Menderita saraf terjepit bukanlah hal yang menyenangkan. Kondisi ini bisa menimbulkan gejala-gejala yang sangat mengganggu, mulai dari nyeri, kebas (mati rasa), hingga kesemutan. Inilah yang dialami oleh seorang pasien berusia 76 tahun asal Toraja, Sulawesi Selatan, selama 19 tahun lamanya sebelum akhirnya bertemu dengan dr. Christian Ariono, Sp.BS, FINSS, FICS, FINPS di RS Mandaya Royal Puri.
Setelah menjalani tindakan arthrospine dengan dr. Christian, keluhan-keluhan yang dialami oleh pasien berangsur membaik. Bahkan, pasien sudah bisa berdiri dan pergi ke toilet sendiri beberapa jam pasca operasi. Penasaran dengan kisah dan perjuangan pasien melawan kondisi saraf terjepit? Berikut ceritanya.
Contents
Pengalaman pasien melawan saraf terjepit sejak 2006
Selama hampir 19 tahun, seorang pasien lansia berusia 76 tahun asal Toraja, Sulawesi Selatan, harus hidup berdampingan dengan nyeri dan ketidaknyamanan akibat saraf terjepit yang dialaminya sejak tahun 2006. Keluhan ini pertama kali muncul saat ia masih bekerja setelah pensiun dari dinas pada tahun 2004.
“Saya pulang kerja sore, jalan tanpa alas kaki. Tiba-tiba kaki terasa kram. Saat menginjak permukaan tajam pun tidak terasa apa-apa,” katanya. .
Setelah diperiksa, dokter mendiagnosisnya mengalami saraf terjepit di bagian L4 dan L5. Ia sempat dirujuk ke rumah sakit untuk menjalani operasi, namun saat itu ia belum siap. “Saya berusaha untuk tidak terlalu merasakan sakitnya. Masih bisa jalan, walau tidak jauh,” lanjutnya.
Seiring waktu, keluhan yang ia tahan selama bertahun-tahun semakin memburuk, terutama setelah ia mengalami stroke ringan pada akhir tahun 2023.
“Tapi setelah terkena stroke ringan pada akhir 2023, saraf terjepit saya semakin parah, setengah mati rasanya, jalan sedikit sudah sakit, berdiri sebentar sudah sakit. Jauh lebih sakit dari sebelumnya. hanya saya paksa jalan terus, saya tidak mau merasakan sakitnya,” tuturnya.
Baca juga: Rekomendasi Dokter Saraf Terjepit di Jakarta dan Tangerang
Selama bertahun-tahun, pasien ini telah mencoba berbagai macam metode pengobatan alternatif seperti refleksi, pijat, hingga terapi dari berbagai tukang urut, dengan biaya yang tidak sedikit. Namun tak satu pun memberikan hasil yang memuaskan.
Awalnya ia juga merasa takut menjalani operasi karena stigma yang berkembang di masyarakat bahwa operasi saraf bisa menyebabkan kelumpuhan. Tapi, pasien tidak percaya begitu saja dengan stigma tersebut. Berkat dukungan anak-anaknya, ia akhirnya bertemu dengan dr. Christian RS Mandaya Royal Puri.
Setelah melihat testimoni pasien lain melalui YouTube, keyakinannya pun tumbuh. Ia memutuskan menjalani tindakan arthrospine, metode bedah saraf minimal invasif yang hanya memerlukan sayatan sekitar 1,5 cm.
Arthrospine adalah operasi saraf terjepit minim sayatan dengan luka sekitar 1,5 cm saja. Dibandingkan operasi konvensional, operasi arthrospine menawarkan beberapa keunggulan, seperti luka sayatan yang kecil, meminimalisir kerusakan jaringan di sekitar area yang dioperasi, dan masa pemulihan yang lebih cepat.
“Masuk ruang operasi jam 8 pagi, ketemu dokter anestesi, dan jam 11 saya sudah kembali ke kamar. Bahkan jam 12 siang, saya sudah bisa jalan sendiri ke toilet,” ceritanya dengan semangat. Yang paling mengejutkan, rasa sakit yang selama ini dialaminya berangsung menghilang.
Pasca operasi, pasien tidak lagi merasa sakit, kram, ataupun sensasi kebas. Untuk berdiri pun sudah kuat. Pengalaman ini menjadi bukti bahwa dengan teknologi medis yang tepat dan tim dokter yang berpengalaman, pasien dengan keluhan saraf terjepit bertahun-tahun pun bisa kembali menikmati hidup bebas nyeri.
Baca juga: 5 Penanganan Saraf Terjepit dengan Metode Minimal Invasif
Jadwal dr. Christian di RS Mandaya Royal Puri
dr. Christian adalah dokter spesialis bedah saraf yang dikenal ahli dalam urusan penanganan saraf terjepit. Selain bisa melakukan operasi arthrospine, dr. Christian juga dapat melakukan terapi plasma nucleoplasty untuk mengatasi saraf terjepit.
Beliau menempuh pendidikan Dokter Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Tidak hanya itu, dr. Christian juga menamatkan pendidikan Residency Department of Neurosurgery at Faculty of Medicine, Universitas Padjajaran.
Ada banyak kursus, pelatihan, dan seminar yang telah diikuti oleh dr. Christian, seperti:
- The 4 Aesculap Academy & Padjadjaran University Skulibase Cadaver Dissection Resident Course & Cerebrovascular Microanastomosis Course. Bandung, Indonesia. 2019
- Trigeminal Neuralgia International Awareness Day Symposium, Jakarta, Indonesia. 2019
- 23 Annual Scientific Meeting of Indonesian Society of Neurological Surgeon in conjunction with WFNS Educational Course, Yogyakarta, Indonesia. 2019
- Bandung International Society of Pediatric Neurosurgeon Course 2019, Bandung, Indonesia. 2019
- 15th Asian Australasian Advanced Course of Pediatric Neurosurgery, Mito, Japan. 2018
- Pediatric Neurosurgery Symposium 2017, NUH, Singapore. 2017
- 2 ISPN Educational Course, Kuala Lumpur, Malaysia. 2017
dr. Christian Ariono, Sp.BS, FINSS, FICS, FINPS bisa ditemui di RS Mandaya Royal Puri pada:
- Senin: 08.00 – 16.00 WIB
- Selasa: 08.00 – 12.00 WIB
- Rabu: 08.00 – 16.00 WIB
- Kamis: 08.00 – 16.00 WIB
- Jumat: 08.00 – 16.00 WIB
- Sabtu: 08.00 – 16.00 WIB
Testimoni pasien arthrospine di RS Mandaya Royal Puri
Punya pertanyaan seputar saraf terjepit? Atau Anda ingin melakukan operasi arthrospine dengan dr. Christian? Jangan ragu untuk mengunjungi RS Mandaya Royal Puri.
Untuk mempermudah kunjungan Anda, gunakan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.