fbpx

Penyakit jantung koroner

Apa itu penyakit jantung koroner?

Penyakit jantung koroner adalah kondisi yang terjadi ketika arteri jantung tidak dapat mengalirkan cukup darah yang kaya oksigen ke otot jantung, karena adanya penyempitan akibat penumpukan timbunan lemak (plak). Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan penyakit arteri koroner atau penyakit jantung iskemik. 

Arteri koroner bertugas mengalirkan darah ke otot jantung. Jika arteri ini mengalami gangguan atau penyakit yang menyebabkannya tidak mampu mengalirkan oksigen dan nutrisi ke jantung, serangan jantung dan kematian bisa terjadi. 

Gejala penyakit jantung koroner

Gejala utama dari penyakit jantung ini adalah:

  • Nyeri dada (angina)
  • Sesak napas
  • Nyeri di leher, bahu, rahang, atau lengan
  • Merasa ingin pingsan
  • Merasa mual

Tidak semua orang dengan penyakit jantung ini memiliki gajala yang sama. Bahkan, beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala apa pun sebelum penyakit tersebut didiagnosis oleh dokter. 

Penyebab penyakit jantung koroner

Penyakir jantung koroner disebabkan oleh penumpukan lemak, kolesterol, dan zat lain di dalam dan pada dinding arteri jantung. Kondisi ini disebut aterosklerosis, sementara penumpukannya dijuluki plak. 

Plak dapat menyebabkan arteri menyempit, sehingga menghalangi aliran darah. Plak juga dapat pecah, sehingga menyebabkan bekuan darah. 

Beberapa penyebab aterosklerosis dan penyakit jantung koroner adalah:

Diagnosis penyakit jantung koroner

Jika dokter merasa Anda berisiko terkena penyakit jantung koroner, mereka mungkin akan melakukan penilaian risiko. Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan dan keluarga serta gaya hidup Anda, kemudian melakukan tes darah. 

Tes lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis penyakit jantung ini, termasuk:

  • Elektrokardiogram (EKG)
  • Ekokardiogram
  • Rontgen dada
  • Angiogram koroner

Pengobatan penyakit jantung koroner

1. Mengelola faktor risiko

Terdapat beberapa faktor risiko penyakit jantung koroner yang bisa Anda kelola untuk mencegah kemunculannya, seperti berhenti merokok, menelola kadar kolesterol dan gula darah, memperbaiki pola makan, menjaga berat badan ideal, hingga mengelola tekanan darah. 

2. Obat-obatan

Beberapa obat yang bisa diresepkan dokter dalam pengobatan penyakit jantung ini meliputi:

  • Antiplatelet: Obat untuk mengurangi pembekuan darah, seperti aspirin, klopidogrel, tiklopidin, dan prasugrel.
  • Antihiperlipidemia: Obat untuk menurunkan lipid (lemak) dalam darah, terutama kolesterol lipid densitas rendah (LDL). 
  • Antihipertensi: Obat untuk menurunkan tekanan darah. 

3. Angioplasti koroner

Angioplasti koroner menggunakan balon untuk membuat lubang yang lebih besar di pembuluh darah, sehingga meningkatkan aliran darah. Meskipun angioplasti dilakukan di pembuluh darah di bagian tubuh lain, hal ini bisa memungkinkan aliran darah meningkat ke jantung. 

4. Bypass jantung

Bypass jantung sering dilakukan pada orang yang mengalami nyeri dada dan penyakit jantung koroner. Selama operasi, bypass dibuat dengan mencangkokkan sepotong vena di atas dan di bawah area arteri koroner yang tersumbat, sehingga darah bisa mengalir di sekitar penyumbatan. 

Vena biasanya diambil dari kaki, tapi arteri dari dada dan lengan juga dapat digunakkan untuk membuat cangkok bypass. Terkadang, bypass mungkin diperlukan untuk memulihkan aliran darah sepenuhnya ke semua area jantung. 

