tonus otot, baik itu terlalu kaku atau terlalu lemah
  • Kurang koordinasi dan gangguan keseimbangan
  • Sulit mengontrol gerakan otot, salah satunya tremor
  • Gerakan lambat
  • Slow, writhing movements.
  • Hanya mengandalkan satu sisi tubuh, misal mengambil barang dengan satu tangan saja atau menyeret salah satu kaki saat berjalan atau merangkak
  • Masalah saat berjalan, seperti berjalan dengan bentuk kaki seperti gunting atau huruf ‘X’ (kedua lutut bertemu)
  • Berjalan jinjit
  • Masalah pada motorik halus, seperti mengancing baju atau mengambil barang

Penyebab Cerebral Palsy

Cerebral palsy terjadi karena kerusakan yang terjadi saat perkembangan otak janin. Namun, kerusakan ini juga dapat terjadi pada masa awal kelahiran anak.

Ada beberapa hal yang meningkatkan risiko kerusakan pada perkembangan otak janin, antara lain:

  • Perdarahan pada otak bayi atau berkurangnya asupan darah dan oksigen ke otak
  • Infeksi pada awal kehamilan
  • Asfiksi (otak kekurangan oksigen) sesaat setelah bayi lahir akibat masalah pada persalinan
  • Meningitis pada anak
  • Cedera kepala serius
  • Mutasi genetik
  • Lahir prematur

Namun sering kali, penyebab lumpuh otak tidak diketahui.

Diagnosis

Biasanya cerebral palsy terdiagnosis sebelum anak berusia 12 bulan. Gejalanya mungkin tidak terlalu kentara. Tapi, dokter anak berpengalaman dapat mengetahuinya lewat sejumlah pemeriksaan lewat kunjungan rutin pada masa awal kelahiran.

Itu sebabnya, penting bagi Anda untuk membawa anak periksa secara rutin. Dokter dapat mencurigai adanya cerebral palsy dari gejala yang muncul, seperti ukuran lingkar kepala dan keterlambatan tumbuh kembang.

Dokter dapat menggunakan MRI otak, pemeriksaan saraf, aktivitas listrik otak (elektroensefalografi), dan penilaian klinis khusus.

Komplikasi

Salah satu dampak dari lumpuh otak adalah adanya masalah pada kemampuan gerak dan koordinasi. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat cerebral palsy:

  • Kejang dan epilepsi pada anak
  • Disabilitas intelektual
  • Masalah pendengaran dan penghilangan
  • Malnutrisi akibat masalah pada kemampuan makan, seperti sulit menelan
  • Osteoporosis akibat mobilitas yang rendah, malnutrisi, dan obat antikejang
  • Masalah jantung dan paru yang dapat disebabkan oleh pneumonia aspirasi karena sulit menelan

Anak yang mengalami cerebral palsy juga dapat mengalami dampak psikologis karena kemampuan bersosialisasi yang kurang.

Kanker Vagina

Selain kanker payudara dan kanker serviks, kanker vagina juga merupakan salah satu jenis kanker yang dapat terjadi pada wanita. Namun, dibandingkan jenis kanker pada wanita lainnya, kanker vagina termasuk yang kasusnya sangat jarang terjadi. 

Apa itu Kanker Vagina?

Kanker vagina adalah pertumbuhan sel kanker yang bermula di vagina. Vagina adalah saluran yang menghubungkan antara mulut rahim dengan bukaan atau bagian luar tubuh. Vagina menjadi jalan lahir bayi saat persalinan normal.

Kanker pada vagina terjadi ketika pertumbuhan sel-sel di vagina menjadi sangat cepat dan abnormal sehingga membentuk benjolan. Walau letaknya berdekatan, kanker vagina dan kanker serviks (mulut rahim) tidaklah sama. 

Dibandingkan jenis kanker pada wanita lainnya, kanker vagina termasuk jenis kanker yang sangat jarang terjadi.

