fbpx

Myositis

Myositis adalah sekelompok penyakit langka yang menyebabkan otot menjadi lemah, lelah, dan sakit. Kata “myositis” berarti peradangan pada otot. Peradangan ini dapat mempengaruhi otot di sekitar bahu, pinggul, dan paha, serta bisa menyebar ke kulit, paru-paru, atau jantung. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit neuromuskular, yang mempengaruhi saraf dan otot​ 

Jenis-jenis Myositis

Terdapat beberapa jenis myositis, masing-masing dengan karakteristik dan gejala yang berbeda:

  • Polymyositis: Jenis ini menyebabkan peradangan pada banyak otot di seluruh tubuh. Gejala umumnya termasuk kelemahan otot di sekitar pinggul, paha, bahu, dan lengan atas.
  • Dermatomyositis: Selain kelemahan otot, dermatomyositis juga disertai ruam kulit yang khas, seperti ruam merah atau ungu di sekitar mata dan di atas sendi.
  • Inclusion Body Myositis (IBM): IBM biasanya menyerang orang dewasa di atas usia 50 tahun dan menyebabkan kelemahan otot yang lambat progresif, terutama di otot tangan dan kaki.
  • Necrotizing Autoimmune Myopathy (NAM): Jenis ini ditandai dengan kelemahan otot yang parah dan cepat progresif, sering kali terkait dengan adanya antibodi spesifik dalam darah​ 

Gejala 

Gejala myositis bervariasi tergantung pada jenisnya, namun umumnya termasuk:

  • Kelemahan otot yang progresif
  • Nyeri otot dan sendi
  • Kelelahan ekstrem
  • Kesulitan mengangkat lengan atau berjalan
  • Ruam kulit (pada dermatomyositis)
  • Penurunan berat badan dan keringat malam
  • Pada beberapa kasus, myositis juga dapat menyebabkan masalah pernapasan dan menelan jika otot-otot terkait terpengaruh​ 

Penyebab 

Penyebab myositis seringkali berkaitan dengan gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan sehat. Beberapa faktor pemicu lainnya termasuk infeksi virus, reaksi obat, dan kondisi medis lain seperti gangguan hormon atau kekurangan vitamin. Faktor genetik juga dapat berperan dalam beberapa jenis myositis​.

Diagnosis 

Proses diagnosis kondisi ini melibatkan berbagai tes untuk memastikan kondisi dan menentukan jenisnya:

  • Tes Darah: Mengukur kadar enzim otot seperti kreatin kinase (CK) yang meningkat saat otot mengalami kerusakan.
  • Elektromiografi (EMG): Menilai aktivitas listrik dalam otot untuk mendeteksi kelainan.
  • Biopsi Otot: Memeriksa jaringan otot di bawah mikroskop untuk melihat tanda-tanda peradangan.
  • MRI: Mengidentifikasi area peradangan pada otot tanpa perlu biopsi invasif​ 

Pengobatan 

Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan myositis, beberapa perawatan dapat membantu mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien:

  1. Kortikosteroid: Steroid adalah lini pertama pengobatan untuk mengurangi peradangan dan nyeri otot.
  2. Imunosupresan: Obat seperti methotrexate atau azathioprine digunakan jika steroid tidak efektif.
  3. Intravenous Immunoglobulin (IVIG): Terapi ini dapat membantu memperbaiki fungsi otot pada beberapa pasien.
  4. Fisioterapi: Latihan fisik teratur sangat penting untuk menjaga kekuatan otot dan fleksibilitas serta mencegah atrofi otot.
  5. Perawatan Multidisiplin: Pendekatan yang melibatkan berbagai ahli seperti ahli reumatologi, neurologi, fisioterapi, dan nutrisi sangat penting untuk manajemen myositis yang efektif​ 

Myositis dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan tugas sehari-hari seperti naik tangga, menyisir rambut, dan masuk atau keluar mobil. Pada kasus yang parah, pengidapnya bisa kesulitan bernafas dan menelan. Dengan pengobatan yang tepat, banyak penderita myositis yang dapat menjalani hidup normal, meskipun beberapa mungkin tidak pernah sepenuhnya pulih dari kekuatan otot yang hilang​ 

Myositis adalah penyakit otot yang serius dan memerlukan diagnosis serta pengobatan yang tepat untuk mengelola gejalanya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala myositis, penting untuk segera berkonsultasi ke dokter. 

Atur janji temu Anda dengan dokter sekarang juga lewat Chat Whatsapp, halaman Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store. Selain janji temu, Anda juga bisa memantau nomor antrian dan mendapatkan informasi lengkap lainnya di sana.

Spinal Muscular Atrophy

Spinal Muscular Atrophy (SMA) adalah penyakit genetik yang menyebabkan kelemahan dan atrofi otot yang parah. Penyakit ini terutama mempengaruhi sel saraf motorik di sumsum tulang belakang, yang bertanggung jawab untuk mengontrol gerakan otot. SMA merupakan salah satu penyakit neuromuskular yang paling umum ditemukan pada anak-anak.

Penyebab SMA

SMA disebabkan oleh mutasi pada gen SMN1 (Survival Motor Neuron 1). Gen ini berperan penting dalam produksi protein SMN, yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sel saraf motorik. Ketika gen ini bermutasi, tubuh tidak dapat menghasilkan cukup protein SMN, yang menyebabkan kematian sel saraf motorik dan berujung pada kelemahan dan atrofi otot.

Tipe-tipe SMA

SMA dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan usia onset dan tingkat keparahan gejala:

  • SMA Tipe 0

Tipe paling jarang dan parah, gejalanya muncul sebelum kelahiran. Bayi dengan SMA tipe ini sering kali mengalami kelemahan otot yang parah saat lahir dan memiliki harapan hidup yang sangat pendek.

  • SMA Tipe I (Penyakit Werdnig-Hoffmann)

Tipe ini merupakan bentuk SMA yang paling umum dan paling parah. Gejalanya muncul pada bayi yang berusia di bawah enam bulan. Bayi dengan tipe ini mengalami kesulitan mengangkat kepala, menelan, dan bernapas. Tanpa intervensi medis yang signifikan, harapan hidup biasanya kurang dari dua tahun.

  • SMA Tipe II (SMA Infantil Kronis)

Gejala muncul pada usia antara 6 hingga 18 bulan. Anak-anak dengan tipe ini dapat duduk tanpa bantuan tetapi tidak dapat berdiri atau berjalan. Harapan hidup dapat bervariasi, tetapi dengan perawatan yang tepat, mereka dapat hidup hingga dewasa.

  • SMA Tipe III (Penyakit Kugelberg-Welander) 

Gejala muncul setelah usia 18 bulan dan sering kali baru terlihat pada masa kanak-kanak awal atau remaja. Individu dengan tipe ini dapat berdiri dan berjalan, tetapi mungkin memerlukan kursi roda pada usia dewasa.

  • SMA Tipe IV 

Tipe ini muncul pada dewasa muda dan ditandai oleh kelemahan otot yang lebih ringan dibandingkan tipe-tipe lainnya. Harapan hidup normal, tetapi aktivitas fisik mungkin terbatas.

