Dispraksia adalah gangguan perkembangan otak dan koordinasi yang menyebabkan anak mengalami dalam kemampuan gerak dan koordinasi. Kondisi ini juga dikenal dengan developmental coordination disorder (DCD). Dengan terapi yang tepat seperti terapi okupasi, anak-anak dapat melakukan tugas sehari-hari dengan lebih baik.
Apa Itu Dispraksia?
Dispraksia adalah suatu gangguan yang memengaruhi koordinasi dan kemampuan gerak anak. Anak yang mengalami dispraksia umumnya akan kesulitan dalam koordinasi tubuh, seperti mengendarai sepeda atau berolahraga.
Selain itu, dispraksia juga dapat menyebabkan gangguan motorik anak, sehingga memengaruhi kemampuannya dalam menulis, mengambil barang, ataupun mengancing baju. Meski termasuk sebagai salah satu gangguan belajar, kondisi ini tidak memengaruhi kecerdasan anak Anda.
Gejala Dispraksia
Dispraksia biasanya dapat muncul sejak usia awal ataupun masuk usia sekolah. Gangguan pada motorik kasar dan motorik halus membuat anak yang mengalami dispraksia sering kali bersifat kikuk dan menabrak benda atau orang. Gejalanya pertamanya bisa muncul pada usia awal anak (di bawah 1 tahun) ataupun saat anak mencapai usia balita dan siap sekolah.
Beberapa tanda anak mungkin mengalami dispraksia, yaitu:
- Bayi terlambat merangkak atau berjalan
- Kesulitan bermain dengan mainan yang membutuhkan koordinasi, seperti menyusun gelas
- Kesulitan makan dengan sendok dan garpu
- Sulit memakai baju sendiri dan mengancing
- Kesulitan menggenggam pensil dan menulis
- Lambat dalam mempelajari keterampilan baru dan mengingat informasi
- Masalah keseimbangan saat berjalan
- Tampak gelisah, sering menggoyangkan tangan atau kaki
Walau memiliki gangguan koordinasi, dispraksia tidaklah sama dengan cerebral palsy yang juga memengaruhi kemampuan motorik anak.
Penyebab
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan kondisi ini. Namun, para ahli menduga dispraksia terjadi karena adanya gangguan pada hubungan antar-saraf di otak. Kondisi ini dikaitkan erat dengan masalah genetik.
Artinya, anak yang mengalami dispraksia biasanya memiliki orang tua atau keluarga dengan kondisi serupa.
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak mengalami dispraksia, yaitu:
- Anak lahir prematur, sebelum usia kehamilan 37 minggu
- Bayi lahir dengan berat badan rendah
- Memiliki riwayat dispraksia dalam keluarga
- Ibu mengonsumsi alkohol dan narkoba saat hamil
Diagnosis
Untuk mendiagnosis dispraksia, Anda mungkin perlu menemui beberapa jenis dokter, seperti dokter spesialis anak, dokter spesialis anak konsultan saraf, terapi okupasi, dan psikologi anak.
Sebab, tidak ada tes kesehatan yang dapat menunjukkan dengan pasti. Pemeriksaan kesehatan mungkin dapat dilakukan untuk mengeliminasi penyebab lain.
Jadi, dokter dan tenaga kesehatan lain akan melakukan beberapa evaluasi, seperti:
- Menilai kemampuan motorik anak sesuai umurnya
- Menilai dampak dari masalah motorik anak pada kegiatan sehari-hari yang dapat ia lakukan
- Melihat gejala yang muncul
- Menilai apakah dengan pengobatan sesuai kondisi, masalah koordinasi akan berkurang
Dispraksia tidak dapat disembuhkan. Namun, beberapa jenis terapi dapat membantu anak Anda lebih mudah dalam menjalankan aktivitas dan kegiatan sehari-hari.
Beberapa jenis terapi yang dapat meningkatkan kemampuan motorik anak, antara lain:
- Terapi okupasi, untuk meningkatkan kemampuan motorik dan melatih kemandirian anak dalam melakukan tugas sehari-hari.
- Cognitive behavioural therapy (CBT), untuk membantu anak untuk mengatasi masalah yang dialaminya dengan mengubah cara berpikir dan bersikap.
- Intervensi berorientasi tugas. Terapi ini dilakukan dengan meminta anak mengenali tugas-tugas yang menyulitkannya dan mencari cara menghadapinya.
Tanpa penanganan yang tepat, masalah koordinasi dan kemampuan motorik anak ini dapat terbawa hingga ia dewasa. Itu sebabnya, segera bawa anak Anda ke dokter untuk menemukan dan merencanakan jenis terapi yang paling tepat untuk membantu meningkatkan kemampuannya.
Apabila anak Anda mengalami kesulitan koordinasi dan melewatkan beberapa milestone sesuai usianya, cobalah konsultasikan ke dokter. Sebab, beberapa kondisi lain yang juga kerap menyertai dispraksia bisa terjadi pada anak Anda.
Anak yang memiliki dispraksia dapat juga memiliki kondisi, seperti:
- ADHD
- Disgrafia (gangguan menulis)
- Autisme
- Masalah kesehatan mental
Anda dapat mengunjungi Children’s Clinic untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak dari berbagai bidang, seperti konsultan saraf, konsultan tumbuh kembang, hingga psikolog anak untuk menemukan solusi terbaik untuk anak Anda.