Jenis Kanker Vagina

Jenis-jenis kanker vagina dibedakan berdasarkan lokasi sel kanker terbentuk pertama kali. Terdapat dua jenis utama kanker vagina, yaitu:

  • Karsinoma sel skuamosa, yaitu jenis kanker vagina yang lebih umum terjadi. Sel kanker terbentuk di sel skuamosa, yakni sel tipis dan datar di dalam vagina. Jenis kanker ini biasanya menyebar dengan lambat.
  • Adenokarsinoma adalah sel kanker yang terbentuk di sel-sel kelenjar penghasil cairan atau lendir vagina. Dibandingkan karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma lebih mungkin menyebar ke paru-paru dan kelenjar getah bening.

Selain kedua jenis di atas, ada pula kanker vagina jenis melanoma dan sarcoma. Melanoma pada vagina terjadi ketika sel kanker terbentuk pertama kali di melanosit, yakni sel pigmen yang memberikan warna pada vagina. 

Sementara, sarcoma terbentuk pertama kali di jaringan ikat dan jaringan otot yang membentuk dinding vagina.

Gejala Kanker Vagina

Pada tahap awal, kanker vagina mungkin saja tidak bergejala. Ciri-ciri kanker vagina baru muncul setelah sel kanker mulai berkembang.

Beberapa tanda kanker vagina, antara lain:

  • Perdarahan dari vagina yang tidak biasa, seperti setelah menopause atau berhubungan seks
  • Sakit saat berhubungan seks
  • Menstruasi di luar jadwal
  • Keputihan yang berbau tidak sedap dan menyengat
  • Benjolan di vagina
  • Sakit saat buang air kecil
  • Sering buang air kecil (anyang-anyangan)
  • Nyeri panggul
  • Keinginan BAB walau perut kosong
  • Sembelit
  • Feses berwarna hitam

Penyebab Kanker Vagina

Kanker vagina terjadi akibat adanya kesalahan atau mutasi DNA pada sel-sel di vagina. Mutasi ini menyebabkan sel-sel di vagina bertumbuh dengan cepat dan masif. Lama-kelamaan, sel kanker abnormal ini akan mendesak sel-sel sehat.

Sering kali, perubahan atau mutasi DNA pada sel-sel vagina disebabkan oleh paparan virus HPV (human papillomavirus). Namun, tidak semua infeksi HPV akan menyebabkan kanker vagina.

Virus HPV dapat menular melalui hubungan seks, baik oral, anal, dan tentunya vaginal. Itu sebabnya, perilaku seks yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko Anda mengalami kanker vagina dan kanker lain yang disebabkan oleh HPV, misalnya kanker serviks.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker vagina:

  • Berusia di atas 60 tahun
  • Mengalami infeksi HPV
  • Merokok
  • Pernah mengonsumsi obat untuk mencegah keguguran, seperti Diethylstilbestrol (DES)
  • Pernah menjalani histerektomi untuk mengangkat tumor jinak ataupun kanker
  • Mengalami kanker serviks

Diagnosis Kanker Vagina

Selain pemeriksaan fisik, akan ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kanker vagina. Bukan hanya untuk menegakkan diagnosis, Anda juga akan menjalani pemeriksaan berikut untuk mengetahui stadium kanker vagina yang mungkin Anda alami.

1. Pemeriksaan Panggul

Pemeriksaan menggunakan spekulum atau alat seperti cocor bebek untuk melihat kondisi vagina, leher rahim, rahim, tuba falopi, ovarium, dan rektum. Pada pemeriksaan ini, dokter juga dapat melakukan tes Pap.

Untuk pemeriksaan panggul, dokter akan memberikan pelumas pada vagina dan memasukkan jari atau tangan untuk memeriksa rektum untuk merasakan benjolan atau hal abnormal lainnya.