Baca Juga: Jenis-jenis Penyakti Saraf Langka & Gangguan Otot

Gejala dan Diagnosis

Gejala utama SMA adalah kelemahan otot yang progresif, yang sering kali dimulai dari otot-otot yang paling dekat dengan pusat tubuh (proksimal) seperti bahu, pinggul, dan punggung bawah. Gejala lainnya meliputi:

  • Kesulitan bernapas dan menelan.
  • Hilangnya refleks tendon dalam.
  • Postur tubuh abnormal seperti skoliosis.

Diagnosis biasanya dilakukan melalui tes genetik untuk mendeteksi mutasi pada gen SMN1. Selain itu, tes darah dan elektromiografi (EMG) dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.

Pengobatan dan Manajemen

Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan SMA, beberapa perawatan tersedia untuk mengelola gejala dan memperpanjang harapan hidup. Beberapa pendekatan utama dalam pengobatan SMA adalah:

1. Obat-obatan

  • Nusinersen: Obat ini diberikan melalui injeksi intratekal dan bekerja dengan meningkatkan produksi protein SMN dari gen SMN2.
  • Onasemnogene abeparvovec-xioi: Terapi gen ini diberikan sekali melalui infus intravena dan dirancang untuk menggantikan fungsi gen SMN1 yang rusak.
  • Risdiplam: Obat oral yang membantu meningkatkan produksi protein SMN dari gen SMN2.

2. Terapi Fisik dan Rehabilitasi

  • Terapi fisik membantu menjaga kekuatan otot dan fleksibilitas. 
  • Alat bantu pernapasan seperti ventilator non-invasif dapat digunakan untuk mendukung fungsi pernapasan.

3. Perawatan Multidisiplin

Perawatan pasien dengan SMA seringkali memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter spesialis saraf, spesialis paru-paru, ahli fisioterapi, dan nutrisionis.

Lihat Juga: Mengenal Penyakit Neuromuskular Bersama dr. Luh Ari Indrawati, Sp.N, Subsp. E.N.K (K)

 

Penyakit Neuromuskular dan Saraf Terkait

SMA termasuk dalam kategori penyakit neuromuskular, yang juga mencakup penyakit-penyakit lain seperti Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) dan Distrofi Otot. Penyakit-penyakit ini mempengaruhi saraf yang mengontrol otot, menyebabkan kelemahan dan degenerasi otot. Pengelolaan penyakit neuromuskular sering kali memerlukan pendekatan yang serupa dengan SMA, termasuk terapi fisik, dukungan pernapasan, dan penggunaan obat-obatan yang sesuai.

Spinal Muscular Atrophy adalah penyakit genetik serius yang mempengaruhi sel saraf motorik, menyebabkan kelemahan otot yang progresif. Meskipun tidak ada obat untuk SMA, kemajuan dalam terapi gen dan pengobatan lainnya telah memberikan harapan baru bagi pasien dan keluarga mereka. Dengan diagnosis dini dan perawatan yang tepat, banyak individu dengan SMA dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik dan masa hidup yang lebih panjang.

Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Ibu hamil yang mengalami diabetes gestasional biasanya memiliki kadar gula darah yang normal sebelum kehamilan dan naik saat hamil. Akan tetapi, kadar gula darahnya cenderung akan kembali normal setelah melahirkan.

Apa itu diabetes gestasional?

Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil yang punya diabetes gestasional biasanya punya kadar gula darah yang normal sebelum hamil.

Jika tidak dikendalikan, diabetes gestasional adalah salah satu komplikasi kehamilan yang berdampak pada ibu dan janin. Namun, diabetes pada ibu hamil sangat bisa dikendalikan dengan pola makan bergizi, rutin olahraga, dan pengobatan jika diperlukan.

Selain itu, kadar gula darah pada ibu hamil yang mengalami diabetes biasanya akan kembali setelah sang ibu melahirkan.

Penyebab diabetes gestasional

Tidak seperti diabetes tipe 1 yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin, diabetes gestasional terjadi karena saat hamil, tubuh mengalami perubahan hormon yang cukup signifikan.

Perubahan hormon selama kehamilan inilah yang membuat insulin tidak dapat bekerja secara optimal dan menyebabkan resistensi insulin pada ibu hamil. Resistensi insulin inilah yang akhirnya membuat tubuh tidak dapat mengubah glukosa menjadi energi.

Para ahli belum memahami dengan pasti hal yang menyebabkan seorang wanita mengalami resistensi insulin saat hamil. Akan tetapi, kelebihan berat badan sebelum hamil jadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko ibu hamil mengalami diabetes gestasional.

Berikut ini adalah beberapa hal yang meningkatkan risiko Anda mengalami diabetes saat hamil:

  • Kelebihan berat badan
  • Jarang berolahraga
  • Mengalami prediabetes
  • Pernah mengalami diabetes gestasional di kehamilan sebelumnya
  • Mempunyai PCOS
  • Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
  • Pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,1 kg

Baca juga: Persiapkan Kehamilan Agar Janin Sehat

Gejala diabetes pada ibu hamil

Umumnya, diabetes gestasional tidak menimbulkan gejala apa pun dan terdeteksi saat Anda menjalankan pemeriksaan darah rutin selama masa kehamilan.

Meski demikian, beberapa gejala yang mungkin ibu hamil rasakan jika mengalami diabetes gestasional, antara lain:

  • Sering haus
  • Sering buang air kecil daripada biasanya
  • Mulut kering
  • Kelelahan
  • Pandangan kabur
  • Gatal atau infeksi jamur pada vagina

Diagnosis diabetes pada ibu hamil

Diagnosis diabetes gestasional pada ibu hamil dilakukan dengan melakukan pemeriksaan gula darah. Biasanya, pemeriksaan gula darah ini jadi salah satu pemeriksaan saat kontrol kehamilan pada trimester kedua, yaitu sekitar minggu ke-24 atau 28 kehamilan.

Akan tetapi, jika Anda memiliki risiko diabetes, seperti kelebihan berat badan sebelum hamil atau pernah mengalami diabetes gestasional sebelumnya, dokter mungkin saja akan meminta Anda melakukan pemeriksaan kadar gula darah pada kunjungan awal kehamilan seperti pada minggu kedelapan.

Cara diagnosis diabetes gestasional, yaitu:

1. Gula darah sewaktu

Apabila Anda memiliki gejala diabetes, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan gula darah sewaktu. Apabila hasilnya lebih dari 200 mg/dL atau 11.1 mmol/L, Anda didiagnosis diabetes.

2. Gula darah puasa

Untuk menegakkan diagnosis, dokter juga dapat meminta Anda melakukan tes gula darah puasa. Pemeriksaan ini mewajibkan Anda berpuasa 8-12 jam pada malam hari. 

Pengambilan darah akan dilakukan pada pagi hari. Apabila hasilnya lebih dari 7 mmol/L atau di atas 126 mg/dL, kemungkinan Anda mengalami diabetes gestasional.

Pemeriksaan ini kemudian akan dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) untuk memastikan hasil yang ada.

3. TTGO awal

Usai berpuasa dan diambil darah untuk memeriksa gula darah puasa, Anda akan diberikan 75 gram larutan gula yang harus diminum. Sampel darah Anda akan kembali diambil 1 jam setelahnya.

