fbpx

Stroke hemoragik

Apa itu stroke hemoragik?

Stroke hemoragik adalah kondisi yang terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan mengalami perdarahan. Istilah “hemoragik” pada kondisi ini mengacu pada perdarahan di dalam tubuh. 

Perdarahan akibat stroke hemoragik mengganggu sirkulasi normal di otak. Kondisi ini membuat otak tidak mendapatkan darah dan oksigen yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan berfungsi. Stroke juga menambah tekanan ekstra di dalam otak sehingga bisa merusak atau membunuh sel-sel otak. 

Stroke hemoragik adalah kondisi yang sangat berbahaya karena menyebabkan gejala-gejala yang parah dan memburuk dengan cepat. Tanpa perhatian medis yang tanggap, stroke ini sering kali menyebabkan kerusakan otak permanen dan bisa berakibat fatal. 

Terdapat dua jenis stroke hemoragik yang dibedakan berdasarkan cara terjadinya, yaitu:

  • Perdarahan di dalam otak (perdarahan intraserebral): ketika pembuluh darah di dalam otak pecah, jaringan otak akan tertekan dari dalam. 
  • Perdarahan di dalam ruang antara otak dan lapisan luarnya (perdarahan subaraknoid): otak dikelilingi oleh membran araknoid (lapisan tipis yang melindungi otak). Ruang di antara membran itu dan otak disebut ruang araknoid. Jika pembuluh darah yang melewati membran araknoid pecah, perdarahan dapat memenuhi ruang subaraknoid. Kondisi ini menyebabkan tekanan di dalam tengkorak menekan otak dari luar. 

Gejala stroke hemoragik

Gejala stroke hemoragik dapat bervariasi pada setiap orang, tetapi gejalanya hampir selalu muncul sesaat setelah stroke terjadi. 

Gejala stroke hemoragik dapat meliputi:

  • Kehilangan kesadaran secara total atau terbatas
  • Mual
  • Muntah
  • Sakit kepala tiba-tiba dan parah
  • Kelemahan atau mati rasa pada wajah, kaki, atau lengan di satu sisi tubuh
  • Kejang
  • Pusing
  • Kehilangan keseimbangan
  • Masalah berbicara atau menelan
  • Kebingungan atau disorientasi. 

Penyebab stroke hemoragik

Apa pun yang merusak atau memecah pembuluh darah di otak dapat menjadi penyebab stroke hemoragik. Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah penyebab paling umum dari jenis stroke ini, khususnya jika tekanan darah sangat tinggi atau tetap tinggi dalam waktu lama. 

Kondisi lain yang bisa menyebabkan stroke hemoragik bisa meliputi:

  • Aneurisma otak
  • Tumor otak
  • Penyakit Moyamoya
  • Angiopati amiloid serebral
  • Cedera kepala
  • Covid-19 
  • Stroke iskemik yang menyebabkan perdarahan selama atau setelah stroke. 

Diagnosis stroke hemoragik

Diagnosis stroke hemoragik didasari pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh, dan dokter mungkin mencurigai adanya perdarahan di dalam tengkorak berdasarkan gejala pasien. 

Dalam kasus yang diduga stroke, tes pencitraan dapat membantu menentukan apakah stroke disebabkan oleh gumpalan darah (stroke iskemik) atau perdarahan di dalam otak (hemoragik). 

Tes pencitraan yang bisa dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis stroke hemoragik meliputi MRI atau CT scan. Selain itu, tes seperti elektroensefalogram (EEG) atau pungsi lumbal juga bisa dilakukan untuk memastikan diagnosis stroke hemoragik. 

Pengobatan stroke hemoragik

Pengobatan stroke hemoragik terbagi menjadi dua, yaitu obat-obatan dan operasi. 

1. Obat 

Terdapat banyak obat yang yang bisa direkomendasikan oleh dokter untuk menangani stroke hemoragik, seperti:

  • Obat untuk menghentikan perdarahan

Pada stroke hemoragik, dokter dapat memberikan vitamin K maupun protrombin yang dapat membantu menghentikan perdarahan dengan cara memicu pembentukan gumpalan darah. 

  • Obat tekanan darah

Menjaga tekanan darah pada tingkat yang aman bisa memperlambat perdarahan otak. Hal ini juga bisa membantu darah membeku dengan aman dan menutup pembuluh darah yang rusak. Oleh sebab itu, dokter mungkin akan memberikan obat tekanan darah melalui infus untuk menjaga tekanan darah dalam kisaran yang aman. 

2. Operasi 

Darah yang terkumpul akibat stroke memberi tekanan yang terlalu besar pada jaringan otak di sekitar pembuluh darah yang mengalami perdarahan. Pasien stroke hemoragik mungkin memerlukan operasi darurat jika stroke meningkatkan tekanan intrakranial. 

Dokter bedah akan membuang darah berlebih dan mengurangi tekanan yang menumpuk di otak pasien. 

Baca juga: 6 Jenis Terapi Stroke yang Bisa Bantu Pemulihan

3. Rehabilitasi stroke

Rehabilitasi stroke adalah bagian penting dari penanganan jenis stroke ini. Pasien stroke memerlukan rehabilitasi untuk membantu mereka menyesuaikan diri dengan perubahan pada otak dan tubuh. 

Berikut adalah beberapa bagian dari rehabilitasi stroke hemoragik yang bisa dilakukan:           

  • Terapi wicara untuk mendapatkan kembali atau meningkatkan kemampuan bahasa dan berbicara pasien. Terapi ini bisa membantu pasien mengendalikan otot-otot untuk berbicara, bernapas, makan, atau menelan.
  • Terapi fisik untuk memperkuat otot-otot tubuh, meningkatkan keseimbangan, dan mengembalikan penggunaan lengan dan kaki. 
  • Terapi okupasi untuk membantu menyelesaikan tugas harian dengan aman, terutama tugas atau aktivitas yang memerlukan gerakan tubuh yang tepat. 
  • Terapi kognitif untuk membantu meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan mental lainnya. 
  • Transcranial Magnetic Stimulation (TMS): Teknologi yang bermanfaat untuk menstimulasi sel-sel saraf menggunakan denyut elektromagnetik. Tindakan ini bisa dilakukan sebagai terapi pasca stroke untuk membantu meningkatkan pemulihan motorik. 
  • Transcranial Direct Current Stimulation (tDCS): Teknologi non invasif yang bisa dilakukan untuk membantu pasien stroke dalam mempelajari keterampilan baru atau mempelajari kembali keterampilan yang hilang karena stroke.

Punya pertanyaan dan keluhan terkait stroke hemoragik? Jangan ragu untuk mengunjungi Pusat Neurologi Mandaya untuk langsung berkonsultasi dengan tim dokter spesialis kami. 

Segera buat janji temu dengan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah kondisi medis yang semakin umum terjadi pada pria seiring bertambahnya usia. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran prostat. Gejala-gejala yang menyertai masalah kesehatan pria ini cukup beragam, seperti kesulitan memulai buang air kecil hingga lebih sering buang air kecil pada malam hari. Jika tidak ditangani dengan tepat, aktivitas sehari-hari bisa terganggu. 

Apa itu benign prostatic hyperplasia (BPH)?

Benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah kondisi yang terjadi ketika prostat membesar. Prostat adalah kelenjar yang terletak di bawah kandung kemih dan di depan rektum. Ukurannya kira-kira sebesar kacang kenari dan mengelilingi sebagian uretra. 

Uretra adalah saluran yang menyalurkan urine (kencing) dan sperma (ejakulasi) keluar dari tubuh. Jika prostat membesar, kondisi ini bisa mencegah urine dan sperma melewati uretra. 

BPH tidak bersifat kanker, namun gejala-gejala dari kondisi medis ini dapat mengindikasikan kondisi yang lebih serius, termasuk kanker prostat. 

Gejala BPH

Berikut adalah beberapa gejala pembesaran prostat yang bisa dialami oleh pasien:

  • Sulit buang air kecil
  • Mengejan saat buang air kecil
  • Aliran urine lemah
  • Kencing “berhenti-henti”
  • Perlu buang air kecil dengan cepat dan/atau sering buang air kecil
  • Sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil
  • Kebocoran urine secara tidak sengaja (inkontinensia urine).

Kebocoran urine dapat terjadi ketika pasien tiba-tiba ingin buang air kecil dan tidak dapat menghentikan sebagian urine yang keluar sebelum sampai di toilet. Kondisi ini disebut inkontinensia urgensi. 

Kebocoran urine juga dapat terjadi ketika pasien mengejan. Sebagai contoh, ketika pasien batuk, bersin, atau mengangkat benda berat. Kondisi ini dikenal sebagai inkontinensia stres. 

Bentuk kebocoran yang paling umum adalah ketika sejumlah kecil urine menetes ke celana dalam setelah buang air kecil. 

Selain gejala-gejala di atas, terdapat beberapa gejala BPH lainnya yang bisa terjadi, di antaranya:

  • Infeksi saluran kemih
  • Tidak bisa buang air kecil
  • Darah pada urine. 

Gejala-gejala BPH cenderung memburuk secara perlahan. Namun, terkadang gejalanya tetap sama atau bahkan membaik seiring berjalannya waktu. 

Selain itu, ukuran prostat tidak selalu menentukan seberapa serius gejalanya. Beberapa orang dengan prostat yang sedikit membesar dapat mengalami gejala yang parah. Sementara, orang lain yang memiliki prostat yang sangat membesar dapat mengalami gejala yang ringan. Selain itu, ada juga orang dengan prostat membesar tetapi tidak mengalami gejala sama sekali. 

Konsultasi dokter

Penyebab BPH

Kondisi BPH umum terjadi pada orang-orang berusia di atas 50 tahun. Kondisi medis ini juga dianggap sebagai kondisi yang wajar terjadi akibat penuaan. 

Meskipun penyebab pastinya tidak diketahui secara pasti, perubahan hormon seks pria yang menyertai penuaan mungkin menjadi salah satu faktor penyebabnya. 

Di sisi lain, riwayat keluarga dengan masalah prostat atau kelainan pada testis dapat meningkatkan risiko munculnya BPH. 

Perlu diketahui bahwa orang yang testisnya diangkat pada usia muda tidak akan mengalami kondisi BPH. 

Diagnosis BPH

Untuk mendiagnosis BPH, dokter biasanya akan memulai proses diagnosis dengan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat medis pasien. 

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan rektal yang memungkinkan dokter untuk memperkirakan ukuran dan bentuk prostat pasien. 

Tes lain yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis BPH meliputi:

  • Urinalisis: Urine pasien diperiksa untuk mengetahui adanya darah dan bakteri.
  • Tes urodinamik: Kandung kemih pasien diisi dengan cairan melalui kateter untuk mengukur tekanan kandung kemih saat buang air kecil.
  • Tes antigen spesifik prostat (PSA): Tes darah ini dilakukan untuk memeriksa kanker prostat. 
  • Sisa pasca berkemih (post-void residual): Tes ini menguji jumlah urine yang tersisa di kandung kemih setelah buang air kecil.
  • Sistoskopi: Ini adalah pemeriksaan uretra dan kandung kemih dengan alat kecil berlampu yang dimasukkan ke dalam uretra. 

Selain melakukan tes-tes di atas, dokter mungkin juga akan bertanya tentang obat-obatan yang dikonsumsi pasien, yang mungkin memengaruhi sistem kemih, seperti antidepresan, diuretik, antihistamin, atau obat penenang. 

Dokter akan melakukan penyesuaian pengobatan yang diperlukan. Jangan mencoba menyesuaikan pengobatan atau dosis sendiri karena bisa merugikan Anda. 

Pengobatan BPH

Ketika perubahan gaya hidup tidak mampu meredakan gejala-gejal BPH, dokter akan merekomendasikan obat-obatan untuk mengatasi gejala, beberapa di antaranya adalah:

  • Konsumsi obat-obatan 

Dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk mengurangi gejala pembesaran prostat. Jenis obat yang diberikan biasanya ada beberapa jenis, seperti golongan penghambat alfa-1, pengurang hormon, maupun antibiotik. 2. Operasi 

Dalam beberapa kasus, BPH perlu dioperasi, terutama jika terdapat jaringan prostat yang menyumbat uretra. Beberapa prosedur operasi ini meliputi transurethral resection of the prostate (TURP), transurethral incision of the prostate (TUIP), hingga elektrovaporisasi transuretral (transurethral electrovaporization).

Pada metode ini, dokter akan membuka sedikit jaringan prostat dan mengeruk jaringan prostat yang berlebih. Terapi ini dianggap efektif untuk mengatasi tumor prostat jinak seperti BPH. Namun, bisa penurunan fungsi seksual dapat terjadi sebagai efek samping. 

  • Terapi Rezum dengan Uap Air Panas

Bagi Anda yang ingin mengatasi BPH tanpa operasi (non-bedah), terdapat teknologi baru bernama Rezūm Water Vapor Therapy yang bisa dicoba. Terapi untuk BPH ini bisa Anda temui di Mandaya Royal Hospital Puri. 

Rezūm Water Vapor Therapy adalah teknologi pengobatan tumor prostat jinak (BPH) non-bedah yang memanfaatkan energi yang terkandung dalam uap air untuk menghilangkan jaringan prostat berlebih yang menekan uretra. 

Selama prosedurnya berjalan, uap air steril dilepaskan ke jaringan prostat dan terserap oleh jaringan prostat. Ini menyebabkan jaringan yang membesar menjadi rusak dan kemudian diserap oleh tubuh secara alami sehingga ukuran prostat kembali mengecil. Dengan jaringan berlebih yang dihilangkan, uretra akan kembali terbuka dan gejala-gejala BPH pun berkurang. 

Punya pertanyaan lebih lanjut tentang BPH dan teknologi Rezūm Water Vapor Therapy di Mandaya Royal Hospital Puri? Anda bisa langsung mengunjungi Pusat Urologi Mandaya dan langsung berkonsultasi dengan tim spesialis urologi kami. 

Konsultasi dokter

Segera buat janji temu dengan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Tumor Otak

Tumor adalah massa jaringan abnormal yang bisa tumbuh di berbagai bagian tubuh, seperti di otak. Tumor otak adalah kondisi yang tidak boleh disepelekan karena bisa mengancam nyawa jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat. 

Apa itu tumor otak?