2. Tes Pap (Pap smear)

Tes Pap atau pap smear dilakukan untuk mengambil jaringan permukaan di serviks dan vagina. Pengambilan jaringan dilakukan menggunakan alat menyerupai cotton bud, sikat kecil, dan stik kayu untuk mengambil sel permukaan serviks dan vagina. Sel tersebut akan diteliti di laboratorium.

3. Tes HPV

Tes HPV dilakukan untuk mengecek DNA atau RNA dari virus HPV. Tes HPV dilakukan dengan memeriksa sel serviks dan vagina. Sampel yang digunakan biasanya menggunakan sampel yang diambil pada saat papsmear.

4. Kolposkopi

Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan alat kolposkop untuk melihat vagina dan serviks. Saat pemeriksaan, dokter juga akan mengambil jaringan sampel untuk dibiopsi dan dianalisis di laboratorium.

5. Biopsi

Biopsi biasanya dilakukan apabila tes Pap menunjukkan hasil yang abnormal. Biopsi dapat dilakukan bersamaan dengan kolposkopi.

6. Pencitraan

Apabila dari berbagai pemeriksaan diatas tegak diagnosis kanker vagina, dokter akan melakukan beberapa tes pencitraan untuk melihat sejauh mana persebaran sel kanker dan menentukan stadium kanker vagina.

Beberapa imaging test yang dilakukan untuk memeriksa stadium kanker vagina, antara lain:

  • Rontgen
  • CT scan
  • MRI
  • PET scan

Meningitis

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput yang membungkus otak dan saraf tulang belakang. Selaput otak ini disebut dengan meninges.

Infeksi virus adalah penyebab utama meningitis, meskipun bakteri, jamur, dan parasit juga bisa menyebabkan peradangan. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri sering kali jadi radang selaput otak yang berbahaya dan dampak berdampak fatal.

Namun, pengobatan yang tepat dapat menyembuhkan meningitis. Peradangan yang terjadi membuat selaput otak membengkak dan menyebabkan beberapa gejala, seperti sakit kepala, demam, dan leher kaku.

Gejala Meningitis

Gejala meningitis awalnya dapat menyerupai gejala flu, sehingga mungkin sulit dikenali. Namun, mual muntah dan sakit kepala yang mengikuti perlu Anda waspadai.

Berikut ini adalah gejala meningitis pada orang dewasa:

  • Demam tinggi tiba-tiba
  • Leher kaku
  • Sakit kepala hebat
  • Mual dan muntah
  • Linglung dan sulit berkonsentrasi
  • Kejang
  • Sangat mengantuk
  • Sensitif terhadap cahaya
  • Tidak nafsu makan
  • Ruam kulit, terutama pada meningococcal meningitis.

Radang selaput otak dapat terjadi pada usia berapa pun. Meski demikian, meningitis lebih umum terjadi pada bayi, anak-anak, remaja, dan orang dengan sistem imun rendah. 

Beberapa gejala meningitis pada anak yang patut diwaspadai:

  • Demam tinggi
  • Menangis terus dan rewel
  • Anak jadi sangat mengantuk
  • Sulit dibangunkan dari tidur
  • Tidak bangun untuk makan
  • Tidak mau makan
  • Muntah 
  • Muncul benjolan lunak di bagian ubun-ubun bayi
  • Kaku di badan dan leher

Penyebab Meningitis

Ada beberapa jenis meningitis yang dipisahkan berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1. Meningitis Bakteri

Meningitis bakteri adalah jenis radang selaput otak yang paling berbahaya dan mengancam nyawa. Diperlukan pengobatan antibiotik segera untuk mengatasinya. Keterlambatan pengobatan bisa menyebabkan kerusakan otak jangka panjang.

Bakteri dapat masuk ke aliran darah dan menyebar ke otak dan saraf tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan peradangan pada meninges. 

Beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan meningitis, antara lain:

  • Streptococcus pneumonia, penyebab pneumonia
  • Streptokokus grup B
  • Neisseria meningitides
  • Haemophilus influenzae
  • Listeria monocytogenes
  • E. coli
  • Mycobacterium tuberculosis

2. Meningitis Virus

Meningitis yang disebabkan oleh infeksi virus biasanya bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Beberapa virus yang bisa menyebabkan meningitis, antara lain:

  • Enterovirus
  • Virus penyebab gondongan dan campak
  • Virus herpes, penyebab mononukleosis, cacar air, dan cacar
  • Influenza
  • Virus West Nile

3. Meningitis Fungal

Infeksi jamur juga bisa menyebabkan radang selaput otak. Namun, angka kejadiannya lebih jarang. 

4. Meningitis Parasit

Meningitis juga dapat disebabkan oleh infeksi parasit, seperti cacing. Infeksi cacing pita atau malaria bisa menyebabkan jenis radang selaput otak ini. 

Infeksi cacing juga dapat berasal dari makanan yang terkontaminasi, protein yang tidak diolah dengan benar, feses, atau kotoran lain.

5. Meningitis non-Infeksi

Selain akibat infeksi, meningitis dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan lain yang bukan infeksi, seperti reaksi autoimun, cedera kepala, atau operasi kepala.

Meski demikian, terinfeksi virus, bakteri, jamur, atau parasit di atas tidak selalu membuat Anda mengalami meningitis.

Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami radang selaput otak, yaitu:

  • Berusia di bawah 5 tahun
  • Memiliki sistem imun yang lemah, seperti terinfeksi HIV, mengalami kanker
  • Tinggal di asrama, panti jompo, panti asuhan, atau tempat tinggal berkelompok lainnya
  • Memiliki kebocoran cairan serebrospinal
  • Pernah melakukan perjalanan ke daerah yang umum terjadi meningitis
  • Memiliki kerusakan limpa
  • Memiliki masalah hidung dan telinga kronis
  • Mengalami cedera kepala atau cedera saraf tulang belakang

Apakah Meningitis Menular?

Meningitis akibat infeksi virus, bakteri, jamur, dan parasit dapat saja menular. Cara penularannya tergantung dari penyebabnya.

Infeksi virus dan bakteri yang menyebabkan meningitis menular dari orang ke orang yang melakukan kontak dekat. Virus dan bakteri dapat menular lewat droplets yang ditularkan saat seseorang bersin atau batuk.

Sementara, streptokokus grup B umumnya ditemukan pada usus dan vagina dan dapat menular ke anak saat proses kelahiran.

Diagnosis

Terdapat beberapa tes untuk mendeteksi apakah Anda mengalami meningitis atau tidak, yaitu:

  • Tes swab dari hidung atau tenggorokan
  • Pungsi lumbal, atau pengecekan cairan serebrospinal
  • Tes darah untuk mengetahui tanda-tanda infeksi
  • CT scan atau MRI otak
  • Tes feses

Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)

PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome), atau sindrom polikistik ovarium atau adalah kondisi ketika sel telur tidak matang sempurna, sehingga berukuran kecil, akibat gangguan keseimbangan hormon reproduksi. Sel telur yang tidak matang ini akhirnya membentuk kista-kista kecil dalam jumlah banyak.

Sering kali, PCOS disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon pada wanita usia subur. Salah satu masalah yang muncul dari sindrom polikistik ovarium ini adalah orang yang mengalaminya jadi sulit hamil.

Penyebab Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)

Penyebab pasti PCOS hingga kini belum diketahui. Namun, kemungkinan PCOS terjadi akibat masalah hormon yang tidak seimbang.

Wanita memiliki hormon estrogen dan progesteron. Dalam jumlah kecil, wanita juga memiliki hormon testosteron, yakni hormon pria, di dalam tubuhnya. Ketidakseimbangan hormon reproduksi inilah yang dapat menyebabkan seseorang mengalami PCOS. 