Bila hasilnya lebih dari 10 mmol/L atau di atas 180 mg/dL, kemungkinan besar Anda mengalami diabetes gestasional.

4. TTGO lanjutan

Dua jam setelah minum larutan gula, sampel darah akan kembali diambil untuk melihat bagaimana tubuh memproses gula darah.

Anda dikatakan memiliki diabetes gestasional jika hasilnya ada di antara 8,5-11 mmol/L atau  153-199 mg/dL.

 

Leukemia

Leukemia adalah salah satu jenis kanker darah yang ditandai dengan peningkatan sel darah putih (leukosit) abnormal. Ketika sel darah putih naik di luar kadar normal, maka fungsinya bisa terganggu dan bahkan menyebabkan produksi sel darah merah dan trombosit yang diperlukan tubuh agar tetap sehat menjadi terganggu. 

Lebih Jauh Tentang Leukemia 

Leukemia terjadi saat DNA salah satu sel di sumsum tulang mengalami mutasi, sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dan menyebabkan sel darah putih berkembang secara berlebihan tanpa bisa dikendalikan.

Sel darah putih dibutuhkan untuk melawan infeksi. Namun, sel darah putih yang diproduksi berlebihan pada penderita leukemia adalah sel muda yang tidak bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi.

Alih-alih, peningkatan jumlah sel darah putih yang melebihi batas tersebut mengganggu kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah dan trombosit yang dibutuhkan tubuh agar tetap sehat. Pada akhirnya, kondisi ini menyebabkan gangguan kesehatan yang ditandai dengan berbagai gejala klinis.

Secara umum leukemia dibagi berdasarkan tingkat keparahannya serta jenis sel darah yang terlibat.

Leukemia akut

Leukemia akut adalah kondisi leukemia yang memburuk dengan sangat cepat karena sebagian besar sel darah abnormal tidak matang dan tidak bisa menjalankan fungsi normalnya.

Leukemia akut dibagi menjadi dua berdasarkan jenis sel yang terlibat:

  • Leukemia Limfoblastik Akut(ALL): melibatkan limfosit, sejenis sel darah putih pada sumsum tulang. Ini adalah tipe leukemia yang paling banyak ditemukan pada anak-anak meskipun bisa juga dialami orang dewasa. Kanker ini dapat menyebar ke kelenjar getah bening dan sistem saraf pusat. 
  • Leukemia Myeloid Akut(AML): Termasuk jenis leukemia paling sering dialami orang dewasa dan kedua terbanyak dialami anak-anak.

Baca juga: Rekomendasi Dokter Spesialis Penyakit Darah Dan Onkologi Medik Prof. DR. Aru W. Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP

Leukemia kronis

Leukemia kronis adalah kondisi leukemia yang memburuk lebih lambat dibandingkan jenis akut karena meskipun ada beberapa sel leukosit yang belum matang, masih ada leukosit yang normal dan berfungsi sebagaimana mestinya.  

Leukemia kronis juga dibagi menjadi dua berdasarkan sel yang terlibat, yaitu:

  • Leukemia Limfositik Kronis (CLL): Jenis leukemia paling banyak menyerang orang dewasa. Sebagian kondisi CLL tetap stabil selama bertahun-tahun tanpa memerlukan perawatan, tetapi sebagian lainnya dapat menghambat sel darah normal sehingga memerlukan pengobatan. 
  • Leukemia Myelogenous Kronis (CML): orang tua berumur 65 tahun ke atas lebih berisiko mengalami CML. Jenis leukemia ini seringkali tidak memiliki gejala signifikan sehingga baru terdeteksi setelah menjalani pemeriksaan darah rutin. 

Gejala 

Secara umum, berikut gejala dari kanker darah yang bisa dirasakan:

  • Demam atau menggigil
  • Kelelahan kronis dan kelemahan
  • Infeksi yang sering atau parah
  • Penurunan berat badan tanpa disengaja
  • Pembengkakan kelenjar getah bening, pembesaran hati atau limpa
  • Mudah berdarah atau memar
  • Mimisan berulang
  • Gusi sering berdarah
  • Sesak napas
  • Kulit pucat
  • Muncul bintik merah kecil di kulit (petechiae)
  • Keringat berlebihan, terutama pada malam hari
  • Sakit atau nyeri sentuh pada sendi dan tulang
  • Sakit atau terasa penuh di bawah tulang iga sebelah kiri

Segera kunjungi dokter jika Anda sering mengalami gejala-gejala di atas atau memiliki gejala yang bertahan lama. 

Penyebab 

Tidak ada yang bisa memastikan penyebab DNA sel pada sumsum tulang mengalami mutasi sehingga terjadi keganasan sel darah putih. 

Meskipun demikian, ada sejumlah faktor risiko yang diduga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya leukemia.

  • Pengobatan kanker. Jika sebelumnya Anda pernah menjalani perawatan kanker dengan radiasi atau kemoterapi, maka risiko dapat meningkat.
  • Merokok. Sering merokok atau terpapar asap rokok membuat seseorang berisiko lebih tinggi terkena leukemia myelogenous akut.
  • Paparan bahan kimia industri. Beberapa bahan kimia industri seperti benzena dan formaldehida diketahui dapat menjadi penyebab kanker.
  • Kelainan genetik. Beberapa kelainan genetik juga dapat meningkatkan risiko, seperti neurofibromatosis, sindrom Klinefelter, sindrom Schwachman-Diamond, dan sindrom Down.
  • Keturunan. Beberapa jenis leukemia memiliki kemungkinan diturunkan dalam keluarga. 

Diagnosis

Diagnosis kanker darah diawali dengan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan Anda, selanjutnya beberapa pemeriksaan akan dilakukan untuk mendiagnosa kondisi ini, seperti: 

  • Pemeriksaan fisik: Dokter mencari tanda-tanda fisik leukemia, seperti bercak darah atau memar, pembengkakan kelenjar getah bening, atau kulit pucat karena anemia dan ciri-ciri leukemia lainnya.
  • Tes darah: hasil tes darah dapat menunjukkan  jumlah sel darah putih, sel darah merah dan trombosit. Pemeriksaan darah juga menunjukkan sel-sel leukemia yang bersirkulasi dalam darah.
  • Tes sumsum tulang: Dokter akan mengambil sampel sumsum tulang dari tulang pinggul menggunakan jarum khusus. Sampel tersebut lalu dikirim ke laboratorium untuk dilihat apabila ada sel leukemia atau tidak. Pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan jenis yang dialami untuk menentukan pengobatan yang paling tepat. 

Jika tes menunjukkan hasil leukimia positif selanjutnya dokter akan membuat rencana perawatan medis terbaik yang bisa dilakukan berdasarkan jenis dan tingkat keparahannya.

Lihat juga: Testimoni Pasien Kanker Darah Multiple Myeloma Stadium 2 Jalani Kemoterapi – Pusat Kanker Mandaya

Pengobatan 

Pengobatan leukemia tergantung pada jenis dan tingkat keparahan leukemia, usia, serta kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan.