5. Rotablator

Rotablator adalah alat yang berfungsi untuk mengikis plak keras pada pembuluh darah koroner, terutama pada kasus-kasus penyakit jantung koroner di mana plak sulit diatasi dengan balon atau stent. 

Dengan menggunakan rotablator, dokter bisa membuka sumbatan dan memperbaiki atau memulihkan aliran darah ke jantung. 

Ingin berkonsultasi lebih lanjut tentang penyakit jantung koroner atau kesehatan jantung secara keseluruhan? Langsung saja kunjungi Mandaya Royal Hospital Puri. Rumah sakit kami dilengkapi dengan teknologi medis modern yang bisa menangani berbagai masalah jantung. Anda juga bisa berkonsultasi dan bertemu dengan dokter-dokter spesialis jantung yang berpengalaman. 

Segera buat janji temu dengan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Vertigo

Apa itu vertigo?

Vertigo adalah rasa pusing yang menciptakan sensasi palsu bahwa Anda atau lingkungan sekitar berputar atau bergerak. Kondisi ini dapat terasa mirip dengan motion sickness (mabuk perjalanan), tetapi berbeda dengan pusing. 

Vertigo bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kondisi yang mendasarinya. Ada banyak kondisi medis yang bisa memicunya. 

Vertigo terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

  • Vertigo perifer

Vertigo perifer adalah jenis vertigo yang paling umum. Kondisi ini terjadi akibat masalah pada telinga bagian dalam, atau saraf vestibular, yang mengendalikan keseimbangan. 

  • Vertigo sentral

Vertigo sentral terjadi akibat masalah pada otak. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai macam kondisi medis, seperti stroke, tumor otak, migrain, cedera otak traumatis, infeksi, hingga multiple sclerosis

Gejala vertigo

Gejala vertigo yang utama adalah merasa seolah-seolah kepala atau ruang di sekitarnya bergerak atau berputar. 

Vertigo sendiri adalah sebuah gejala, tetapi dapat menyebabkan atau terjadi bersamaan dengan gejala lainnya, seperti:

  • Masalah keseimbangan
  • Pusing
  • Mabuk perjalanan
  • Mual dan muntah
  • Telinga berdenging (tinitus)
  • Perasaan penuh di telinga
  • Sakit kepala
  • Nistagmus (gerakan mata tak terkendali, biasanya dari satu sisi ke sisi lain)

Penyebab vertigo

Penyebab umum vertigo meliputi:

1. Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)

Ini adalah penyebab vertigo yang paling umum dan menimbulkan sensasi berputar atau bergerak yang intens dan singkat. Kondisi ini dipicu oleh perubahan cepat pada gerakan kepala, seperti dipukul.

2. Infeksi

Infeksi virus pada saraf vestibular, yang disebut neuritis vestibular atau labirinitis, dapat menyebabkan vertigo intens dan konstan.

3. Penyakit Meniere

Ketika cairan berlebih menumpuk di telinga bagian dalam, hasilnya bisa berupa episode vertigo mendadak yang berlangsung selama beberapa jam.

4. Migrain

Vertigo yang dipicu migrain dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam.

5. Cedera kepala atau leher

Vertigo adalah gejala umum yang bisa terjadi setelah cedera traumatis pada kepala atau leher, terutama jika ada kerusakan pada sistem vestibular.

6. Obat-obatan

Obat-obatan tertentu bisa menyebabkan vertigo, bersama dengan gejala lain seperti pusing, kehilangan pendengaran, dan tinitus. 

Diagnosis vertigo

Untuk mencari tahu penyebab vertigo, dokter perlu melakukan diagnosis dengan pemeriksaan fisik, menanyakan tentang hal-hal yang mungkin menyebabkan vertigo, hingga mencatat riwayat medis pasien. 

Berikut beberapa tes yang bisa dilakukan dokter untuk diagnosis vertigo:

  • Tes Romberg: Dokter meminta pasien berdiri dengan lengan di samping tubuh dan merapatkan kaki, kemudian mata dipejamkan. Jika pasien menjadi tidak sabil, ini bisa menandakan masalah pada sistem saraf pusat. 
  • Tes Fukuda-Unterberger: Dokter meminta pasien untuk berjalan di tempat selama 30 detik dengan mata tertutup. Jika pasien berputar ke satu sisi, ini dapat mengindikasikan adanya lesi di labirin telinga bagian dalam, yang dapat menyebabkan vertigo perifer. 

