Penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah penyakit salah satu penyakit neuromuskular, yang menyebabkan penderitanya mengalami kerusakan saraf motorik dan saraf pusat seiring waktu. Akibatnya penderitanya mengalami kehilangan fungsi gerak, seperti berjalan dan berbicara, secara perlahan.
Penyakit ALS juga dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig, yang diambil dari nama atlet baseball yang meninggal akibat penyakit ini.
Penyebab penyakit ALS
Meskipun penyebab pasti ALS belum sepenuhnya dipahami, dokter mengganggap ada beberapa faktor yang dapat memengaruhinya, yaitu:
Faktor genetik
Sekitar 5-10% kasus ALS diketahui terjadi akibat diturunkan secara genetik. Mutasi gen tertentu, seperti gen SOD1, dapat meningkatkan risiko seseorang terkena ALS.
Ketidakseimbangan hormon pada otak
Perubahan zat kimia otak, seperti glutamat diduga memengaruhi munculnya penyakit ALS.
Kerusakan saraf
Kerusakan saraf dan peradangan dalam sistem saraf pusat juga dianggap dapat menyebabkan kondisi ini.
Gejala penyakit ALS
Gejala ALS bervariasi tergantung pada bagian sistem saraf yang terpengaruh, namun, gejala umumnya termasuk:
Kedutan dan kram di otot yang makin lama makin parah, terutama di otot kaki dan tangan
Hilangnya kontrol di tangan dan lengan
Kesulitan menggunakan kaki dan tangan
Mudah jatung dan tersandung
Sering menjatuhkan barang karena tidak bisa menggunakan tangan dengan benar
Tubuh terasa lelah terus menerus
Tertawa dan menangis tanpa bisa dikontrol
Gangguan bicara dan sulit mengungkapkan hal yang ingin disampaikan
Sesak napas
Sulit menelan
Lumpuh
Diagnosis ALS
Diagnosis ALS seringkali melibatkan serangkaian tes dan evaluasi, termasuk:
Pemeriksaan fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk mengidentifikasi gejala dan tanda-tanda ALS.
Tes Elektromiografi (EMG) dan Elektroencefalogram (EEG)
Tes ini digunakan untuk memeriksa aktivitas listrik otot dan fungsi saraf.
Pemeriksaan citra otak
MRI atau CT scan otak dapat membantu mengidentifikasi perubahan struktur otak yang terkait dengan ALS.
Tes genetik
Untuk kasus-kasus penyakit ALS akibat keturunan, tes genetik dapat membantu dalam diagnosis dan pemahaman risiko genetik.
Penanganan penyakit ALS
Saat ini, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan ALS. Namun, dokter bisa merancang penanganan dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien, antara lain:
Terapi medis
Penggunaan obat-obatan seperti riluzole dan edaravone dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit ALS dan mengurangi gejala yang dialami pasien.
Terapi fisik
Terapi fisik dan okupasi dapat dilakukan untuk mempertahankan kekuatan otot, meningkatkan mobilitas, dan membantu pasien beradaptasi dengan perubahan fungsi tubuh yang terjadi.
Terapi pernapasan
Pasien ALS sering mengalami kesulitan bernapas karena gangguan otot pernapasan. Terapi pernapasan dan alat bantu pernapasan dapat membantu memperbaiki fungsi paru-paru dan kualitas hidup.
Dukungan psikologis
Kehilangan fungsi gerak dapat membuat beban pikiran yang berat pada pasien. Oleh karena itu pasien ALS dan keluarganya memerlukan dukungan psikologis dan sosial yang kuat untuk mengatasi tantangan fisik, emosional, dan sosial yang timbul akibat penyakit ini.
Lihat Juga: Pemeriksaan EMG dan EEG untuk deteksi gangguan neuromuskular
Kapan harus ke dokter?
Segeralah ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas. Terlebih apabila Anda mengalami kesulitan bernapas.
Atur janji temu Anda dengan dokter sekarang juga lewat Chat Whatsapp, halaman Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store. Selain janji temu, Anda juga bisa memantau nomor antrian dan mendapatkan informasi lengkap lainnya di sana.
Atrial fibrilasi (AFib) adalah salah satu jenis aritmia yang membuat detak jantung terlalu cepat. Aritmia sendiri merupakan gangguan irama jantung, yang membuat jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan. Kondisi ini dapat disembuhkan dengan bantuan obat-obatan hingga prosedur ablasi jantung. Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Pengertian
Atrial fibrilasi (AFib/AF) atau fibrilasi atrium adalah gangguan irama jantung yang menyebabkan jantung berdetak sangat cepat, di atas 100 kali per menit. Atrial fibrilasi adalah salah satu jenis aritmia, tepatnya takikardia, yang dimulai di ruang atas jantung (atrial/atrium).