Seringkali pengobatan kanker darah terdiri dari kombinasi dua atau lebih perawatan.  Berikut ini adalah beberapa prosedur pengobatan leukemia:

  • Kemoterapi: Pengobatan leukemia yang paling umum dengan obat-obatan pembunuh sel leukemia
  • Imunoterapi (terapi biologis): Penggunaan obat-obatan yang berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mengidentifikasi dan melawan sel leukemia.
  • Target terapi: Penggunaan obat-obatan yang dirancang untuk menyerang bagian tertentu dari sel leukemia (seperti protein atau gen) yang menyebabkan keganasan sehingga sel leukemia dapat dikendalikan. 
  • Terapi radiasi: Penggunaan pancaran cahaya berenergi tinggi yang diarahkan ke lokasi sel-sel leukemia berada atau mendistribusikan radiasi ke seluruh tubuh.
  • Transplantasi sel punca hematopoietik (transplantasi sel induk atau sumsum tulang): Perawatan untuk menggantikan sel-sel pembentuk darah kanker yang sudah mati akibat perawatan dengan kemoterapi atau radiasi, dengan sel-sel sehat yang berkembang biak membentuk jaringan penghasil darah.
  • Terapi sel T chimeric antigen receptor (CAR): Jenis terapi baru yang dilakukan dengan merekayasa sel T (sejenis sel kekebalan pada sistem imun tubuh) untuk melawan sel leukemia dan memasukkannya kembali ke dalam tubuh.

Baca Juga: Sama-sama Kanker Darah, Ini Perbedaan Leukemia dan Multiple Myeloma

Pencegahan 

Penyebab leukemia masih belum diketahui sehingga pencegahan leukemia hanya dapat dilakukan dengan mengambil langkah-langkah untuk mengontrol faktor risikonya. Hindari asap rokok serta paparan terhadap bahan kimia seperti benzene atau toluene, maupun paparan sinar-x yang tidak perlu.

Segera konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami gejala-gejala di atas serta menyadari memiliki faktor-faktor risiko leukemia, termasuk kondisi kelainan genetik yang dikaitkan dengan leukemia atau riwayat keluarga penderita leukemia.

 

Anda bisa mengunjungi Pusat Kanker Terpadu Cancer Center di Rumah Sakit Royal Mandaya untuk mendapatkan saran medis, pemeriksaan, dan opsi pengobatan kanker dengan teknologi terbaik.

Buat janji temu dengan fitur  Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Myasthenia Gravis

myasthenia gravis
Gejala myasthenia gravis salah satunya nyeri otot

Myasthenia gravis adalah penyakit autoimun yang terjadi akibat antibodi merusak komunikasi antara otot dan saraf, sehingga otot menjadi lemah. Otot yang sering terdampak kondisi ini adalah otot mata, mulut, tenggorokan, dan kaki serta tangan.

Meski bisa dialami segala usia, pengidap myasthenia gravis paling banyak berusia 20-30 tahun pada wanita dan di atas 50 tahun untuk pria.

Kondisi ini perlu segera ditangani, karena jika otot-otot yang terdampak tidak berfungsi dengan baik, maka aktivitas harian akan sulit dilakukan. Pada kondisi yang parah, pengidap myasthenia gravis bisa mengalami kesulitan menelan bahkan bernapas. 

Myasthenia gravis tidak bisa disembuhkan. Namun, kondisi ini bisa dikontrol gejalanya. Semakin cepat terdeteksi, semakin baik.

Penyebab 

Myasthenia gravis terjadi ketika ada gangguan antara komunikasi saraf dan otot. Karena itu, penyakit ini masuk ke dalam golongan penyakit neuromuskular

Normalnya, saraf berkomunikasi dengan otot dengan cara mengeluarkan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Zat ini secara alami akan masuk ke area sel otot yang disebut reseptor.

Pada orang dengan myasthenia gravis, antibodi yang seharusnya melindungi tubuh, justru menghancurkan reseptor di otot. Ini membuat semakin sedikit otot yang menerima sinyal dari saraf, sehingga otot jadi lemah dan sulit digerakkan. 

Gejala

Gejala myasthenia gravis yang umum dialami antara lain: 

  • Kelopak mata turun
  • Penglihatan kabur dan objek terlihat berbayang atau ganda
  • Kesulitan untuk tersenyum
  • Kesulitan bernapas dan menelan
  • Tangan dan kaki sangat lemah, hingga sulit digerakkan
  • Badan lemas terus menerus
  • Tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari 

Gejala akan semakin parah saat pengidapnya sedang merasakan kondisi-kondisi di bawah ini:

  • Kelelahan
  • Infeksi 
  • Sehabis menjalani operasi
  • Stres
  • Konsumsi obat-obatan tertentu seperti beta blocker, obat bius tertentu, dan antibiotik.
  • Hamil
  • Menstruasi

Diagnosis

Ada beberapa tes yang bisa dilakukan dokter untuk mendiagnosis myasthenia gravis, yaitu:

  1. Tes darah

Tes darah dilakukan untuk melihat jenis antibodi yang menghentikan komunikasi antara saraf dan otot. 

  1. Pemeriksaan saraf dan otot

Pemeriksaan fungsi saraf dan otot dilakukan dengan elektromiografi atau EMG

Pada pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan jarum kecil ke area-area otot yang mengalami gangguan. 

Jarum tersebut akan menangkap sinyal hantaran saraf ke otot dan menggambarkannya dalam bentuk grafik di layar. Dokter spesialis neurologi akan melihat grafik yang tertera pada layar dan menilai apabila ada gangguan pada komunikasi antara saraf dan otot.

Lihat Juga: Pemeriksaan EMG oleh dr. Nurul Fadli, Sp.N

  1. Scan

CT-Scan dan MRI juga bisa dilakukan untuk mendeteksi myasthenia gravis. Pada pengidap penyakit ini, biasanya ada pembesaran thymus yang akan terlihat pada hasil scan. 

Thymus adalah kelenjar kecil pada dada yang berperan penting dalam sistem imun. 

  1. Tes genetik

Tes genetik dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya gen yang diwariskan dari orang tua yang menyebabkan meningkatnya risiko myasthenia gravis.

Pengobatan

Penanganan Myasthenia Gravis yang bisa dilakukan adalah:

  1. Pemberian obat

Jenis obat yang diberikan antara lain anticholinesterase, steroid, atau obat-obatan untuk menekan imun (imunosupresan)

  1. Plasmaferesis

Plasma adalah cairan bening pada darah. Pada plasmaferesis, cairan plasma akan dipisahkan dari sel-sel darah lalu kemudian ditempatkan kembali ke tubuh untuk merangsang lebih banyak pembentukan plasma dibanding sebelumnya. 

  1. Immunoglobulin Intravena (IVIG) 

Immunoglobulin yang mengandung antibodi sehat dari donor diberikan secara intravena pada pasien dengan GBS. Pada dosis tinggi, immunoglobulin bisa mencegah kerusakan antibodi lebih jauh yang bisa memperparah kondisi GBS. 

Metode ini diharapkan dapat menyingkirkan antibodi tertentu yang berkontribusi pada serangan sistem imun ke saraf tepi.

  1. Operasi

Beberapa pengidap myasthenia gravis punya tumor di kelenjar thymus. Tumor ini harus diangkat, karena bisa membantu meredakan gejala. 