Bergantung pada hasil tes ini dan tes lainnya, dokter mungkin menyarankan CT scan atau MRI kepala untuk memperoleh rincian lebih lanjut. 

Pengobatan vertigo

Berikut sejumlah pengobatan vertigo yang bisa direkomendasikan dokter:

  • Terapi rehabilitasi vestibular

Terapi rehabilitasi vestibular biasanya melibatkan serangkaian latihan untuk memperbaiki gejala vertigo yang umum, seperti pusing, penglihatan tidak stabil, dan masalah keseimbangan. Dokter akan menyesuaikan perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien. 

  • Obat-obatan

Obat vertigo dapat membantu dalam beberapa kasus akut (serangan mendadak dengan durasi pendek). Dokter biasanya merekomendasikan obat mabuk perjalanan (seperti meclizine atau dimenhydrinate) atau antihistamin (seperti cyclizine) untuk meredakan gejala vertigo.

  • Operasi

Jika vertigo disebabkan oleh tumor otak atau cedera leher, mungkin operasi perlu dilakukan. Dokter biasanya hanya menyarankan operasi jika perawatan lain tidak berhasil. 

Ingin berkonsultasi seputar vertigo atau sedang mencari perawatan vertigo yang tepat? Langsung saja datang ke Mandaya Royal Hospital Puri. Klinik Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) kami mempunyai tim dokter spesialis yang siap membantu menangani vertigo yang Anda alami.

Gunakan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Abses otak

Apa itu abses otak?

Abses otak adalah pembengkakan berisi nanah di dalam otak. Kondisi ini biasanya terjadi ketika bakteri atau jamur memasuki jaringan otak setelah infeksi atau cedera kepala parah. 

Ketika infeksi menyerang bagian otak, peradangan terjadi saat tubuh mencoba melawannya. Limbah dari sistem imun yang melawan infeksi (termasuk sel mati, bakteri, atau jamur) terkumpul di area otak. Hasilnya, jaringan bisa tumbuh di sekitar kumpulan limbah (nanah) dan membentuk abses.

Abses dapat membengkak dan menekan otak. Kondisi ini adalah keadaan darurat medis dan bisa mengancam nyawa jika tidak ditangani. 

Gejala abses otak

Gejala dari kondisi ini bisa meliputi:

  • Sakit kepala
  • Perubahan kognitif (kebingungan, kesulitan berpikir, atau memproses informasi)
  • Mati rasa, lemah, atau lumpuh di bagian tubuh
  • Perubahan sensasi
  • Kesulitan berbicara dan berbahasa
  • Perubahan penglihatan
  • Demam
  • Kejang
  • Mual dan muntah
  • Leher kaku

Gejala dapat terjadi tiba-tiba atau berkembang selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Jika Anda mengalami salah satu dari gejala di atas, segera kunjungi rumah sakit segera. 

Penyebab abses otak

Terdapat 3 cara utama kondisi ini bisa terjadi, yaitu:

  • Infeksi di bagian lain tengkorak, seperti infeksi telinga, sinusitis, atau abses gigi, yang dapat menyebar langsung ke otak.
  • Infeksi di bagian tubuh lain, misalnya infeksi yang menyebabkan pneumonia menyebar ke otak melalui darah.
  • Trauma, seperti cedera kepala yang menyebabkan tengkorak retak, sehingga bakteri atau jamur dapat masuk ke otak.