Hal tersebut membuat atrium tidak berdetak secara teratur dengan ventrikel (ruang bawah jantung). Akibatnya, darah yang berada di atrium tidak dapat dipompa keluar secara maksimal. Hal ini membuat atrium menyimpan darah yang berpotensi menggumpal dan membahayakan.
Jika tidak segera diobati, kondisi ini dapat meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah yang bisa menyumbat pembuluh darah. Hal ini membuat pengidap AFib berisiko sangat tinggi terkena stroke, serangan jantung, dan berbagai komplikasi jantung lainnya.
Atrial fibrilasi bisa berlangsung sementara (kurang dari 7 hari), persisten (muncul terus) ataupun permanen. Biasanya, orang yang memiliki AFib juga dapat mengalami atrial flutter.
Namun, kabar baiknya, kondisi ini bisa ditangani.
Penyebab atrial fibrilasi
Penyebab atrial fibrilasi adalah gangguan atau kerusakan pada jaringan atau sistem kelistrikan jantung. Kerusakan tersebut dapat terjadi karena penyakit jantung koroner atau tekanan darah tinggi.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan atrial fibrilasi (AF):
Penyakit jantung bawaan
Masalah pada node sinus (sick sinus syndrome)
Gangguan tidur, seperti obstructive sleep apnea
Serangan jantung
Penyakit katup jantung
Tekanan darah tinggi
Penyakit pernapasan, seperti pneumonia
Penyakit jantung koroner
Hipertiroid
Infeksi virus
Selain itu, beberapa faktor lain yang juga bisa meningkatkan risiko munculnya penyakit ini:
Pertambahan usia
Faktor genetik
Konsumsi alkohol dan kafein berlebihan
Obesitas
Diabetes tipe 2
Konsumsi narkoba
Merokok
Masalah saraf dan endokrin
Gejala atrial fibrilasi
Salah satu tanda atrial fibrilasi yang khas adalah jantung yang berdetak sangat cepat. Orang dengan atrial fibrilasi memiliki detak jantung antara 100-175 kali per menit. Dalam kasus yang jarang, atrium bahkan bisa berdetak sampai 250-350 kali per menit. Hal ini membuat jantung seperti bergetar ketimbang berdetak.
Untuk mendiagnosis atrial fibrilasi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tanya jawab terkait riwayat kesehatan Anda dan keluarga.
Berikut ini adalah beberapa pemeriksaan yang dapat dianjurkan dokter:
Elektrokardiogram (EKG). EKG adalah tes pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis AFib. Pemeriksaan ini akan memperlihatkan aktivitas listrik di jantung dan memungkinkan dokter mengetahui normal tidaknya jantung Anda berdetak.
Holter monitor. Merupakan pemeriksaan EKG portabel yang dipasang selama 1-2 hari untuk memantau detak jantung saat aktivitas normal, yang mungkin tidak tercatat selama pemeriksaan EKG.
Ekokardiogram (echo/USG jantung). USG jantung dilakukan untuk melihat aliran darah di jantung dan bagaimana kontraksi otot jantung saat memompa darah.
Rontgen dada. Digunakan untuk memeriksa ada tidaknya masalah pada organ paru yang menyebabkan atrial fibrilasi.
Tes darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari penyebab AFib yang mungkin disebabkan oleh masalah hormon tiroid atau gangguan elektrolit, seperti kalium, kalsium, dan magnesium.
Pengobatan atrial fibrilasi tergantung dari seberapa lama Anda mengalaminya dan tingkat keparahannya. Atrial fibrilasi dapat berlangsung singkat, atau paroksismal (kurang dari 7 hari), persisten (lebih dari satu minggu), dan permanen.
Atrial fibrilasi paroksismal umumnya dapat membaik dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan khusus. Sementara itu, jenis AFib lainnya perlu pemeriksaan dokter lebih lanjut.
Berikut ini adalah opsi pengobatan atrial fibrilasi yang dapat direkomendasikan dokter.
Obat-obatan untuk mengontrol detak jantung dan mencegah stroke.
Kardioversi. Pengobatan dengan memberikan kejut listrik untuk mengatur ulang irama jantung jadi kembali normal.