Atur janji temu Anda dengan dokter sekarang juga lewat Chat Whatsapp, halaman Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store. Selain janji temu, Anda juga bisa memantau nomor antrian dan mendapatkan informasi lengkap lainnya di sana.

Distrofi Otot

Distrofi otot adalah kelompok penyakit genetik yang mengakibatkan melemahnya otot secara progresif (bertahap). Hal ini terjadi karena adanya gangguan dalam produksi atau fungsi protein yang penting untuk kesehatan otot. 

Seringkali distrofi terjadi pada sekelompok otot tertentu. Namun ada juga kasus di mana kondisi ini dapat memengaruhi otot jantung atau pernapasan sehingga dapat mengancam jiwa.

Seiring waktu, penderita kondisi ini akan mengalami kesulitan beraktivitas akibat melemahnya otot. Sayangnya karena gangguan ini bersifat genetik, sampai saat ini belum ada cara pencegahan yang efektif untuk mengatasinya. 

Penyebab 

Penyebab utama distrofi otot adalah kelainan genetik. Di dalam tubuh manusia terdapat gen yang berfungsi memproduksi protein untuk otot. Saat terjadi kelainan pada gen ini, tubuh tidak memproduksi protein yang diperlukan otot sebagaimana mestinya sehingga menjadi lemah secara bertahap.

Tergantung dari jenisnya, kondisi ini lebih sering muncul pada anak laki-laki. Tetapi beberapa orang juga bisa mengalaminya setelah dewasa.

Gejala 

Saat ini ada beberapa jenis distrofi otot. Masing-masing memiliki gejala yang sedikit berbeda satu dengan yang lainnya. Namun semuanya memiliki gejala umum seperti:

  • Melemahnya otot
  • Kekakuan sendi
  • Kesulitan berjalan
  • Atrofi otot
  • Sering terjatuh

Jenis 

  • Distrofi otot Duchenne

Ini merupakan jenis distrofi otot yang paling sering terjadi. Umumnya dialami oleh anak berusia 3-6 tahun. Kelemahan otot terjadi di bagian pundak dan panggul sehingga menyebabkan anak kesulitan bangun dari posisi telentang. Selain umum, kondisi ini juga terbilang parah karena dapat menyebabkan pembengkakan otot jantung.

  • Distrofi otot Becker

Mirip dengan distrofi otot Duchenne, hanya saja lebih ringan dan progresnya lebih lambat. Biasanya kondisi ini muncul pada usia remaja hingga 20 tahunan

  • Myotonic dystrophy 

Jenis gangguan yang dapat berkembang pada usia berapapun. Biasanya penderita tidak dapat merilekskan otot. Gangguan ini dapat terjadi pada otot wajah.

  • Facioscapulohumeral 

Kondisi ini memengaruhi otot wajah dan pundak.  Dapat berkembang pada masa anak-anak atau dewasa, penyakit ini berkembang lambat dan biasanya tidak mengancam jiwa.

  • Limb-girdle MD 

Limb-girdle muscular dystrophy (MD) adalah sebutan untuk sekolompok penyakit yang menyebabkan otot tangan dan kaki menjadi lemah. Otot yang paling sering terkena adalah yang paling dekat dengan bagian tengah tubuh, terutama bahu, lengan bagian atas, pelvis, dan paha. 

  • Oculopharyngeal 

Distrofi pada otot mata yang disebabkan oleh gangguan genetik. Kondisi ini membuat otot mata menjadi kendur, sehingga kelopaknya sulit terbuka. 

  • Emery-Dreifuss MD 

Gangguan ini mengakibatkan kelemahan pada otot betis yang kemudian dilanjutkan dengan melemahnya otot bahu.

Diagnosis 

Untuk mendiagnosis muscular dystrophy, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:

Penanganan

Kondisi distrofi ini memang tidak dapat disembuhkan. Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan harapan hidup penderitanya. Berikut beberapa penanganan yang bisa dilakukan oleh dokter:

  • Terapi fisik: latihan fisik teratur untuk menjaga kekuatan otot yang tersisa.
  • Terapi okupasi: membantu penderita beradaptasi dengan perubahan fungsionalitas otot.
  • Obat-obatan: penggunaan obat-obatan tertentu dapat membantu mengurangi gejala.
  • Perangkat bantu: penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau penyangga bisa membantu pergerakan.

Kapan Harus ke dokter?

  • Munculnya gejala. Jika Anda mencurigai adanya gejala distrofi otot, atau merasakan  melemahnya otot hingga kesulitan bergerak.
  • Riwayat keluarga. Jika ada riwayat keluarga dengan distrofi otot, ada baiknya segera berkonsultasi untuk mendeteksi kelainan otot sejak dini.
  • Perubahan mendadak: Jika ada perubahan mendadak dalam kemampuan fisik atau mobilitas.

Mengetahui gejala dan jenis distrofi otot penting untuk penanganan yang tepat. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala distrofi otot, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.

Jangan ragu untuk berkonsultasi di Mandaya Royal Hospital. Poli Brain-Spine-Pain kami siap untuk menangani berbagai keluhan otot seperti distrofi otot. Selain itu Mandaya Hospital memiliki layanan rehabilitasi medik untuk membantu pasien mengembalikan fungsi ototnya.

Atur janji temu Anda dengan dokter sekarang juga lewat Chat Whatsapp, halaman Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store. Selain janji temu, Anda juga bisa memantau nomor antrian dan mendapatkan informasi lengkap lainnya di sana.

Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)

Penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah penyakit salah satu penyakit neuromuskular, yang menyebabkan penderitanya mengalami kerusakan saraf motorik dan saraf pusat seiring waktu. Akibatnya penderitanya mengalami kehilangan fungsi gerak, seperti berjalan dan berbicara, secara perlahan.

Penyakit ALS juga dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig, yang diambil dari nama atlet baseball yang meninggal akibat penyakit ini.

Penyebab penyakit ALS

Meskipun penyebab pasti ALS belum sepenuhnya dipahami, dokter mengganggap ada beberapa faktor yang dapat memengaruhinya, yaitu:

  • Faktor genetik 

Sekitar 5-10% kasus ALS diketahui terjadi akibat diturunkan secara genetik. Mutasi gen tertentu, seperti gen SOD1, dapat meningkatkan risiko seseorang  terkena ALS.

  • Ketidakseimbangan hormon pada otak

Perubahan zat kimia otak, seperti glutamat diduga memengaruhi munculnya penyakit ALS.

  • Kerusakan saraf

Kerusakan saraf dan peradangan dalam sistem saraf pusat juga dianggap dapat menyebabkan kondisi ini.

Gejala penyakit ALS

Gejala ALS bervariasi tergantung pada bagian sistem saraf yang terpengaruh, namun, gejala umumnya termasuk:

  • Kedutan dan kram di otot yang makin lama makin parah, terutama di otot kaki dan tangan
  • Hilangnya kontrol di tangan dan lengan
  • Kesulitan menggunakan kaki dan tangan
  • Mudah jatung dan tersandung
  • Sering menjatuhkan barang karena tidak bisa menggunakan tangan dengan benar
  • Tubuh terasa lelah terus menerus
  • Tertawa dan menangis tanpa bisa dikontrol
  • Gangguan bicara dan sulit mengungkapkan hal yang ingin disampaikan
  • Sesak napas
  • Sulit menelan
  • Lumpuh

Diagnosis ALS

Diagnosis ALS seringkali melibatkan serangkaian tes dan evaluasi, termasuk:

  • Pemeriksaan fisik

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk mengidentifikasi gejala dan tanda-tanda ALS.