Selain itu, berikut adalah beberapa faktor risiko abses otak:

  • Mengidap kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh
  • Mengidap kanker
  • Mengidap penyakit jantung bawaan
  • Mengonsumsi obat imunosupresan (seperti kortikosteroid atau kemoterapi)

Diagnosis abses otak

Dokter akan mendiagnosis abses otak setelah pemeriksaan dan pengujian neurologis. Pemeriksaan ini akan menunjukkan bahwa pasien mengalami peningkatan tekanan di dalam tengkorak dan akibatnya otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 

Untuk memastikan diagnosis, dokter bisa melakukan beberapa tes, seperti:

  • Tes darah 
  • Tes pencitraan (MRI dan/atau CT scan)
  • Elektroensefalogram (EEG)
  • Biopsi jarum dapat mengidentifikasi penyebab dan jenis infeksi untuk membantu dokter mengobatinya

Pengobatan abses otak

Abses otak adalah keadaan darurat medis yang memerlukan perhatian segera. Pengobatannya meliputi: 

  • Obat-obatan

Dokter bisa memberikan obat antibiotik atau antijamur untuk mengobati abses. Pasien perlu meminum obat antibiotik setidaknya selama 4-8 minggu. Pasien mungkin juga memerlukan pil air (diuretik) untuk mengurangi cairan dalam tubuh, obat antikejang untuk menangani kejang, atau steroid untuk mengurangi pembengkakan. 

  • Operasi

Dokter akan membuka tengkorak untuk mengeluarkan dan mengangkat abses. Dokter akan mengirimkan sampel cairan abses ke laboratorium untuk mencari tahu penyebabnya. Pasien perlu meminum obat antibiotik atau antijamur saat tim laboratorium mengidentifikasi penyebabnya setelah operasi. 

Dokter juga bisa melakukan tindakan awake brain surgery (operasi otak dalam kondisi pasien sadar), khususnya jika abses otak terletak di bagian otak yang mengontrol bicara, gerakan, atau penglihatan. 

Selain itu, dokter pun dapat merekomendasikan operasi Endoscopic Endonasal Transsphenoidal Surgery (EETS), yang merupakan operasi untuk menangani abses otak melalui hidung, tanpa membuka tempurung kepala. 

  • Aspirasi jarum

Tes pencitraan, seperti MRI atau CT scan, membantu dokter untuk mencapai abses di dalam otak. Dokter akan menggunakan jarum untuk menyedot isi abses dan terkadang menyuntikkan obat ke dalam abses untuk mengecilkannya. 

Abses otak bukanlah kondisi yang bisa disepelekan. Jika Anda mengalami gejala-gejala abses otak di atas, segeralah datang ke rumah sakit agar bisa ditangani dengan cepat oleh dokter. 

Punya pertanyaan lain tentang kondisi ini atau otak secara umum? Jangan ragu untuk datang ke Mandaya Royal Hospital Puri. Rumah sakit kami dilengkapi dengan teknologi medis yang modern, serta tim dokter spesialis yang berpengalaman. 

Gunakan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Aneurisma

Apa itu aneurisma?

Aneurisma adalah kondisi medis yang mengacu pada melemahnya dinding arteri sehingga menyebabkan tonjolan di pembuluh darah arteri. Sebagian besar kasus aneurisma tidak menunjukkan gejala dan tidak berbahaya. Namun, pada tahap yang lebih parah, benjolan tersebut  bisa pecah dan menyebabkan perdarahan internal yang mengancam nyawa. 

Aneurisma diklasifikasikan berdasarkan lokasinya di dalam tubuh. Arteri otak dan jantung adalah dua lokasi paling umum dari kasus aneurisma serius. 

Tonjolan akibat aneurisma memiliki dua bentuk utama, yaitu aneurisma fusiform yang menonjol di semua sisi pembuluh darah, dan aneurisma sakular yang menonjol hanya di satu sisi. Risiko pecahnya aneurisma juga tergantung pada ukuran tonjolan. 

Berikut adalah jenis-jenis aneurisma yang patut diwaspadai:

1. Aneurisma otak

Aneurisma pada pembuluh darah otak yang pecah dapat berakibat fatal dalam waktu 24 jam. Sekitar 40 persen kasus aneurisma otak berakibat fatal. Sementara, sekitar 66 persen pasien yang selamat biasanya mengalami gangguan atau kecacatan neurologis. 