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami PCOS:1. Tingkat androgen yang tinggi

Normalnya, wanita memang memiliki hormon androgen, yakni testosteron di dalam tubuhnya dalam jumlah yang sangat kecil.

Ketika kadar hormon testosteron dalam tubuh wanita berlebihan, kondisi ini bisa membuat ovarium tidak dapat melepaskan sel telur yang sudah matang saat ovulasi.

Hal ini bisa berdampak pada siklus menstruasi dan kesuburan wanita.

2. Resistensi insulin

Insulin berguna untuk membantu sel tubuh memecah kadar gula darah. Bila sel tubuh resisten atau kebal terhadap insulin, glukosa akan tetap berada di dalam darah dan meningkatkan kadar glukosa darah. Kadar insulin yang terlalu tinggi dapat membuat tubuh menciptakan terlalu banyak hormon androgen yang memengaruhi proses ovulasi dan menyebabkan PCOS.

3. Genetik

Sindrom polikistik ovarium cenderung diturunkan dalam satu keluarga. Apabila ibu, bibi, atau saudara perempuan Anda ada yang mengalami PCOS, maka risiko Anda untuk mengalami hal serupa pun lebih besar.

4. Inflamasi ringan

Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang mengalami peradangan (inflamasi) kronis dalam level ringan juga berpotensi mengalami PCOS.

Ini karena kista-kista kecil yang terbentuk mungkin saja memproduksi androgen.

Selain itu, orang yang memiliki obesitas juga diketahui memiliki angka peradangan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang punya berat badan ideal.

Baca Juga: Tes Kesuburan Pria yang Perlu Dilakukan Sebelum Program Hamil

Gejala (PCOS)

Wanita dengan PCOS memiliki kadar hormon androgen yang berlebihan. Hal ini menyebabkan ovarium tidak dapat melepaskan sel telur yang matang. Sebaliknya, justru menciptakan sel telur kecil dan tidak matang, yang berkembang menjadi kantung-kantung kecil berisi cairan (kista) pada ovarium. 

Saat seorang wanita tidak mengalami ovulasi, menstruasi juga mungkin saja tidak terjadi. Maka itu, gejala utama PCOS yang paling khas adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. 

Anda mungkin hanya mengalami haid kurang dari delapan kali dalam setahun, memiliki jarak siklus haid yang pendek kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari. Pada sebagian wanita PCOS juga dapat menyebabkan menstruasi berhenti.

Selain itu sekitar 70% wanita dengan PCOS juga dapat mengalami hirsutisme, yaitu pertumbuhan rambut ekstra pada wanita di bagian wajah, dagu, atau bagian tubuh lain di mana pria biasanya memiliki rambut.

Berikut ini adalah beberapa gejala PCOS:

  • Menstruasi tidak teratur
  • Tidak mengalami menstruasi sama sekali
  • Pertumbuhan jerawat di wajah, dagu, dada, dan punggung bagian atas (hirsutisme)
  • Berat badan bertambah atau kesulitan menurunkan berat badan
  • Penipisan rambut atau rambut rontok di kulit kepala, seperti pola kebotakan pada pria
  • Area lipatan kulit yang menggelap, seperti di lipatan leher, di pangkal paha, serta di bawah payudara
  • Tag kulit, yaitu pertumbuhan kulit berlebih berukuran kecil yang biasanya tumbuh di ketiak atau area leher

Munculnya kista ovarium berukuran kecil dalam jumlah banyak saat dilakukan tes USGBaca juga: Mitos dan Fakta untuk Mendapatkan Kehamilan 

Pengobatan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)

Biasanya, dokter mengetahui Anda memiliki PCOS dari serangkaian tes kesuburan wanita. Meski demikian, USG transvagina juga dapat menunjukkan ada tidaknya kista-kista kecil yang terbentuk.