  • Tes Elektromiografi (EMG) dan Elektroencefalogram (EEG)

Tes ini digunakan untuk memeriksa aktivitas listrik otot dan fungsi saraf.

  • Pemeriksaan citra otak

MRI atau CT scan otak dapat membantu mengidentifikasi perubahan struktur otak yang terkait dengan ALS.

  • Tes genetik

Untuk kasus-kasus penyakit ALS akibat keturunan, tes genetik dapat membantu dalam diagnosis dan pemahaman risiko genetik.

Penanganan penyakit ALS

Saat ini, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan ALS. Namun, dokter bisa merancang penanganan dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien, antara lain:

  • Terapi medis

Penggunaan obat-obatan seperti riluzole dan edaravone dapat membantu memperlambat perkembangan  penyakit ALS dan mengurangi gejala yang dialami pasien.

  • Terapi fisik

Terapi fisik dan okupasi dapat dilakukan untuk mempertahankan kekuatan otot, meningkatkan mobilitas, dan membantu pasien beradaptasi dengan perubahan fungsi tubuh yang terjadi.

  • Terapi pernapasan

Pasien ALS sering mengalami kesulitan bernapas karena gangguan otot pernapasan. Terapi pernapasan dan alat bantu pernapasan dapat membantu memperbaiki fungsi paru-paru dan kualitas hidup.

  • Dukungan psikologis

Kehilangan fungsi gerak dapat membuat beban pikiran yang berat pada pasien. Oleh karena itu pasien ALS dan keluarganya memerlukan dukungan psikologis dan sosial yang kuat untuk mengatasi tantangan fisik, emosional, dan sosial yang timbul akibat penyakit ini.

Lihat Juga: Pemeriksaan EMG dan EEG untuk deteksi gangguan neuromuskular

Kapan harus ke dokter?

Segeralah ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas. Terlebih apabila Anda mengalami kesulitan bernapas.

Atur janji temu Anda dengan dokter sekarang juga lewat Chat Whatsapp, halaman Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store. Selain janji temu, Anda juga bisa memantau nomor antrian dan mendapatkan informasi lengkap lainnya di sana.

Cedera Rotator Cuff

Rotator cuff adalah sekumpulan otot dan tendon yang berfungsi menjaga bahu Anda pada tempatnya. Cedera pada rotator cuff bisa menyebabkan Anda kesulitan mengangkat ataupun menggerakkan tangan. Apakah operasi adalah satu-satunya cara untuk mengatasinya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Apa itu cedera rotator cuff?

Rotator cuff adalah sekumpulan otot dan tendon yang berada di bahu. Fungsi utama otot ini adalah menjaga sendi bahu pada tempatnya saat Anda menggerakkannya. Otot rotator cuff memungkinkan Anda melakukan gerakan mengangkat ke atas.

Cedera rotator cuff menyebabkan Anda merasakan sakit dan sulit menggerakkan tangan ke atas. Biasanya, jenis cedera yang paling sering berupa robekan. Cedera ini umum terjadi, terutama seiring dengan pertambahan usia.

Tergantung tingkat keparahannya, pengobatan robekan rotator cuff bervariasi, mulai dari fisioterapi, minum obat antinyeri, hingga operasi.

Jenis-jenis cedera rotator cuff

Rotator cuff adalah sekumpulan otot dan tendon yang mengelilingi sendi bahu dan bertugas menjaga ujung tulang lengan atas tetap berada di soket bahu. Cedera pada rotator cuff dapat terjadi pada ototnya saja, tendon saja, ataupun seluruhnya.

Itu sebabnya, jenis cedera rotator cuff akan dibedakan berdasarkan bagian yang terdampak ataupun seberapa luas robekan yang terjadi.

1. Jenis cedera berdasarkan jaringan yang terdampak

Cedera rotator cuff juga dapat dikelompokkan berdasarkan jaringan yang terdampak, yaitu:

  • Tendinitis. Tendinitis terjadi ketika tendon yang berada di dalam rotator cuff mengalami radang dan bengkak.
  • Bursitis. Bursa adalah kantong kecil berisi cairan yang menjadi bantalan dan pelumas antara rotator cuff dan tulang bahu. Bantalan ini berfungsi untuk meminimalisir gesekan yang terjadi ketika Anda menggerakkan sendi bahu. Bursitis terjadi ketika otot dan tulang menekan bursa secara berlebihan dan menyebabkan bengkak.
  • Robekan rotator cuff. Kondisi ini menyebabkan robekan tendon pada rotator cuff. Robekan ini dapat terjadi akibat peregangan pada tendon yang berlebihan atau mengangkat beban yang terlalu berat. Robekan dapat terjadi sebagian (partial) ataupun seluruhnya (complete tear).

2. Jenis cedera berdasarkan luas robekan

Cedera rotator cuff bisa terjadi seluruhnya ataupun hanya sebagian.

  • Robek sebagian (partial). Cedera yang terjadi saat tendon, yaitu jaringan yang mengikat antara otot dan tulang jadi robek sebagian. Pada kondisi ini, ada bagian tendon Anda yang masih melekat pada tulang lengan.
  • Robek seluruhnya (complete tear). Cedera rotator cuff yang terjadi saat tendon Anda robek dan lepas seluruhnya dari tulang Anda. 

Lihat Juga: Pengalaman Pasien Robek Otot Bahu Operasi di Mandaya Royal Hospital Puri

Gejala cedera rotator cuff

Beberapa gejala cedera rotator cuff yang mungkin Anda alami, antara lain:

  • Kesulitan mengangkat, menurunkan, dan menggerakkan tangan 
  • Bunyi ‘krek-krek’ atau sensasi bahu bergerak ketika menggerakkan bahu pada posisi tertentu
  • Rasa sakit yang tumpul di bahu saat digerakkan
  • Rasa nyeri memburuk saat malam dan mengganggu tidur
  • Kesulitan menyisir atau meraih punggung
  • Lengan menjadi lemah

Meski demikian, dalam beberapa kasus cedera rotator cuff mungkin saja tidak menimbulkan rasa sakit.

Penyebab

Cedera rotator cuff biasanya terjadi akibat penggunaan sendi bahu yang berlebihan dan berulang terus-menerus dalam jangka waktu panjang. Kondisi ini dapat menyebabkan otot rotator cuff iritasi ataupun robek. 

Selain penggunaan otot bahu secara berulang dan berlebihan, kecelakaan kerja, seperti terjatuh,  juga bisa menjadi penyebab cedera ini terjadi.