Tumor otak adalah kumpulan atau massa sel abnormal di otak. Tumor tersebut dapat bersifat kanker (ganas) atau nonkanker (jinak). Saat ada tumor, maka kerja otak dapat terganggu. Pasalnya, saat tumor terus tumbuh, maka tekanan di dalam tulang tengkorak yang melindungi otak akan semakin tinggi. Hal ini dapat memicu berbagai gejala, seperti sakit kepala, gangguan keseimbangan, bahkan sulit bicara. 

Tumor otak jinak dan ganas biasanya memiliki gejala yang mirip. Namun, tumor jinak biasanya tidak menyebar ke jaringan lain, sementara kanker otak memiliki kemungkinan menyebar. 

Tumor otak jinak juga biasanya memiliki batas yang lebih jelas sehingga lebih mudah diangkat melalui prosedur pembedahan. Biasanya, tumor otak jinak tidak muncul kembali setelah pengangkatan. 

Di sisi lain, tumor otak ganas dapat tumbuh dengan cepat dan menyebar ke bagian lain otak atau sistem saraf pusat. Jenis tumor ini bisa menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. 

Tumor otak dikategorikan sebagai primer atau sekunder, berikut adalah penjelasan lengkapnya:

1. Tumor otak primer

Tumor otak primer berasal dari otak Anda. Tumor ini dapat berkembang dari:

  • Sel-sel otak
  • Selaput yang mengelilingi otak (meninges)
  • Sel-sel saraf
  • Kelenjar, seperti kelenjar pituitari pineal.

Tumor otak primer dapat bersifat jinak ataupun kanker. Pada orang dewasa, jenis tumor otak yang paling umum adalah glioma dan meningioma. 

2. Tumor otak sekunder

Tumor otak sekunder adalah kanker otak yang paling banyak ditemukan. Tumor ini bermula di satu bagian tubuh dan menyebar, atau bermetastasis, ke otak. Berikut adalah beberapa jenis kanker yang dapat bermetastasis ke otak:

  • Kanker paru-paru
  • Kanker payudara
  • Kanker ginjal
  • Kanker kulit. 

Tumor otak sekunder dianggap berbahaya karena sifatnya selalu ganas. 

Gejala tumor otak

Gejala tumor otak bervariasi dan bergantung pada bagian otak yang terdampak. 

Berikut adalah beberapa gejala umum dari jenis tumor ini yang patut diwaspadai:

  • Sakit kepala
  • Kejang-kejang
  • Merasa mual terus-menerus, muntah-muntah, dan mengantuk
  • Perubahan mental atau perilaku, seperti masalah ingatan atau perubahan kepribadian
  • Kelemahan progresif atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh
  • Masalah penglihatan atau bicara. 

Terkadang, orang dengan tumor di otak mungkin tidak merasakan gejala apa pun pada awalnya, atau gejala-gejala tersebut mungkin berkembang secara lambat seiring berjalannya waktu. 

Penyebab tumor otak

Berikut adalah sejumlah penyebab atau faktor risiko tumor di otak:

1. Riwayat keluarga

Salah satu faktor risiko atau penyebab tumor otak adalah riwayat keluarga. Hanya sekitar 5-10 persen kasus kanker yang diwariskan secara genetik atau turun-temurun. 

Tumor otak jarang diwariskan secara genetik. Namun, berkonsultasilah dengan dokter jika Anda memiliki anggota keluarga yang telah menerima diagnosis tumor di otak. Nantinya, dokter dapat merekomendasikan konselor genetik untuk Anda. 

2. Faktor usia

Faktor risiko tumor di otak selanjutnya adalah usia. Risiko dari sebagian besar jenis tumor otak meningkat seiring bertambahnya usia. 

3. Paparan bahan kimia dan radiasi

Paparan bahan kimia tertentu, seperti bahan kimia yang mungkin ditemukan di lingkungan kerja, dapat meningkatkan risiko kanker otak. 

Selain paparan bahan kimia, paparan radiasi juga dianggap bisa meningkatkan risiko kanker. Orang yang terpapar radiasi pengion (ionizing radiation) memiliki risiko tumor di otak yang lebih tinggi. Anda dapat terpapar radiasi pengion melalui terapi kanker radiasi tinggi atau nuklir. 

Insiden pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima dan Chernobyl adalah contoh bagaimana orang dapat terpapar radiasi pengion. 

Diagnosis tumor otak

Untuk mendiagnosis tumor di otak, dokter dapat melakukan pemeriksaan neurologis, yakni tes sistem saraf. Selama tes ini, dokter akan memeriksa berbagai fungsi untuk masalah yang mungkin terkait dengan tumor otak. Fungsi-fungsi ini meliputi:

  • Kekuatan anggota tubuh
  • Kekuatan tangan
  • Refleks
  • Pendengaran
  • Penglihatan
  • Sensitivitas kulit
  • Keseimbangan
  • Koordinasi
  • Ingatan
  • Kelincahan mental.

Setelah tes ini, dokter dapat menjadwalkan beberapa pemeriksaan tambahan, di antaranya:

1. CT scan kepala

CT scan adalah cara bagi dokter untuk mendapatkan hasil pemindaian tubuh yang lebih mendetail. Tes ini bisa dilakukan dengan atau tanpa kontras. 

Kontras digunakan dalam CT scan kepala dengan menggunakan pewarna khusus yang bisa membantu dokter untuk melihat beberapa struktur, seperti pembuluh darah, dengan jelas. 

2. MRI kepala

Jika pasien menjalani prosedur MRI kepala, pewarna khusus dapat digunakan untuk membantu dokter dalam mendeteksi tumor. MRI berbeda dari CT scan karena tidak menggunakan radiasi. Umumnya, MRI kepala memberikan gambaran yang jauh lebih mendetail tentang struktur otak.

3. Angiografi

Tes ini menggunakan pewarna yang disuntikkan ke arteri pasien, biasanya di area selangkangan. Pewarna tersebut nantinya akan mengalir ke arteri di otak dan memungkinkan dokter untuk melihat seperti apa suplai darah tumor. Informasi ini berguna pada saat operasi. 

4. Sinar-X tengkorak

Tumor di otak dapat menyebabkan patah tulang atau fraktur pada tulang tengkorak. Dengan menggunakan sinar-X, dokter dapat melihat apakah ada patah tulang yang terjadi pada tengkorak pasien. 

Di samping itu, sinar-X juga bisa mendeteksi endapan kalsium, yang terkadang terkandung dalam tumor. Endapan kalsium mungkin ada dalam aliran darah jika kanker telah berpindah ke tulang. 

5. Biopsi

Selama biopsi, bagian kecil dari tumor akan diambil. Selanjutnya, dokter ahli saraf akan memeriksanya untuk mengidentifikasi apakah sel tumor tersebut jinak atau ganas. Biopsi juga akan menentukan apakah kanker berasal dari otak atau bagian tubuh yang lain.

Konsultasi dokter

Pengobatan tumor otak

Pengobatan tumor di otak bergantung pada beberapa faktor, seperti lokasi, ukuran, jumlah, dan jenis tumor, usia pasien, hingga kesehatan pasien secara keseluruhan. 

Tumor otak jinak biasanya bisa diangkat dengan operasi dan umumnya tidak tumbuh kembali. Hal ini sering kali bergantung pada apakah ahli bedah saraf dapat mengangkat seluruh tumor dengan aman atau tidak. 