Perlu diketahui, aneurisma serebral yang pecah merupakan penyebab paling umum dari jenis stroke yang dikenal sebagai perdarahan subaraknoid (subarachnoid hemorrhage).

2. Aneurisma aorta

Aorta adalah arteri besar yang dimulai di ventrikel kiri jantung dan melewati rongga dada serta perut. Diameter normal aorta adalah antara 2-3 centimeter (cm), tetapi dapat membengkak sampai lebih dari 5 cm akibat aneurisma. 

Aneurisma aorta yang paling umum adalah aneurisma aorta abdominal (AAA). Ini terjadi di bagian aorta yang melewati perut. 

Aneurisma jenis AAA bisa menjadi fatal secara cepat. Pasien yang berhasil selamat dari jenis aneurisma ini memiliki peluang 50 persen untuk bertahan hidup secara keseluruhan setelah dipindahkan ke rumah sakit. 

Jenis aneurisma aorta lainnya adalah aneurisma aorta toraks atau thoracic aortic aneurysm (TAA). Jenis aneurisma ini memengaruhi bagian aorta yang melewati dada. 

3. Aneurisma perifer

Aneurisma perifer adalah jenis aneurisma yang terjadi di arteri perifer. Jenis-jenis aneurisma perifer meliputi:

  • Aneurisma poplitea: Aneurisma ini terjadi di belakang lutut. Ini adalah jenis aneurisma perifer yang paling umum.
  • Aneurisma arteri limpa: Jenis aneurisma ini terjadi di dekat limpa. 
  • Aneurisma arteri mesenterika: Aneurisma ini memengaruhi arteri yang mengangkut darah ke usus. 
  • Aneurisma arteri femoralis: Jenis aneurisma ini memengaruhi arteri femoralis yang berada di dekat selangkangan.
  • Aneurisma arteri karotis: Aneurisma yang terjadi di bagian leher.
  • Aneurisma viseral: Jenis aneurisma yang menyebabkan tonjolan pada arteri yang memasok darah ke usus atau ginjal. 

Aneurisma perifer lebih jarang pecah jika dibandingkan dengan aneurisma aorta. 

Gejala aneurisma

Aneurisma yang terjadi di dekat permukaan tubuh dapat menunjukkan tanda-tanda pembengkakan dan rasa nyeri. Selain itu, massa berukuran besar juga bisa muncul. Gejala aneurisma bisa bervariasi, tergantung di mana lokasinya. 

Gejala aneurisma otak

Gejala dari pecahnya aneurisma serebral atau otak dimulai dengan sakit kepala yang muncul secara tiba-tiba dan menyiksa. Gejala lainnya meliputi:

  • Masalah penglihatan, seperti penglihatan ganda
  • Sensitif terhadap cahaya
  • Mual dan muntah
  • Hilang kesadaran.

Gejala aneurisma aorta

Gejala aneurisma aorta bergantung pada lokasinya. Sebagai contoh, gejala dari aneurisma aorta toraks atau TAA adalah sebagai berikut:

  • Nyeri dada tiba-tiba dan parah
  • Nyeri punggung tiba-tiba
  • Penurunan tekanan darah yang signifikan
  • Mati rasa pada anggota badan.

Sementara, aneurisma aorta perut atau AAA memiliki gejala-gejala yang meliputi:

  • Rasa nyeri tiba-tiba dan parah di perut atau punggung bawah
  • Detak jantung cepat
  • Pusing atau pening
  • Sesak napas
  • Keringat dingin.

Gejala aneurisma perifer

Gejala aneurisma perifer juga bervariasi, tergantung dari jenisnya. Misalnya, gejala aneurisma mesenterika meliputi sakit perut, pingsan, atau merasa kenyang secara cepat setelah makan. 

Sedangkan gejala aneurisma perifer pada kaki di antaranya nyeri kaki yang muncul secara tiba-tiba, kelemahan atau mati rasa pada kaki, hingga jari kaki yang nyeri atau berubah warna. 