Degenerasi otot rotator cuff juga jadi penyebab cedera yang paling umum. Kondisi ini biasanya akan semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia. Usia yang bertambah akan membuat beberapa bagian tubuh, termasuk otot rotator cuff jadi lebih aus dan lebih mudah robek.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan risiko cedera otot bahu meningkat:

  • Usia. orang yang berusia di atas 60 tahun lebih berisiko mengalami cedera rotator cuff.
  • Pekerjaan tertentu. Beberapa profesi yang kerap menggunakan bahu secara berulang juga lebih berisiko mengalami cedera rotator cuff, misalnya, tukang kayu atau tukang cat.
  • Beberapa jenis olahraga. Jenis olahraga yang mengandalkan bahu juga membuat Anda lebih berisiko mengalami cedera rotator cuff, misalnya, bisbol, tenis, dan angkat berat.
  • Riwayat keluarga. Ada kemungkinan cedera rotator cuff diturunkan dalam keluarga karena angka kejadiannya yang lebih umum pada keluarga tertentu.

Baca juga: Penyebab Radang Sendi Usia Muda dan Pencegahannya

Diagnosis

Untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti melakukan beberapa gerakan pada sendi bahu Anda, untuk melihat seberapa luas rentang gerak sendi bahu Anda.

Untuk memastikannya, dokter juga bisa melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Rontgen. Pemeriksaan ini biasanya ditujukan untuk mencari tahu ada tidaknya penyebab lain yang membuat bahu Anda terasa nyeri dan rentang geraknya terbatas, salah satunya artritis ataupun retak atau patah tulang. Robekan pada rotator cuff biiasanya tidak akan muncul pada rontgen.
  • Ultrasound (USG). Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat struktur jaringan tubuh, khususnya jaringan lunak seperti tendon dan otot. Pada pemeriksaan ini dokter juga dapat melihat kondisi jaringan saat bahu melakukan gerakan.
  • MRI. MRI dapat menunjukkan gambaran kondisi tulang dan otot dan jaringan lain di bahu dengan lebih detail. 

Pengobatan

Robekan rotator cuff biasanya tidak dapat sembuh sendiri jika tidak melalui operasi. Meski demikian, tidak semua orang yang mengalami robekan pada rotator cuff harus menjalani operasi.

Dalam kebanyakan kasus, seseorang yang mengalami robekan rotator cuff bisa tetap menggerakkan bahunya tanpa operasi dengan menjalani serangkaian latihan fisik untuk memperkuat otot bahunya.

Sekitar 8 dari 10 orang yang mengalami robekan rotator cuff sebagian mengalami perbaikan gejala dengan fisioterapi walau mungkin membutuhkan waktu yang cukup panjang.

Berikut ini adalah beberapa cara mengobati gejala rotator cuff tanpa operasi:

  • Mengistirahatkan lengan dari aktivitas sehari-hari
  • Menyangga atau menggunakan gendongan lengan untuk membuat kerja bahu tidak terlalu berat dan memulihkan bahu
  • Kompres dingin pada area bahu yang membengkak untuk meredakan sakit dan bengkak
  • Menjalani fisioterapi dan melakukan beberapa latihan peregangan yang dapat menguatkan otot bahu
  • Minum obat antinyeri untuk meredakan rasa sakit yang muncul
  • Injeksi steroid oleh dokter apabila diperlukan

Baca juga: 5 Obat Radang Sendi untuk Atasi Nyeri dan Bengkak

Operasi cedera rotator cuff

Dalam kasus yang berat, seseorang mungkin membutuhkan operasi untuk memulihkan cedera otot bahu yang terjadi.

Jenis operasi yang paling sering dilakukan untuk rotator cuff adalah artroskopi. Artroskopi adalah prosedur minimal invasif yang hanya menggunakan sayatan kecil untuk mengobati retakan tulang atau menyambung kembali tendon yang rusak.

Ini merupakan salah satu prosedur yang juga dapat dilakukan di Mandaya Orthopedic & Movement Centre. Prosedur ini dapat dilakukan secara rawat jalan. Artinya, pasien dapat langsung pulang pada hari yang sama setelah prosedur dilakukan.

Namun, penting untuk menjalani beberapa terapi yang dokter sarankan setelahnya karena ini akan sangat menentukan pemulihan bahu Anda.

Dalam kasus tertentu, yaitu saat kondisi robekan terlalu parah, dokter mungkin saja menyarankan penggantian tendon sebagai salah satu pengobatan cedera bahu. Pada prosedur ini, dokter akan mengambil tendon yang terdekat untuk melekatkan kembali tulang dan otot.

Selain kedua prosedur tersebut, beberapa operasi lain untuk mengobati rotator cuff injury adalah:

  • Operasi tendon terbuka untuk memperbaiki tendon yang robek. Prosedur ini dilakukan apabila prosedur artroskopi tidak dapat dilakukan.
  • Shoulder replacement atau penggantian bahu. Jika kerusakan rotator cuff sudah terlalu berat, penggantian bahu menjadi bahu buatan mungkin menjadi pilihan. Prosedur ini disebut juga dengan shoulder arthroplasty. Pada prosedur ini, dokter akan memasang sendi buatan pada soket bahu.

Lihat juga: Tindakan Pengikisan Tulang Bahu Metode Arthoscopy Kurang dari 1cm – dr. Troydimas Panjaitan Sp.OT(K)

Cedera rotator cuff bisa menyebabkan komplikasi berupa kehilangan kemampuan gerak permanen jika tidak ditangani dengan baik. Untuk itu, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter, terutama jika mengalami nyeri bahu yang tak kunjung hilang bahkan diikuti oleh melemahnya kemampuan gerak.

Anda bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis ortopedi yang mengkhususkan diri pada masalah bahu untuk mencari tahu penyebab bahu Anda bermasalah. Kunjungi Mandaya Orthopedic & Movement Centre untuk mendapatkan kesempatan konsultasi dengan ahli ortopedi terbaik. 

Untuk mempermudah buat janji, Anda bisa langsung Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau download aplikasi Care Dokter di Google Play dan App Store

Frozen Shoulder

Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang menyebabkan bahu terasa nyeri dan kaku berbulan-bulan, bahkan tahunan. Beberapa orang menggambarkan kondisi ini sebagai bahu kaku.

Seringnya, frozen shoulder terjadi karena peradangan pada kapsul persendian di bahu. Maka itu, kondisi ini disebut juga dengan adhesive capsulitis.

Apa itu frozen shoulder?

Sendi bahu merupakan sendi paling fleksibel dan memiliki rentang gerak paling luas. Frozen shoulder adalah kondisi ketika bahu terasa sakit dan kaku sehingga membatasi gerakannya. 

Frozen shoulder biasanya terjadi ketika kapsul yang melapisi persendian di bahu menebal, kaku, dan meradang. Kapsul ini berisi ligamen yang menghubungkan bagian atas tulang lengan atas dengan soket bahu, sehingga dapat menahan persendian tetap pada tempatnya.

Gejala bahu kaku biasanya muncul secara bertahap dan akan memburuk. Akan tetapi, seiring waktu gejalanya juga bisa membaik, walau membutuhkan waktu sekitar 1-3 tahun.

Gejala frozen shoulder

Gejala paling khas dari frozen shoulder adalah bahu yang terasa kaku dan sulit digerakkan. Rentang gerak sendi bahu juga jadi terbatas. Kondisi ini membuat bahu jadi “membeku” di tempatnya tanpa bisa digerakkan.