Ablasi jantung. Prosedur pengobatan atrial fibrilasi yang dilakukan dengan kateter untuk menghancurkan jaringan di jantung dan membuat jaringan parut. Tujuannya untuk menghalangi sinyal listrik yang membuat jantung berdetak terlalu cepat.
Orang yang mengidap fibrilasi atrial memiliki risiko komplikasi berupa stroke dan gagal jantung. Itu sebabnya, penting untuk lakukan deteksi sedini mungkin agar pengobatan bisa segera dimulai.
Sebagai langkah pencegahan, sekaligus menjaga agar kondisi tidak memburuk, berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan:
Makan makanan bergizi
Olahraga rutin
Berhenti merokok dan hindari asap rokok
Menjaga tekanan darah dan kadar kolesterol normal
Batasi atau berhenti konsumsi alkohol
Lakukan kebiasaan tidur yang baik
Jika Anda memiliki faktor risiko di atas dan sering mengalami jantung berdebar, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter sedini mungkin.
Pusat Jantung & Pembuluh Darah Rumah Sakit Mandaya Royal Puri terdiri atas ahli jantung terkemuka di Indonesia. Dengan peralatan medis lengkap dan didukung oleh 15 Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yang masing-masing memiliki keahlian khusus, akan menangani Anda dalam satu tim. Pemeriksaan Jantung secara komprehensif akan dilakukan untuk mendapatkan akar dari masalah kesehatan jantung Anda.
Jika mengalami gejala gangguan irama jantung atau aritmia, segera lakukan konsultasi dan pemeriksaan menyeluruh ke Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Konsultan Arrhythmiadr. Dony Yugo Hermanto, SpJP (K), FIHA, di Pusat Jantung Pembuluh Darah Anak & Dewasa Mandaya Royal Hospital Puri.
Anda bisa membuat janji temu dengan dokter spesialis jantung terbaik di pusat jantung RS Mandaya Royal lewat Chat Whatsapp, halaman Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store. Selain janji temu, Anda juga bisa memantau nomor antrian dan mendapatkan informasi lengkap lainnya di sana.
Arthritis adalah kondisi radang pada persendian dengan gejala utama berupa pembengkakan dan nyeri. Radang sendi biasanya menyerang orang berusia 50 tahun atau lebih tua, namun beberapa faktor seperti gaya hidup, cedera, dan riwayat penyakit tertentu, bisa membuat risiko terjadinya radang sendi pada usia muda meningkat
Arthritis bukan hanya merujuk pada satu jenis penyakit tertentu saja. Setidaknya ada lebih dari 100 jenis penyakit radang sendi yang menyerang area persendian, jaringan di sekitar sendi serta jaringan ikat lainnya.
Apa itu arthritis?
Arthritis adalah radang pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan kemerahan hingga sendi terasa kaku dan sulit digerakkan. Ada banyak jenis arthritis yang bisa terjadi, namun jenis yang paling sering di antaranya adalah osteoarthritis (pengapuran sendi), rheumatoid arthritis (rematik) dan gout.
Osteoarthritis
Osteoarthritis atau pengapuran sendi adalah penyakit degeneratif yang umumnya terjadi akibat tulang rawan (kartilago) pada persendian mengalami aus dan penipisan akibat pemakaian dalam jangka waktu lama.. Penyakit ini juga membuat ligamen, lapisan lemak, dan jaringan pelapis sendi yang disebut sinovium, rusak. Akibatnya, sendi akan terasa nyeri, bengkak, dan kaku, sehingga sulit digerakkan.
Rheumatoid arthritis (RA)
Rematik adalah penyakit autoimun dimana sistem imun mengalami gangguan sehingga menyerang lapisan sinovium. Kondisi ini menyebabkan sendi meradang dan bengkak. Jika tidak segera diatasi, rematik dapat merusak berbagai jaringan sendi.
Gout
Lebih umum dikenal dengan asam urat, penyakit gout adalah radang sendi yang bisa menyebabkan rasa sakit yang kuat. Kadar asam urat yang tinggi dapat mengendap di persendian sehingga menyebabkan sendi bengkak dan terasa sangat nyeri. Seringkali penyakit ini dimulai dengan menyerang sendi ibu jari kaki.
Pengapuran sendi umumnya terjadi akibat penipisan tulang rawan secara alami seiring bertambahnya usia. Peradangan juga merusak lapisan sendi dan membuat kondisi tulang persendian dan jaringan ikat memburuk. Selain karena faktor usia, cedera dan kelebihan berat badan juga bisa meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis.