Meskipun tidak bisa disembuhkan tetapi pengobatan dapat diberikan untuk mengontrol gejala PCOS yang menyebabkan Anda merasa tidak nyaman.

Perubahan gaya hidup

Kelebihan berat badan adalah salah satu faktor yang menyebabkan Anda mengalami PCOS. Jika Anda memiliki kelebihan berat badan, dokter dapat menyarankan untuk lebih rajin berolahraga dan menjalankan pola makan sehat dengan diet rendah kalori. 

Penurunan berat badan dapat membantu mengurangi gejala, meningkatkan efektivitas obat PCOS bahkan memperbaiki masalah kesuburan.

Pemberian obat-obatan

Untuk mengembalikan ketidakseimbangan hormon dokter dapat memberikan:

  • Kombinasi pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron untuk menekan produksi androgen. Obat ini dapat membantu memperbaiki siklus haid, mengurangi pertumbuhan rambut ekstra dan jerawat.
  • Terapi  progesteron selama 10 sampai 14 hari setiap 1 sampai 2 bulan. Terapi ini dapat memperbaiki siklus haid dan melindungi dari kanker endometrium. Terapi ini juga tidak akan mencegah kehamilan. 

Dokter juga dapat merekomendasikan pemberian obat-obatan hormon seperti clomifene, letrozole dan metformin untuk membantu mengatur siklus menstruasi sehingga Anda bisa lebih mudah mendapatkan kehamilan.

Prosedur medis khusus

Dokter dapat juga menyarankan metode pengobatan lain sesuai kebutuhan. Electrolysis adalah salah satu prosedur medis untuk menghilangkan rambut ekstra di tubuh. Anda juga bisa mendapatkan perawatan untuk menghilangkan jerawat. Pembedahan ovarium mungkin juga jadi pilihan untuk membuat ovarium bekerja lebih baik.

PCOS adalah salah satu penyebab umum infertilitas pada wanita. Kehamilan pada wanita dengan PCOS juga memerlukan perhatian khusus karena lebih berisiko. 

Selain itu, PCOS juga telah dikaitkan dengan berbagai kondisi medis lain termasuk diabetes, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol jahat tinggi, gangguan sleep apnea, depresi dan kecemasan serta kanker endometrium.

Maka dari itu segera periksakan ke dokter jika Anda mengalami gejala PCOS seperti haid tidak teratur maupun gejala lain yang telah disebutkan di atas. Dengan penanganan yang tepat wanita pemilik PCOS bisa memperoleh kehamilan. 

Lihat juga: Mengetahui Tahapan Pemeriksaan Promil yang Perlu dilalui 

Fertility Clinic di Mandaya Royal Hospital Puri menyediakan layanan tes kesuburan bagi pasangan yang ingin merencanakan kehamilan. Anda dan pasangan bisa mengikuti program hamil 25 hari yang disusun oleh Dokter Konsultan Fertilitas dan Andrologi berpengalaman. 

Gunakan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Penyakit Kuning (Jaundice)

Penyakit kuning atau jaundice adalah kondisi gangguan kesehatan yang menyebabkan warna kulit, selaput lendir, dan bagian putih mata (sclera) menjadi kuning. Hal ini terjadi akibat tingginya kadar bilirubin dalam darah. Bilirubin sendiri adalah pigmen kuning yang dihasilkan dari pemecahan sel darah merah. Kondisi ini dapat dialami oleh bayi maupun orang dewasa.