Usia juga menjadi faktor yang menentukan jenis pengobatan tumor otak. Sebagai contoh, pengobatan yang cukup dapat ditoleransi dengan baik oleh orang dewasa, seperti terapi radiasi, dapat mencegah perkembangan normal otak anak, terutama pada anak-anak di bawah usia lima tahun. Jadi, terapi radiasi mungkin lebih direkomendasikan untuk orang dewasa. 

Dokter biasanya menggunakan kombinasi terapi untuk mengobati tumor. Pilihan perawatan tumor di otak biasanya meliputi:

  • Awake Brain Surgery (operasi otak sadar)

Salah satu pengobatan tumor yang bisa direkomendasikan dokter adalah Awake Brain Surgery. Awake Brain Surgery adalah prosedur bedah otak yang dilakukan ketika pasien dalam kondisi sadar. Umumnya, metode bedah ini dianjurkan untuk mengatasi tumor di otak atau kanker otak yang memengaruhi area penting untuk berbicara, mengoordinasi gerakan, atau fungsi lainnya. 

Keuntungan dari metode Awake Brain Surgery untuk operasi tumor otak adalah dokter bisa memantau respons pasien secara langsung (real-time) guna memastikan tidak ada kerusakan pada bagian otak yang mengontrol fungsi vital. 

Dalam prosedurnya, dokter akan menggunakan anestesi (obat bius) lokal untuk menghilangkan rasa sakit. Sementara itu, pasien akan terus diajak berinteraksi selama operasi untuk memandu tindakan bedah secara lebih presisi. 

  • Transnasal Endoscopic Surgery

Pengobatan tumor otak selanjutnya adalah Transnasal Endoscopic Surgery, yaitu prosedur bedah minimal invasif yang melibatkan penggunaan endoskop fleksibel. Alat ini akan dimasukkan melalui hidung untuk mencapai area dalam otak, seperti kelenjar pituitari dan dasar tengkorak. 

Prosedur ini sering kali direkomendasikan untuk mengangkat tumor pituitari, mengatasi kebocoran cairan serebrospinal, hingga melakukan biopsi tanpa harus membuka tengkorak. 

Jika dibandingkan dengan operasi otak konvensional, beberapa kelebihan dan keunggulan dari metode Transnasal Endoscopic Surgery adalah masa pemulihan yang lebih cepat, risiko komplikasi yang lebih rendah, hingga mengurangi bekas luka. 

  • Terapi radiasi

Dalam terapi radiasi, dosis tinggi sinar-X digunakan untuk menghancurkan atau mengecilkan sel tumor otak.

  • SRS Brain Radiotherapy

SRS, atau Stereotactic Radiosurgery, adalah metode radioterapi presisi yang menggunakan dosis radiasi tinggi untuk menargetkan tumor, kanker, atau kelainan di otak tanpa perlu pembedahan. 

SRS Brain Radiotherapy kerap digunakan untuk mengatasi tumor otak, malformasi arteriovenosa (AVM), hingga beberapa gangguan neurologis lainnya, seperti neuralgia trigeminal.

SRS Brain Radiotherapy dilakukan dengan cara mengarahkan sinar radiasi dari berbagai sudut untuk menghancurkan sel-sel abnormal, sambil meminimalisir kerusakan pada jaringan sehat yang ada di sekitarnya. 

  • Brakiterapi

Brakiterapi adalah bentuk terapi radiasi yang melibatkan penempatan benih radioaktif, kapsul, atau implan lainnya secara langsung di dalam atau di dekat tumor kanker. 

  • Kemoterapi

Kemoterapi adalah pengobatan tumor otak yang melibatkan obat-obatan antikanker. Obat ini bisa membunuh sel kanker di otak dan seluruh tubuh. Pasien mungkin menerima kemoterapi melalui suntikan ke pembuluh darah atau meminumnya sebagai pil. 

Dokter mungkin merekomendasikan kemoterapi setelah operasi untuk membunuh sel kanker yang tertinggal atau untuk mencegah sel tumor yang tersisa agar tidak tumbuh lagi. 

  • Imunoterapi

Imunoterapi, juga disebut terapi biologis, adalah jenis perawatan yang menggunakan sistem imun tubuh pasien untuk melawan kanker. Terapi ini terdiri dari stimulasi sistem imun untuk membantunya bekerja lebih efektif. 

  • Terapi tertarget

Dengan terapi tertarget, obat-obatan digunakan untuk menargetkan fitur-fitur tertentu dalam sel kanker, tanpa membahayakan sel-sel sehat. Dokter mungkin akan merekomendasikan terapi tertarget jika pasien mengalami kesulitan menoleransi efek samping kemoterapi, seperti kelelahan dan mual. 

Jika Anda memiliki pertanyaan atau ingin berkonsultasi lebih lanjut seputar tumor otak, jangan ragu untuk mengunjungi Pusat Kanker Terpadu Mandaya dan Pusat Tumor Otak Mandaya untuk berkonsultasi langsung dengan tim dokter kami. Pusat Kanker Terpadu di RS Mandaya Puri juga dilengkapi dengan berbagai macam teknologi untuk menangani kanker. 

Segera buat janji temu dengan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Kanker Rahim

Kanker rahim adalah jenis kanker yang menyerang rahim, yaitu tempat tumbuh dan berkembangnya bayi selama masa kehamilan. Setiap wanita usia berapa pun bisa mengalaminya. Akan tetapi, kondisi ini paling sering terjadi pada wanita yang sudah memasuki masa menopause atau di atas 50 tahun.

Apa itu kanker rahim?

Kanker rahim adalah pertumbuhan sel abnormal yang terjadi pada jaringan rahim. Kebanyakan, sel kanker akan bermula di lapisan dinding rahim yang disebut atau endometrium. Endometrium inilah yang nantinya akan menjadi tempat melekatnya sel telur (ovum) yang telah dibuahi. itu sebabnya, kondisi ini dikenal juga sebagai kanker endometrium.

Selain di dinding rahim, sel kanker juga bisa berkembang di jaringan ikat maupun otot di sekitar rahim. 

Terdapat dua jenis kanker rahim yang dibedakan berdasarkan lokasi pertumbuhan sel kanker.

  • Kanker endometrium: Jenis kanker yang awalnya berkembang di endometrium dan merupakan salah satu kanker sistem reproduksi yang paling sering dialami wanita.
  • Sarkoma uterus: Jenis kanker yang awalnya berkembang di lapisan otot tengah (miometrium) serta jaringan ikat rahim. Kanker sarkoma uterus tergolong sangat jarang terjadi.

Lihat Juga: Mengenal Jenis Kanker Pada Organ Kewanitaan Bersama Dr. dr. Unedo H. Markus Sihombing, Sp.OG, Subsp. Onk

Gejala 

Gejala umum kanker rahim bisa meliputi:

  • Perdarahan vagina di luar jadwal menstruasi atau setelah menopause
  • Menstruasi lebih banyak atau lebih lama dari biasanya
  • Keputihan yang tidak biasa dan berbau tidak sedap
  • Nyeri di punggung bawah atau di panggul
  • Nyeri saat berhubungan seks 
  • Kencing berdarah
  • Benjolan atau bengkak di area perut atau panggul

Meski demikian, untuk memastikan penyebab gangguan kesehatan yang Anda alami, segera kunjungi dokter untuk dilakukan pemeriksaan.