Penyebab aneurisma

Penyebab aneurisma belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kemunculan kondisi medis ini, seperti: 

1. Penyakit aterosklerosis

Penyakit aterosklerosis bisa menyebabkan aneurisma aorta. Orang dengan penyakit aterosklerosis memiliki penumpukan plak di arteri mereka. Plak adalah zat keras yang terdiri dari kolesterol, lemak, atau zat lainnya yang bisa merusak arteri dan mencegah darah mengalir dengan bebas. 

2. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) juga dapat memicu aneurisma. Kekuatan darah saat mengalir melalui pembuluh darah diukur dari seberapa besar tekanan yang diberikannya pada dinding arteri. Jika tekanannya meningkat di atas normal, hal ini bisa memperbesar atau melemahkan pembuluh darah. 

Tekanan darah untuk orang dewasa dianggap normal jika berada pada rentang nilai 90/60 mmHg dan 120/80 mmHg. 

3. Faktor risiko lainnya

Jenis aneurisma yang bisa terjadi pada seseorang bergantung pada faktor risiko tertentu. Pria lebih mungkin menderita aneurisma dibandingkan wanita. Orang berusia 65 tahun ke atas juga berisiko lebih tinggi mengidapnya. Faktor-faktor lainnya meliputi:

  • Pola makan tinggi lemak dan kolesterol
  • Riwayat keluarga dengan kondisi jantung, termasuk penyakit jantung dan serangan jantung
  • Merokok
  • Obesitas
  • Kehamilan, yang bisa meningkatkan risiko terjadinya aneurisma limpa. 

Diagnosis aneurisma

Alat diagnostik yang digunakan untuk menemukan kerusakan arteri sering kali bergantung pada lokasi masalah. 

Sebagian besar aneurisma serebral terdiagnosis secara tidak sengaja, misalnya saat prosedur pemindaian otak. Jika ini kasusnya, dokter akan merujuk pasien ke dokter spesialis, seperti ahli bedah kardiotoraks atau vaskular. 

Di samping itu, CT scan dan USG adalah tes pencitraan yang umum digunakan untuk mendiagnosis atau menemukan ketidakteraturan pembuluh darah. CT scan menggunakan sinar-X untuk memeriksa bagian tubuh. Hal ini memungkinkan dokter untuk melihat kondisi pembuluh darah, termasuk penyumbatan, tonjolan, dan titik lemah yang mungkin ada di dalam pembuluh darah. 

Pengobatan aneurisma

Jika dokter menemukan bahwa pasien memiliki aneurisma yang tidak pecah, mereka akan memantau kondisi pasien dengan seksama. Tujuan perawatan adalah untuk mencegah aneurisma agar tidak pecah. 

Tergantung pada jenis, lokasi, dan ukuran aneurisma, perawatan dari kondisi ini dapat mencakup pengobatan atau pembedahan. Dokter bisa memberikan obat untuk meningkatkan aliran darah, menurunkan tekanan darah, atau mengendalikan kolesterol. Perawatan ini dapat membantu memperlambat pertumbuhan aneurisma dan mengurangi tekanan pada dinding arteri. 

Sementara itu, aneurisma berukuran besar yang berisiko pecah mungkin memerlukan pembedahan. Pasien juga memerlukan pembedahan jika aneurisma pecah. Jenis pembedahannya meliputi:

  • Endovascular aneurysm repair (EVAR)

Selama operasi endovaskular, dokter memasukkan kateter (tabung tipis) ke dalam pembuluh darah. Melalui kateter, dokter bedah memasukkan cangkok (bagian dari tabung khusus) untuk memperkuat atau memperbaiki arteri. 

Untuk aneurisma toraks, prosedur ini disebut thoracic endovascular aneurysm repair (TEVAR). Jika dokter beda harus membuat cangkok dengan bukaan khusus, prosedur yang mungkin direkomendasikan adalah fenestrated endovascular aneurysm repair (FEVAR).