Gejala bahu kaku pada muncul secara bertahap dan akan memburuk seiring waktu. Ada tiga tahapan gejala frozen shoulder, yaitu:

  • Freezing stage. Ini adalah tahap awal munculnya gejala frozen shoulder. Tahap ini dapat berlangsung selama 2-9 bulan. Bahu kaku dan terasa nyeri saat digerakkan adalah gejala pertama yang muncul. Selain itu, bahu kaku dan sakit juga disertai dengan:
    • Rentang gerak sendi terbatas
    • Rasa sakit dapat meningkat secara perlahan
    • Rasa sakit mungkin memburuk pada malam hari
  • Frozen stage. Tahap kedua biasanya berlangsung sekitar 4-12 bulan. Pada tahap ini, gejala yang muncul, antara lain:
    • Rasa nyeri berkurang
    • Bahu tetap kaku dan makin sulit digerakkan
    • Kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari, seperti memakai baju atau mengangkat tangan
  • Thawing stage. Ini adalah tahap terakhir dari gejala frozen shoulder. Pada tahap inilah gejala mulai membaik dan dapat berlangsung sekitar 6 bulan sampai 2 tahun. Membaiknya kondisi persendian bahu ditandai dengan:
    • Nyeri berkurang jauh
    • Rentang gerak lebih luas
    • Kekuatan bahu kembali

Sering kali, bahu kaku sangat jarang kambuh di bahu yang sama. Meski, beberapa orang mungkin saja mengalaminya kembali di bahu yang lain dalam lima tahun.

Penyebab frozen shoulder

Biasanya, bahu yang kurang gerak atau jarang digunakan dalam jangka waktu panjang biasanya dapat meningkatkan risiko Anda mengalami frozen shoulder. Kondisi ini menyebabkan kapsul persendian di bahu menjadi menebal dan kaku. 

Selain itu, peradangan juga membuat kapsul persendian jadi bengkak. Padahal normalnya, kapsul ini bisa memanjang dan berkontraksi untuk menyesuaikan gerakan lengan. Bengkak dan iritasi yang terjadi di kapsul menyebabkan perlengketan sehingga rentang gerak jadi terbatas.

Pascaoperasi dan mengalami patah tangan adalah salah satu kondisi yang meningkatkan risiko seseorang mengalami frozen shoulder. 

Berikut ini adalah beberapa faktor yang meningkatkan risiko frozen shoulder:

  • Berusia 40 tahun ke atas
  • Berjenis kelamin perempuan
  • Mengalami cedera yang menghalangi rentang gerak bahu, seperti cedera rotator cuff, patah tangan, proses pemulihan operasi, stroke
  • Memiliki kondisi kesehatan sistemik tertentu, seperti diabetes, hipertiroid, hipotiroid, penyakit jantung, dan penyakit Parkinson

Baca juga: 5 Obat Radang Sendi untuk Atasi Nyeri dan Bengkak

Diagnosis frozen shoulder

Untuk mendiagnosis frozen shoulder, seorang dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan seputar gejala yang Anda alami, serta riwayat kesehatan.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat meliputi:

  • Menggerakkan bahu Anda ke berbagai arah untuk memeriksa rentang gerak dan ada tidaknya rasa sakit saat digerakkan
  • Meminta Anda menggerakkan bahu untuk melihat seberapa jauh Anda mampu memfungsikan sendi bahu

Untuk memastikan diagnosis, dokter biasanya akan merekomendasikan rontgen bahu. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa gejala yang Anda rasakan bukan karena kondisi kesehatan yang lain, seperti arthritis.

Walau jarang, MRI juga mungkin saja dilakukan untuk memastikan ada tidaknya robekan rotator cuff

Lihat Juga: Testimoni Pasien Robek Otot Bahu Operasi di Mandaya

Pengobatan frozen shoulder

Pengobatan kondisi ini umumnya berfokus pada meredakan rasa sakit yang muncul dan mempertahankan rentang gerak bahu seluas mungkin.

Beberapa opsi pengobatan frozen shoulder, antara lain:

1. Obat-obatan

Untuk meredakan rasa sakit dan membantu sendi bahu berfungsi dengan baik, dokter akan merekomendasikan obat golongan OAINS untuk meredakan nyeri dan peradangan. 

2. Fisioterapi

Untuk mengembalikan fungsi sendi bahu, dokter spesialis ortopedi bisa bekerja sama dengan dokter spesialis rehab medik untuk melakukan fisioterapi. Fisioterapi dapat membantu Anda mempertahankan dan memperbaiki rentang gerak.

Dokter akan melihat terlebih dulu sejauh mana rentang gerak yang mampu Anda lakukan sebelum menentukan terapi. Beberapa terapi yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Latihan peregangan
  • Latihan kekuatan
  • Latihan postur tubuh yang baik
  • Konsultasi rasa sakit

Anda membutuhkan beberapa sesi agar mendapatkan hasil yang optimal. Apabila setelah rangkaian satu sesi Anda masih merasa sakit, kembalilah ke dokter lagi. Anda mungkin masih membutuhkan sesi lanjutan.

3. Injeksi steroid

Suntikan kortikosteroid di bahu dapat membantu meredakan rasa sakit dan meningkatkan fungsi sendi bahu. Biasanya, ini dilakukan segera ketika gejala muncul

4. Hydrodilatation

Pengobatan ini dilakukan dengan menyuntikkan air steril ke kapsul persendian di bahu yang dapat membantu meregangkan jaringan sehingga pergerakan jadi lebih mudah dilakukan. Biasanya, pengobatan ini dikombinasikan dengan injeksi steroid.

5. Manipulasi sendi bahu

Manipulasi sendi bahu dilakukan dengan menggunakan bius total. Saat obat anestesi bekerja dan Anda menjadi tidak sadar, Anda tidak akan merasakan sakit. Pada saat inilah dokter dan perawat akan menggerakkan bahu Anda ke berbagai arah untuk meregangkan jaringan yang kaku.

6. Artroskopi

Artroskopi adalah pembedahan minimal invasif untuk menghilangkan jaringan parut yang menyebabkan sendi bahu jadi kaku. Akan tetapi, sangat jarang frozen shoulder diobati menggunakan artroskopi.

Artroskopi menjadi pilihan ketika pengobatan lain tidak memberikan hasil yang diharapkan. 

Lihat juga: Atasi Frozen Shoulder Tanpa Operasi oleh dr. Troydimas Sp.OT (K)

Cara mencegah 

Anda dapat menurunkan risiko mengalami frozen shoulder apabila segera melakukan fisioterapi setelah mengalami cedera bahu. Dokter spesialis ortopedi yang mengkhususkan diri pada masalah bahu bersama dengan terapis bisa membantu Anda menentukan program yang tepat untuk mengembalikan fungsi sendi bahu Anda.

Anda bisa berkonsultasi dengan para ahli ortopedi terbaik di Mandaya Orthopedic & Movement Centre yang dapat memberikan konsultasi serta perawatan optimal. 

Untuk mempermudah buat janji, Anda bisa langsung Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau download aplikasi Care Dokter di Google Play dan App Store. 

Need Help? Chat with us!
Start a Conversation
Hi! Click one of our members below to chat on WhatsApp
We usually reply in a few minutes