Baca juga: 5 Rekomendasi Dokter Obgyn Perempuan di Jakarta dan Tangerang 

Konsultasi dokter

Penyebab

Penyebab kanker rahim adalah terjadinya mutasi genetik pada sel-sel di jaringan rahim. Mutasi itu kemudian menyebabkan sel-sel di rahim terus membelah secara tidak terkendali sehingga menekan sel-sel sehat.

Hingga kini, dokter dan ahli belum mengetahui apa yang menyebabkan sel-sel di rahim mengalami mutasi. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan peluang Anda mengalami kanker rahim, di antaranya:

  • Berusia di atas 50 tahun
  • Sudah memasuki masa menopause
  • Kelebihan berat badan atau obesitas
  • Diet tinggi lemak hewani
  • Memiliki riwayat keluarga yang mengalami kanker rahim
  • Mewarisi sindrom Lynch
  • Kadar estrogen tinggi
  • Memiliki diabetes
  • Mengalami endometriosis 
  • Memiliki PCOS
  • Menjalani terapi pengganti hormon dengan estrogen atau tamoxifen
  • Mendapatkan menstruasi pertama di usia yang relatif muda (kurang dari 12 tahun)
  • Menopause pada usia lebih tua

Konsultasi dokter

Diagnosis

Dokter akan mengawali diagnosis dengan melakukan pemeriksaan terkait riwayat kesehatan Anda termasuk gejala yang dirasakan, faktor risiko yang Anda miliki serta riwayat kesehatan keluarga. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan panggul.

Beberapa tes yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Tes darah
  • Tes pencitraan dengan CT scan, MRI, atau USG transvaginal
  • Biopsi endometrium
  • Histeroskopi
  • Dilatasi dan kuretase

Selain menentukan kondisi keganasan, berbagai pemeriksaan di atas juga akan membantu dokter untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat.

Lihat juga: Mengenal Faktor Genetik atau Keturunan Pada Kanker Rahim & Endometrium

Pengobatan kanker rahim

Pengobatan yang diberikan akan tergantung pada jenis dan stadium kanker serta kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan. Pilihan pengobatan kanker organ kewanitaan secara umum meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, dan pengobatan hormon. 

Sering kali pengobatan kanker akan menggunakan kombinasi dua perawatan atau lebih.  Berikut ini adalah beberapa pilihan pengobatan kanker rahim:

1. Radioterapi

Radioterapi adalah pengobatan dengan menggunakan radiasi sinar berenergi tinggi yang difokuskan untuk menghancurkan sel kanker. Radiasi ini dapat membunuh sel kanker, atau menghentikan sel kanker berkembang biak. 

Salah satu jenis radioterapi yang umum digunakan dan dianjurkan untuk penanganan kanker rahim, antara lain brakiterapi

2. Pembedahan

Operasi atau pembedahan umumnya menjadi pengobatan utama untuk kanker endometrium. Beberapa pilihan pembedahannya, antara lain:

  • Histerektomi

Operasi pengangkatan rahim dan leher rahim. Operasi ini dapat dilakukan dengan membuat sayatan di perut atau mengangkat rahim melalui vagina. 

Tergantung stadium kanker rahim, dokter mungkin hanya akan mengangkat bagian rahim jika kanker belum menyebar. Namun jika kanker telah menyebar, rahim akan diangkat bersama dengan jaringan di sekitarnya seperti leher rahim serta bagian atas vagina.

  •  Bilateral salpingo-oophorectomy (BSO)

Operasi untuk mengangkat rahim sekaligus bagian ovarium dan saluran tuba. Tindakan ini mungkin diperlukan bagi kebanyakan orang untuk memastikan semua sel kanker dapat dihilangkan. 

  • Pengangkatan kelenjar getah bening/limfa (lymphadenectomy)

Operasi untuk mengangkat rahim beserta kelenjar limfa di sekitar rahim untuk memastikan apakah kanker sudah menyebar ke organ lainnya.

3. Kemoterapi

Perawatan dengan menggunakan senyawa kimia yang dapat menghancurkan sel kanker. Kemoterapi dapat diberikan secara oral, injeksi, ataupun menggunakan implan.

4. Terapi hormon

Pengobatan kanker rahim dengan memberikan atau menghambat hormon tertentu agar dapat melawan sel kanker.

5. Imunoterapi

Perawatan berupa terapi imun yang bertujuan memperkuat sistem kekebalan tubuh Anda untuk melawan kanker.

Lihat Juga: Terapi Kanker Organ Kewanitaan dengan Brakiterapi

Konsultasi dokter

Pencegahan 

Pencegahan hanya dapat dilakukan dengan melakukan cara-cara yang dapat menurunkan faktor risikonya, seperti:

  • Konsultasi kepada dokter jika Anda memiliki banyak faktor risiko
  • Jaga berat badan yang sehat dengan konsumsi makanan bergizi dan rajin berolahraga.
  • Mengendalikan diabetes
  • Periksakan kesehatan organ reproduksi secara berkala
  • Gunakan obat KB hormonal sesuai anjuran dokter

Kanker rahim terdeteksi pada tahap awal karena banyak wanita segera memeriksakan kondisinya saat mengalami gejala tidak biasa, seperti perdarahan vagina yang tidak normal.

Lihat juga: Testimoni Pasien Kanker Ovarium Stadium 4A Lakukan Operasi & Kemo di Mandaya Cancer Center

Untuk mengetahui seberapa sering Anda perlu melakukan pemeriksaan atau jenis pemeriksaan yang Anda lakukan, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis obgyn (kebidanan dan kandungan) atau bedah onkologi.

Anda bisa berkunjung ke Advanced Cancer and Radiotherapy Centre di Mandaya Royal Hospital Group untuk berkonsultasi dengan para ahli kami. Buat janji temu dengan fitur  Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)

PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome), atau sindrom polikistik ovarium atau adalah kondisi ketika sel telur tidak matang sempurna, sehingga berukuran kecil, akibat gangguan keseimbangan hormon reproduksi. Sel telur yang tidak matang ini akhirnya membentuk kista-kista kecil dalam jumlah banyak.

Sering kali, PCOS disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon pada wanita usia subur. Salah satu masalah yang muncul dari sindrom polikistik ovarium ini adalah orang yang mengalaminya jadi sulit hamil.

Penyebab Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)

Penyebab pasti PCOS hingga kini belum diketahui. Namun, kemungkinan PCOS terjadi akibat masalah hormon yang tidak seimbang.

Wanita memiliki hormon estrogen dan progesteron. Dalam jumlah kecil, wanita juga memiliki hormon testosteron, yakni hormon pria, di dalam tubuhnya. Ketidakseimbangan hormon reproduksi inilah yang dapat menyebabkan seseorang mengalami PCOS. 

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami PCOS:

1. Tingkat androgen yang tinggi

Normalnya, wanita memang memiliki hormon androgen, yakni testosteron di dalam tubuhnya dalam jumlah yang sangat kecil.

Ketika kadar hormon testosteron dalam tubuh wanita berlebihan, kondisi ini bisa membuat ovarium tidak dapat melepaskan sel telur yang sudah matang saat ovulasi.

Hal ini bisa berdampak pada siklus menstruasi dan kesuburan wanita.