Rheumathoid arthritis
Rematik disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh atau autoimun yang menyebabkan tubuh justru menyerang jaringan persendian.
Gout
Saat kadar asam urat terlalu tinggi, maka zat ini akan menumpuk di area sendi dan memicu peradangan yang ditandai dengan bengkak serta rasa nyeri yang kuat. Penumpukan asam urat bisa terjadi akibat konsumsi makanan tinggi purin yang berlebihan.
Arthritis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri, cedera pada area persendian, peradangan jaringan ikat, dan pertumbuhan tulang berlebih.
Terbentuk taji tulang (tulang ekstra) yang terasa seperti benjolan keras di sekitar sendi.
2. Rheumatoid arthritis
Gejala rematik sangat bervariasi tergantung tingkat keparahannya. Kemunculannya juga tidak selalu konstan, dapat hilang timbul atau kambuhan. Biasanya gejala rematik dimulai dari sendi yang paling kecil, seperti sendi jari, sebelum kemudian menyerang persendian lain yang lebih besar.
Penderita rematik mungkin juga merasakan gejala lain di luar gangguan sendi, seperti:
Kelelahan
Demam
Kehilangan selera makan
Gangguan kesehatan pada mata, kulit, paru-paru, jantung, dan organ lainnya.
3. Gout
Gejala gout dapat muncul secara tiba-tiba dan terasa sangat sakit. Berikut beberapa kondisi yang bisa dirasakan oleh pengidap radang sendi jenis ini:
Seringkali kambuh di malam hari.
Rasa nyeri sangat kuat khususnya pada 1 hingga 12 jam pertama.
Setelah nyeri berkurang, nyeri bisa tetap bertahan selama beberapa hari bahkan beberapa minggu.
Serangan gout selanjutnya dapat bertahan lebih lama dan menyerang lebih banyak persendian.
Diagnosis arthritis
Agar dapat diberikan pengobatan yang tepat, dokter akan mendiagnosis jenis arthritis yang diderita dengan melakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti:
Tes pencitraan dengan rontgen, MRI, CT Scan dan USG
Tes darah
Tes urin
Analisis cairan sendi
Pengobatan arthritis
Arthritis tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Pengobatan radang sendi ditujukan untuk membantu meredakan gejala seperti nyeri dan bengkak sehingga Anda bisa bergerak lebih leluasa.
1. Pemberian obat-obatan
Untuk meredakan rasa nyeri pada radang sendi, dokter dapat memberikan beberapa jenis obat berupa:
Antinyeri
Antiradang non steroid
Pereda iritasi
Steroid
Dokter juga akan memberikan obat-obatan sesuai penyebab jenis arthritis yang dialami. Misalnya pada pasien gout, dokter akan memberikan obat penurun asam urat. Sedangkan penderita rematik akan diberikan obat antirematik.
2. Fisioterapi
Beberapa jenis arthritis bisa memperoleh manfaat dari fisioterapi. Rutin berolahraga dapat mengurangi kekakuan dan memperkuat otot-otot di sekitar persendian. Gerakan fisik juga memicu tubuh untuk menghasilkan pereda nyeri alami yang disebut dengan endorphin.
3. Operasi
Jika kondisi radang sendi tidak kunjung membaik atau bahkan memburuk setelah diberi obat dan menjalani fisioterapi, maka dokter mungkin menyarankan untuk dilakukan operasi. Jenis operasi arthritis yang mungkin dilakukan antara lain:
Perbaikan sendi
Pada operasi perbaikan sendi, dokter dapat menghaluskan permukaan tulang sendi dan memperbaiki posisinya, sehingga gesekan antara tulang di sendi tidak lagi memicu rasa nyeri dan meningkatkan fungsi sendi. Untuk melakukan operasi ini, dokter dapat menggunakan metode arthroscopy, dimana hanya dibutuhkan sayatan kecil pada sendi.
Penggantian sendi (arthroplasty)
Operasi penggantian sendi menjadi pilihan jika telah terjadi kerusakan sendi parah atau nyeri kronis yang tidak kunjung membaik. Dokter akan mengangkat sendi yang rusak dan menggantinya dengan sendi buatan. Jenis operasi ini biasanya dilakukan di lutut atau pinggul.
Penggabungan sendi (arthrodesis)
Jenis operasi ini biasanya dipilih untuk pengobatan sendi berukuran kecil, seperti di pergelangan tangan dan kaki serta jari. Dokter akan mengambil ujung-ujung tulang pada sendi tersebut dan menyatukan keduanya hingga akhirnya bisa menyatu menjadi satu tulang yang kaku.