Penyebab penyakit kuning

Jaundice biasanya dialami oleh orang yang mengalami gangguan di organ hati. Beberapa penyebab umum seseorang mengalami penyakit kuning meliputi:

  • Gangguan hati, seperti hepatitis, sirosis, dan kanker hati
  • Penyumbatan saluran empedu, yang dapat disebabkan oleh batu empedu, tumor, atau infeksi
  • Penghancuran sel darah merah yang berlebihan, seperti pada anemia hemolitik
  • Infeksi, seperti malaria dan demam kuning
  • Efek samping obat, seperti antibiotik dan pil KB
  • Kanker pankreas, kanker menghambat saluran bile (cairan empedu) sehingga menyebabkan tubuh berwarna kuning

Gejala penyakit kuning

Selain perubahan warna kulit dan mata menjadi kuning, penyakit kuning juga bisa disertai dengan gejala lain tergantung pada penyebabnya, seperti:

  • Urin berwarna gelap
  • Feses berwarna pucat
  • Kelelahan
  • Nyeri perut
  • Penurunan berat badan
  • Mual dan muntah
  • Gatal-gatal pada kulit

Diagnosis penyakit kuning

Untuk mendiagnosis penyebab seseorang mengalami jaundice, dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk:

  • Pemeriksaan fisik: memeriksa warna kulit dan mata serta gejala lainnya.
  • Tes darah: mengukur kadar bilirubin, enzim hati, dan sel darah merah.
  • Pemeriksaan pencitraan: seperti ultrasonografi, CT scan, atau MRI untuk mendeteksi penyumbatan atau kelainan pada hati dan saluran empedu.
  • Biopsi hati: Pengambilan sampel jaringan hati untuk pemeriksaan lebih lanjut jika diperlukan.

Pengobatan penyakit kuning

Pengobatan jaundice tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa cara pengobatan yang mungkin dilakukan antara lain:

  • Pengobatan medis: penggunaan obat-obatan untuk mengatasi infeksi, peradangan, atau kelainan darah.
  • Intervensi bedah: prosedur bedah untuk mengangkat penyumbatan pada saluran empedu atau tumor.
  • Terapi cahaya (fototerapi): digunakan pada bayi yang baru lahir dengan penyakit kuning untuk membantu memecah bilirubin dalam darah.
  • Transfusi darah: dilakukan pada kasus hemolisis berat untuk menggantikan sel darah merah yang rusak.

Cara mencegah penyakit kuning

Karena penyakit kuning umumnya disebabkan oleh penyakit hati, maka langkah untuk mencegahnya adalah dengan menjaga kesehatan organ hati dengan langkah-langkah sebagai berikut: 

  • Menghindari konsumsi alkohol berlebihan
  • Menjaga kebersihan dan kebersihan makanan untuk mencegah infeksi hepatitis
  • Melakukan vaksinasi hepatitis
  • Menghindari paparan bahan kimia berbahaya
  • Mengelola kondisi kesehatan yang mendasari seperti anemia atau penyakit hati dengan baik

Penanganan Penyakit Kuning di Mandaya Royal Hospital Puri

Jika Anda atau anggota keluarga mengalami gejala penyakit kuning seperti kulit atau mata berwarna kuning, segera konsultasikan ke dokter. Deteksi dan penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius yang mungkin timbul.

Penyakit kuning bisa menjadi tanda dari masalah kesehatan yang mendasar dan memerlukan penanganan medis segera. Jangan abaikan gejala ini dan lakukan pemeriksaan secara berkala untuk menjaga kesehatan hati dan sistem pencernaan Anda.

Jangan ragu untuk berkonsultasi di Mandaya Hospital. Klinik Digestive & Liver kami dapat memberikan pelayanan terbaik untuk mengelola berbagai penyakit hati seperti penyakit kuning. 

Didukung oleh dokter spesialis berpengalaman serta peralatan medis yang lengkap, kami dapat memberikan penanganan mulai dari pengobatan hingga prosedur lainnya untuk mengatasi penyakit kuning.

Tim Dokter Spesialis Liver

Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store. Selain janji temu, Anda juga bisa memantau nomor antrian dan mendapatkan informasi lengkap lainnya di sana.

Need Help? Chat with us!
Start a Conversation
Hi! Click one of our members below to chat on WhatsApp
We usually reply in a few minutes