2. Resistensi insulin

Insulin berguna untuk membantu sel tubuh memecah kadar gula darah. Bila sel tubuh resisten atau kebal terhadap insulin, glukosa akan tetap berada di dalam darah dan meningkatkan kadar glukosa darah. Kadar insulin yang terlalu tinggi dapat membuat tubuh menciptakan terlalu banyak hormon androgen yang memengaruhi proses ovulasi dan menyebabkan PCOS.

Konsultasi dokter

3. Genetik

Sindrom polikistik ovarium cenderung diturunkan dalam satu keluarga. Apabila ibu, bibi, atau saudara perempuan Anda ada yang mengalami PCOS, maka risiko Anda untuk mengalami hal serupa pun lebih besar.

4. Inflamasi ringan

Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang mengalami peradangan (inflamasi) kronis dalam level ringan juga berpotensi mengalami PCOS.

Ini karena kista-kista kecil yang terbentuk mungkin saja memproduksi androgen.

Selain itu, orang yang memiliki obesitas juga diketahui memiliki angka peradangan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang punya berat badan ideal.

Lihat Juga: Testimoni Pasien Menjalani Pengangkatan Kista di Ovarium 

Gejala PCOS

Wanita dengan PCOS memiliki kadar hormon androgen yang berlebihan. Hal ini menyebabkan ovarium tidak dapat melepaskan sel telur yang matang. Sebaliknya, justru menciptakan sel telur kecil dan tidak matang, yang berkembang menjadi kantung-kantung kecil berisi cairan (kista) pada ovarium. 

Saat seorang wanita tidak mengalami ovulasi, menstruasi juga mungkin saja tidak terjadi. Maka itu, gejala utama PCOS yang paling khas adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. 

Anda mungkin hanya mengalami haid kurang dari delapan kali dalam setahun, memiliki jarak siklus haid yang pendek kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari. Pada sebagian wanita PCOS juga dapat menyebabkan menstruasi berhenti.

Selain itu sekitar 70% wanita dengan PCOS juga dapat mengalami hirsutisme, yaitu pertumbuhan rambut ekstra pada wanita di bagian wajah, dagu, atau bagian tubuh lain di mana pria biasanya memiliki rambut.

Berikut ini adalah beberapa gejala PCOS:

  • Menstruasi tidak teratur
  • Tidak mengalami menstruasi sama sekali
  • Pertumbuhan jerawat di wajah, dagu, dada, dan punggung bagian atas (hirsutisme)
  • Berat badan bertambah atau kesulitan menurunkan berat badan
  • Penipisan rambut atau rambut rontok di kulit kepala, seperti pola kebotakan pada pria
  • Area lipatan kulit yang menggelap, seperti di lipatan leher, di pangkal paha, serta di bawah payudara
  • Tag kulit, yaitu pertumbuhan kulit berlebih berukuran kecil yang biasanya tumbuh di ketiak atau area leher

Munculnya kista ovarium berukuran kecil dalam jumlah banyak saat dilakukan tes USG

Baca Juga: Tes Kesuburan Pria yang Perlu Dilakukan Sebelum Program Hamil

Konsultasi dokter

Pengobatan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)

Biasanya, dokter mengetahui Anda memiliki PCOS dari serangkaian tes kesuburan wanita. Meski demikian, USG transvagina juga dapat menunjukkan ada tidaknya kista-kista kecil yang terbentuk.

Meskipun tidak bisa disembuhkan tetapi pengobatan dapat diberikan untuk mengontrol gejala PCOS yang menyebabkan Anda merasa tidak nyaman.

1. Perubahan gaya hidup

Kelebihan berat badan adalah salah satu faktor yang menyebabkan Anda mengalami PCOS. Jika Anda memiliki kelebihan berat badan, dokter dapat menyarankan untuk lebih rajin berolahraga dan menjalankan pola makan sehat dengan diet rendah kalori. 

Penurunan berat badan dapat membantu mengurangi gejala, meningkatkan efektivitas obat PCOS bahkan memperbaiki masalah kesuburan.

2. Pemberian obat-obatan

Untuk mengembalikan ketidakseimbangan hormon dokter dapat memberikan:

  • Kombinasi pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron untuk menekan produksi androgen. Obat ini dapat membantu memperbaiki siklus haid, mengurangi pertumbuhan rambut ekstra dan jerawat.
  • Terapi  progesteron selama 10 sampai 14 hari setiap 1 sampai 2 bulan. Terapi ini dapat memperbaiki siklus haid dan melindungi dari kanker endometrium. Terapi ini juga tidak akan mencegah kehamilan. 

Dokter juga dapat merekomendasikan pemberian obat-obatan hormon seperti clomifene, letrozole dan metformin untuk membantu mengatur siklus menstruasi sehingga Anda bisa lebih mudah mendapatkan kehamilan.

3. Prosedur medis khusus

Dokter dapat juga menyarankan metode pengobatan lain sesuai kebutuhan. PCOS bisa memicu berbagai gangguan, seperti infertilitas, pertumbuhan rambut berlebih, hingga peningkatan risiko diabetes serta tekanan darah tinggi.

Jika kondisi-kondisi tersebut dialami, maka perawatan akan dilakukan sesuai kondisi masing-masing pasien. Maka dari itu segera periksakan ke dokter jika Anda mengalami gejala PCOS seperti haid tidak teratur maupun gejala lain yang telah disebutkan di atas. Dengan penanganan yang tepat wanita pemilik PCOS bisa memperoleh kehamilan. 

Lihat juga: Tahapan Program Hamil & Inseminasi untuk Dapatkan Momongan

Dispraksia

Dispraksia adalah gangguan perkembangan otak dan koordinasi yang menyebabkan anak mengalami dalam kemampuan gerak dan koordinasi. Kondisi ini juga dikenal dengan developmental coordination disorder (DCD). Dengan terapi yang tepat seperti terapi okupasi, anak-anak dapat melakukan tugas sehari-hari dengan lebih baik.

Apa Itu Dispraksia?

Dispraksia adalah suatu gangguan yang memengaruhi koordinasi dan kemampuan gerak anak. Anak yang mengalami dispraksia umumnya akan kesulitan dalam koordinasi tubuh, seperti mengendarai sepeda atau berolahraga.

Selain itu, dispraksia juga dapat menyebabkan gangguan motorik anak, sehingga memengaruhi kemampuannya dalam menulis, mengambil barang, ataupun mengancing baju. Meski termasuk sebagai salah satu gangguan belajar, kondisi ini tidak memengaruhi kecerdasan anak Anda.

Gejala Dispraksia

Dispraksia biasanya dapat muncul sejak usia awal ataupun masuk usia sekolah. Gangguan pada motorik kasar dan motorik halus membuat anak yang mengalami dispraksia sering kali bersifat kikuk dan menabrak benda atau orang. Gejalanya pertamanya bisa muncul pada usia awal anak (di bawah 1 tahun) ataupun saat anak mencapai usia balita dan siap sekolah.