Segera periksakan ke dokter jika mengalami gejala rasa nyeri, pembengkakan atau kekakuan pada area sendi manapun di tubuh Anda. Kunjungiorthopedic and movement center di rumah sakit Mandaya untuk mendapatkan pemeriksaan menyeluruh dari skrining awal hingga pengobatan arthritis Anda.
Aritmia adalah kelainan pada irama jantung. Kondisi ini bisa menyebabkan detak jantung terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan.
Aritmia bisa cukup berat ataupun ringan sampai beberapa orang mungkin tidak menyadari gejalanya.
Namun, kondisi ini mungkin saja menyebabkan masalah kesehatan fatal lainnya, seperti stroke hingga henti jantung. Itu sebabnya, memahami gejala dan penanganannya sangat penting dilakukan.
Apa itu aritmia?
Aritmia adalah gangguan irama jantung yang membuat detak jantung penderitanya terlalu lambat, terlalu cepat, ataupun tidak beraturan.
Normalnya, jantung orang dewasa berdetak sebanyak 60-100 detak per menit. Di luar rentang ini, seseorang bisa dibilang mengalami aritmia.
Meski demikian, dalam beberapa kondisi, sangat normal untuk memiliki detak jantung yang terlalu cepat, misalkan habis berolahraga berat. Bahkan, detak jantung yang terlewat sesekali juga masih dianggap normal.
Anda perlu waspada jika gangguan detak jantung ini terjadi secara berulang bahkan saat beristirahat. Ini bisa menjadi tanda bahwa jantung Anda tidak dapat memompa darah sebagaimana mestinya.
Secara umum, terdapat dua jenis aritmia yang dibedakan berdasarkan cepat lambatnya jantung berdetak, yaitu takikardia dan bradikardia.
Takikardia
Takikardia adalah kondisi saat jantung berdetak terlalu cepat, yakni di atas 100 detak per menit. Beberapa jenis takikardia, antara lain:
Atrial fibrilasi (AFib)
Atrial flutter
Takikardia supraventrikular
Ventrikular fibrilasi (VFib)
Takikardia ventrikular
Bradikardia
Bradikardia adalah kondisi saat detak jantung berdetak terlalu lambat, yakni di bawah 60 detak per menit. Beberapa jenis bradikardia, antara lain:
Sick sinus syndrome
Conduction block
Gejala aritmia
Aritmia tidak selalu menimbulkan gejala. Anda mungkin baru tahu memiliki aritmia secara tidak sengaja saat sedang melakukan pemeriksaan kesehatan untuk keperluan lain.
Aritmia disebabkan oleh aktivitas sinyal listrik di dalam jantung yang tidak bekerja sebagaimana mestinya. Akibatnya, detak jantung jadi tidak teratur.
Selain itu, masalah pada pembuluh darah dan katup jantung juga dapat menyebabkan aritmia.
Berikut adalah beberapa hal yang menyebabkan aritmia:
Penyakit arteri koroner
Kerusakan jaringan jantung
Tekanan darah tinggi
Otot jantung melemah (kardiomiopati)
Masalah katup jantung
Diabetes
Ketidakseimbangan elektrolit
Pernah mengalami serangan jantung sebelumnya
Sedang dalam pemulihan usai operasi jantung
Sleep apnea
Konsumsi obat-obatan tertentu
Diagnosis
Ada beberapa prosedur pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi aritmia, antara lain:
Elektrokardiogram (EKG) untuk memeriksa aktivitas listrik di jantung
Holter monitor. Alat EKG portabel yang dipakai seharian atau lebih untuk melihat detak jantung saat beraktivitas.
Ekokardiogram (Echo/USG jantung) untuk melihat gambaran jantung dengan gelombang suara.
Stress test atau tes treadmill untuk memeriksa apakah aritmia terjadi akibat olahraga atau bukan
Tilt table test (tes meja miring) untuk melihat respons jantung dan sistem saraf terhadap perubahan posisi.
Kateterisasi jantung untuk melihat kondisi pembuluh darah jantung.
Pengobatan aritmia tergantung dari jenisnya, apakah terlalu cepat atau terlalu lambat.
Biasanya, dokter akan menganjurkan beberapa pilihan pengobatan hanya jika aritmia menyebabkan gejala tertentu atau membuat Anda berisiko lebih tinggi terhadap masalah kesehatan serius lainnya.