Beberapa tanda anak mungkin mengalami dispraksia, yaitu:

  • Bayi terlambat merangkak atau berjalan
  • Kesulitan bermain dengan mainan yang membutuhkan koordinasi, seperti menyusun gelas
  • Kesulitan makan dengan sendok dan garpu
  • Sulit memakai baju sendiri dan mengancing
  • Kesulitan menggenggam pensil dan menulis
  • Lambat dalam mempelajari keterampilan baru dan mengingat informasi
  • Masalah keseimbangan saat berjalan
  • Tampak gelisah, sering menggoyangkan tangan atau kaki

Walau memiliki gangguan koordinasi, dispraksia tidaklah sama dengan cerebral palsy yang juga memengaruhi kemampuan motorik anak. 

Penyebab

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan kondisi ini. Namun, para ahli menduga dispraksia terjadi karena adanya gangguan pada hubungan antar-saraf di otak. Kondisi ini dikaitkan erat dengan masalah genetik.

Artinya, anak yang mengalami dispraksia biasanya memiliki orang tua atau keluarga dengan kondisi serupa.

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak mengalami dispraksia, yaitu:

  • Anak lahir prematur, sebelum usia kehamilan 37 minggu
  • Bayi lahir dengan berat badan rendah
  • Memiliki riwayat dispraksia dalam keluarga
  • Ibu mengonsumsi alkohol dan narkoba saat hamil

Diagnosis

Untuk mendiagnosis dispraksia, Anda mungkin perlu menemui beberapa jenis dokter, seperti dokter spesialis anak, dokter spesialis anak konsultan saraf, terapi okupasi, dan psikologi anak.

Sebab, tidak ada tes kesehatan yang dapat menunjukkan dengan pasti. Pemeriksaan kesehatan mungkin dapat dilakukan untuk mengeliminasi penyebab lain.

Jadi, dokter dan tenaga kesehatan lain akan melakukan beberapa evaluasi, seperti:

  • Menilai kemampuan motorik anak sesuai umurnya
  • Menilai dampak dari masalah motorik anak pada kegiatan sehari-hari yang dapat ia lakukan
  • Melihat gejala yang muncul
  • Menilai apakah dengan pengobatan sesuai kondisi, masalah koordinasi akan berkurang

Ataksia

Ataksia adalah salah satu kelainan saraf langka yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan koordinasi dan sulit mengendalikan gerakan otot. Akibatnya, mereka akan mengalami masalah keseimbangan dan bergerak secara kikuk. Selain masalah gerak tubuh yang kurang terkoordinasi, orang yang mengalami ataksia juga bisa mengalami masalah berjalan, berbicara, dan gerakan mata.

Ataksia dapat terjadi sebagai kondisi tunggal ataupun sebagai gejala dari penyakit saraf lainnya. Tergantung apa penyebabnya, kondisi ini mungkin dapat disembuhkan.

Jenis Ataksia

Terdapat beberapa penyebab ataksia tergantung dari area yang mengalami kerusakan, yaitu:

  1. Ataksia serebral: Jenis ataksia yang paling umum karena terjadi kerusakan pada otak kecil.
  2. Ataksia sensorik: Jenis ataksia yang terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau sumsum tulang belakang sehingga mengganggu kemampuan tubuh merasakan posisi dan gerak. Orang yang mengalami ataksia sensorik sering merasa limbung saat berjalan.
  3. Ataksia vestibular: Ataksia disebabkan oleh masalah sistem vestibular, yakni sistem yang bertugas menjaga keseimbangan tubuh yang ada di telinga bagian dalam. Selain kehilangan orientasi, orang yang mengalami ataksia jenis ini juga dapat mengalami pusing berputar.

Penyebab Ataksia

Penyebab utama ataksia adalah adanya kerusakan pada bagian otak yang bernama cerebellum, alias otak kecil. Ini adalah bagian otak yang mengatur keseimbangan dan koordinasi gerak. 

Kerusakan ini dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu:

  • Ataksia genetika: Terjadi karena mutasi genetik yang diturunkan dalam keluarga
  • Ataksia sporadis: Ataksia yang terjadi secara tiba-tiba, biasanya karena degenerasi otak ataupun mutasi gen secara tiba-tiba
  • Ataksia yang didapat (acquired) akibat kondisi yang menyebabkan kerusakan otak, seperti infeksi tertentu, penyalahgunaan alkohol, stroke, cedera otak, atau tumor otak.

Gejala Ataksia

Gejala ataksia biasanya bervariasi tergantung dari jenis yang dialaminya. Namun, secara umum, gejala ataksia adalah:

  • Kesulitan berjalan dan menjaga keseimbangan
  • Tremor atau gemetar pada tangan
  • Kesulitan berbicara atau suara yang tidak jelas
  • Masalah koordinasi tangan 
  • Berjalan limbung atau dengan kaki yang terbuka lebar
  • Memiliki masalah motorik halus, seperti kesulitan menulis, mengancing baju, dan makan
  • Gerakan mata yang tidak terkontrol
  • Kesulitan menelan (disfagia)

Gejala ataksia biasanya dapat memburuk dari waktu ke waktu. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup yang signifikan.

Bisakah Ataksia Disembuhkan? 

Sayangnya, ataksia terutama yang diturunkan atau akibat genetik tidak dapat disembuhkan. Namun, beberapa jenis ataksia bisa diatasi dengan mengobati penyebabnya. Misalnya, jika ataksia terjadi karena kekurangan vitamin tertentu, seperti vitamin B12, pemberian vitamin ini dapat membantu menghilangkan gejalanya.

Diagnosis 

Untuk mendiagnosis ataksia, dokter spesialis saraf dapat melakukan beberapa pemeriksaan. Dokter saraf juga dapat bekerja sama dengan dokter spesialis THT untuk mencari tahu penyebab masalah keseimbangan yang Anda alami untuk memastikan diagnosis.

Terdapat beberapa tes penunjang yang dapat dilakukan, seperti:

  • CT scan atau MRI otak
  • Tes darah untuk melihat paparan racun yang mungkin menyebabkan ataksia
  • Tes urine
  • Tes genetik
  • Pungsi lumbal

Ensefalitis

Ensefalitis adalah peradangan yang terjadi pada otak dan menyebabkan otak membengkak, seringnya akibat infeksi bakteri ataupun virus. Radang otak ini termasuk kondisi yang jarang terjadi. Biasanya, ensefalitis lebih umum terjadi pada anak-anak, lansia, dan orang yang sistem imunnya lemah. Meski demikian, peradangan pada otak bisa terjadi pada usia berapa pun.

Apa Itu Ensefalitis?

Encephalitis, atau radang otak, adalah kondisi ketika area otak mengalami infeksi dan pembengkakan. Infeksi bisa disebabkan oleh bakteri, virus, dan reaksi autoimun. Namun, virus adalah penyebab tersering dari ensefalitis. Ensefalitis berbeda dengan meningitis. Ensefalitis adalah infeksi yang terjadi pada area otak. Sementara meningitis adalah infeksi pada selaput otak, atau meninges.

Ensefalitis adalah kondisi yang mengancam nyawa dan bisa menimbulkan komplikasi jangka panjang. Penting untuk mengenali tanda-tandanya dan berkonsultasi ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat sesegera mungkin.

Gejala Ensefalitis

Gejala radang otak bisa bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Ensefalitis yang ringan mungkin menunjukkan gejala yang mirip dengan penyakit flu, seperti demam, sakit kepala, tidak nafsu makan, lemas, dan nyeri sendi atau tulang.