Pada awalnya, dokter mungkin akan merekomendasikan pemberian obat-obatan. Apabila pengobatan tidak membuahkan hasil, dokter dapat menganjurkan beberapa prosedur medis.
Berikut ini adalah beberapa prosedur pengobatan aritmia:
1. Ablasi kateter
Apabila aritmia yang Anda alami mengancam kondisi kesehatan, dokter mungkin menganjurkan untuk melakukan ablasi kateter.
Ablasi kateter adalah prosedur memasukkan satu atau beberapa kateter (selang tipis) ke dalam pembuluh darah di jantung. Sensor yang berada di ujung kateter akan menggunakan energi panas ataupun dingin untuk membuat jaringan parut.
Jaringan parut inilah yang akan menghalangi sinyal listrik yang menyebabkan detaknya tidak beraturan dan mengembalikan detak jantung.
2. Pemasangan alat pacu jantung (pacemaker)
Apabila detak jantung lambat (bradikardia) tidak dapat diobati dengan berbagai pengobatan lainnya, dokter spesialis jantung akan merekomendasikan pemasangan alat pacu jantung.
Alat pacu jantung (pacemaker) adalah alat kecil yang diletakkan di jantung untuk mengontrol detak jantung.
Alat ini akan mengirimkan impuls listrik ke otot jantung untuk mencegah detak jantung terlalu lambat.
Alat ini diletakkan di bawah kulit di dekat tulang selangka. ICD nantinya akan mengecek detak jantung Anda secara berkelanjutan, kemudian mengirimkan kejut listrik dengan intensitas rendah atau tinggi untuk mengembalikan detak jantung.
Dokter biasanya merekomendasikan pengobatan ini jika Anda berisiko tinggi atau mengalami gangguan detak jantung di ruang bawah jantung, seperti takikardia ventrikular atau ventrikular fibrilasi.
4. Kardioversi
Kardioversi dilakukan dengan menempatkan elektroda ke dada untuk memberikan kejut listrik dan mengembalikan detak jantung.
Biasanya, prosedur ini dilakukan apabila obat-obatan dan manuver vagal tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Orang yang mengalami aritmia jenis atrial fibrilasi biasanya lebih direkomendasikan melakukan prosedur ini.
5. Operasi bypass jantung
Apabila penyakit arteri koroner adalah penyebab Anda mengalami aritmia, dokter mungkin saja merekomendasikan operasi bypass jantung.
Operasi bypass jantung dilakukan dengan membuat saluran baru di dekat pembuluh darah jantung yang tersumbat agar aliran darah kembali lancar.
Selain beberapa pengobatan di atas, dokter juga akan menganjurkan Anda untuk melakukan perubahan gaya hidup. Hal ini untuk mencegah aritmia kembali lagi setelah prosedur tertentu dilakukan.
Aritmia dalam beberapa kasus tidak membutuhkan pengobatan khusus. Dokter hanya akan memantau kondisi Anda agar tidak memburuk.
Sementara, jika kondisinya cukup berat dokter mungkin akan merekomendasikan menjalankan pengobatan khusus. Maka itu, untuk mengetahui jenis perawatan yang tepat untuk kondisi Anda, cobalah berkonsultasi ke dokter spesialis jantung.
General Practitioner, Krida Wacana Christian University
Program for Obstetricians and Gynecologists, University of Indonesia
Courses & Training
Fellowship program on Gynecology Oncology Ultrasonography in Clinica Universidad de Navarra, Pamplona, Spain
Fellowship program on Fetomaternal – Neursonography Ultrasonography in CRIFM Clinical Research Institute of Fetal Medicine Pooh Maternity Clinic, Osaka, Japan
Elective posting program on Fctomatcmal Ultrasonography in Hara pan Kita Mother and Child Hospital, Jakarta, Indonesia
Induksi Ovulasi
Induksi Persalinan
Konsultasi Kehamilan
Konsultasi Laktasi
Konsultasi Program Hamil
Kuret
Melahirkan Normal
Operasi Caesar
Operasi Kehamilan Ektopik
Pemasangan dan Pelepasan IUD
Pemeriksaan Kesuburan
Pemeriksaan TORCH
Suntik KB
Implan KB
Tes Kehamilan
USG 4 Dimensi
USG Kehamilan 2D
USG Kepala Bayi
USG Transvaginal
Vaksin HPV
Lokasi Utama
Mandaya Royal Puri
Jl. Metland Boulevard Lot. C-3 Metland Cyber City Puri, RT.001/RW.002, Parung Jaya, Kec. Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten 15159