Sementara, gejala ensefalitis yang lebih serius juga disertai dengan:

  • Leher kaku
  • Linglung atau halusinasi
  • Masalah memori
  • Cemas dan gelisah
  • Kejang
  • Tidak mampu menggerakkan area wajah atau tubuh tertentu
  • Munculnya gerakan yang tidak biasa
  • Kelemahan otot
  • Masalah pendengaran atau berbicara
  • Kehilangan kesadaran, termasuk koma
  • Mual dan muntah

Gejala ensefalitis pada anak cenderung lebih susah dikenali karena anak belum dapat menggambarkan kondisinya dengan baik. Berikut adalah beberapa tanda ensefalitis pada anak:

  • Benjolan lunak pada tulang tengkorak anak
  • Mual dan muntah
  • Kekakuan di seluruh tubuh
  • Tidak mau makan
  • Rewel
  • Lemas atau tidak aktif

Penyebab Ensefalitis

Secara umum, radang otak disebabkan oleh infeksi virus ataupun bakteri. Meski demikian, infeksi jamur atau reaksi autoimun juga bisa membuat otak mengalami peradangan.

Terdapat dua jenis utama radang otak yang dipisahkan dari penyebab terjadinya, yaitu:

  1. Ensefalitis infeksius, yakni radang yang disebabkan oleh infeksi kuman penyebab penyakit, seperti virus, bakteri dan jamur.
  2. Ensefalitis autoimun, yang terjadi karena reaksi sistem imun tubuh yang keliru menyerang sel-sel sehat di otak

Di antara keduanya, infeksi virus adalah penyebab paling sering dari ensefalitis. Beberapa infeksi virus yang umum menyebabkan radang otak, antara lain:

  • Herpes simplex virus (HSV)
  • Varicella, virus penyebab cacar air
  • Virus campak jerman, gondongan, dan rubella (MMR)
  • Rabies
  • Virus Epstein-Barr 
  • Virus yang disebarkan oleh gigitan serangga, seperti virus dengue penyebab demam berdarah dan west-nile

Meski demikian, terinfeksi virus di atas bukan berarti Anda pasti akan mengalami radang otak.

Diagnosis

Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis radang otak, seperti:

  • CT scan atau MRI otak
  • Pemeriksaan EEG (elektroensefalografi)
  • Tes darah untuk mengecek bakteri atau virus dalam darah
  • Pungsi lumbal yaitu pemeriksaan cairan serebrospinal

Penyakit Tiroid

Penyakit tiroid adalah gangguan kesehatan yang yang menyebabkan gangguan pada produksi hormon tiroid. Kelenjar tiroid adalah organ kecil di leher depan yang berbentuk kupu-kupu yang memproduksi memproduksi hormon penting untuk mengatur metabolisme tubuh. 

Jenis-jenis penyakit tiroid

Hipertiroid dan hipotiroid adalah dua jenis penyakit tiroid yang paling umum terjadi. Namun, ada beberapa jenis gangguan yang bisa terjadi tiroid:

  • Hipotiroid

Kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan hormon tiroid yang kurang dari biasanya. Ini dapat menyebabkan penurunan energi, peningkatan berat badan, kelelahan, dan kulit kering.

  • Hipertiroid

Kelenjar tiroid terlalu aktif dan menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan. Gejala yang mungkin terjadi termasuk penurunan berat badan, peningkatan denyut jantung, kecemasan, dan gemetar (tremor).

  • Tiroiditis

Peradangan pada kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan hipotiroidisme atau hipertiroidisme sementara.

  • Gondok

Pembengkakan kelenjar tiroid yang bisa disebabkan oleh kekurangan yodium atau masalah metabolik lainnya.

  • Tumor tiroid

Munculnya tumor di kelenjar tiroid sehingga menyebabkan pembengkakan dan meningkatkan produksi hormon tiroid.

  • Kanker tiroid

Tumbuhnya sel-sel abnormal di kelenjar tiroid sehingga mengganggu fungsinya. Kanker bersifat ganas dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain.

Baca juga: Metode Pengobatan Hipertiroid Tanpa Operasi di RS Mandaya Royal Puri, Berhenti Minum Obat Seumur Hidup 

Gejala penyakit tiroid

Penyakit tiroid dapat menyebabkan munculnya benjolan di leher. Namun, gejala spesifik yang muncul biasanya tergantung pada jenis penyakitnya, yaitu:

  • Hipotiroidisme: Kelelahan, penurunan berat badan, rambut rontok, depresi, dan kulit kering.
  • Hipertiroidisme: Kecemasan, gemetar (tremor), penurunan berat badan, denyut jantung cepat, dan kesulitan tidur.
  • Tiroiditis: Nyeri leher, pembengkakan kelenjar tiroid, demam, dan kelelahan.
  • Gondok: Pembengkakan leher, sulit menelan, dan suara serak.
  • Kanker: pembengkakan leher, sulit menelan, disertai rasa nyeri.

Faktor risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit tiroid antara lain:

  • Riwayat keluarga dengan penyakit tiroid
  • Paparan radiasi di leher
  • Kekurangan yodium dalam makanan
  • Berjenis kelamin wanita
  • Pertambahan usia

Cara mencegah penyakit tiroid

Meskipun tidak semua penyakit tiroid dapat dicegah, beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Konsumsi makanan kaya yodium, seperti ikan laut, telur, dan produk susu
  • Hindari paparan radiasi berlebih di daerah leher
  • Rutin memeriksa kesehatan tiroid dengan tes darah untuk mengukur hormon tiroid
  • Jaga pola makan sehat dan seimbang
  • Hindari stres dan lakukan cara-cara untuk mengendalikan stres

Baca juga: Rekomendasi Dokter Bedah Spesialis Tiroid Jakarta Barat – Mandaya Royal Hospital Puri 

Pengobatan penyakit tiroid

Pengelolaan penyakit tiroid bergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Ini dapat mencakup penggunaan obat-obatan untuk mengatur produksi hormon tiroid, terapi radiasi, atau dalam kasus yang parah, pembedahan untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.

Penyakit tiroid adalah masalah kesehatan yang umum dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Dengan memahami gejalanya, mengenali faktor risiko, melakukan langkah pencegahan, dan mengelola penyakit dengan baik Anda dapat mengurangi dampak negatifnya dan menjaga kesehatan tiroid secara optimal. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala penyakit tiroid atau memiliki riwayat keluarga dengan masalah tiroid.

Kapan harus ke dokter?

Segera berkonsultasi ke dokter bila Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, terlebih jika terjadi pembengkakan di bagian leher.

Jangan ragu untuk berkonsultasi di Mandaya Hospital. Pusat Tiroid Indonesia kami dapat memberikan pelayanan terbaik untuk menangani berbagai keluhan tiroid lainnya. Didukung oleh dokter spesialis berpengalaman serta peralatan medis yang lengkap, kami dapat memberikan penanganan mulai dari pengobatan hingga prosedur ablasi untuk mengatasi tiroid.

Lihat juga: Hipertiroid Bisa Sembuh di Mandaya Royal Hospital Puri Tanpa Ketergantungan Obat

Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store. Selain janji temu, Anda juga bisa memantau nomor antrian dan mendapatkan informasi lengkap lainnya di sana.

Need Help? Chat with us!
Start a Conversation
Hi! Click one of our members below to chat on WhatsApp
We usually reply in a few minutes