  • Operasi terbuka

Dalam beberapa kasus, dokter bedah dapat melakukan cangkok atau mengangkat aneurisma melalui sayatan (operasi terbuka).

  • Digital subtraction angiography (DSA)

Melalui prosedur digital subtraction angiography (DSA), dokter dapat melakukan penggulungan endovaskular, pemotongan mikrovaskular, dan embolisasi kateter. 

Penggulungan endovaskular menangani aneurisma serebral. Dokter bedah memasukkan beberapa gulungan (spiral kawat platinum) melalui kateter untuk mengemas aneurisma. Ini dapat mengurangi aliran darah ke aneurisma dan menghilangkan risiko pecah. 

Pemotongan mikrovaskular dilakukan untuk mengatasi aneurisma serebral. Dokter bedah menempatkan klip logam di dasar aneurisma untuk memutus suplai darah. 

Sementara, embolisasi kateter memutus suplai darah ke aneurisma. Dokter bedah memasukkan kateter ke dalam arteri yang terdampak, kemudian menggunakan tabung untuk menempatkan obat atau agen embolik yang bisa mencegah perdarahan. 

Apabila Anda memiliki pertanyaan atau ingin berkonsultasi langsung dengan dokter terkait aneurisma, jangan ragu untuk mengunjungi Pusat Tumor Otak dan Aneurisma Mandaya untuk mendapatkan saran medis, pemeriksaan, dan opsi pengobatan terbaik. 

Segera buat janji temu dengan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Kanker ovarium

Apa itu kanker ovarium?

Kanker ovarium adalah kanker yang terjadi ketika sel-sel abnormal di ovarium atau tuba falopi tumbuh dan berkembang biak secara tidak terkendali.

Ovarium adalah bagian dari sistem reproduksi wanita. Organ berbentuk bulat yang seukuran buah kenari ini menghasilkan sel telur selama wanita dalam masa reproduksi. 

Kanker ovarium terbagi dalam beberapa jenis, di antaranya:

  • Kanker ovarium epitelial. Jenis ini adalah yang paling umum dan mencakup beberapa subtipe, termasuk karsinoma serosa dan karsinoma musinosa. 
  • Tumor stroma. Tumor langka ini biasanya didiagnosis pada stadium lebih awal daripada jenis kanker ovarium lainnya.
  • Tumor sel germinal. Kanker ovarium langka ini cenderung terjadi pada wanita yang berusia lebih muda. 

Gejala kanker ovarium

Kanker ovarium bisa berkembang dan menyebar ke seluruh perut sebelum menimbulkan gejala apa pun. Kondisi ini bisa mempersulit deteksi dini. 

Berikut beberapa gejala kanker ovarium yang bisa muncul:

  • Perut kembung atau bengkak
  • Cepat merasa kenyang saat makan
  • Penurunan berat badan
  • Rasa tidak nyaman di area panggul
  • Kelelahan
  • Nyeri punggung
  • Perubahan kebiasaan buang air besar, seperti sembelit
  • Sering buang air kecil

Penyebab kanker ovarium

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa orang memiliki risiko sedikit lebih tinggi untuk mengalaminya. 

Faktor risiko kanker ovarium meliputi:

  • Berusia di atas 60 tahun
  • Obesitas
  • Riwayat keluarga kanker ovarium atau mewarisi mutasi gen (BRCA1 atau BRCA2) atau sindrom Lynch
  • Tidak pernah hamil atau memiliki anak di kemudian hari
  • Endometriosis

Risiko terkena kanker ovarium juga meningkat seiring bertambahnya usia. 

Diagnosis kanker ovarium

Jika dokter mencurigai adanya kanker ovarium pada tubuh pasien, mereka akan menanyakan gejala-gejala yang dialami dan melakukan pemeriksaan panggul. Selama pemeriksaan, dokter akan memeriksa apakah ada pertumbuhan abnormal atau pembesaran organ. 

Selain itu, berikut sejumlah tes yang bisa direkomendasikan dokter untuk mendiagnosis kanker ovarium:

1. Tes pencitraan

2. Tes darah

Tes darah dilakukan untuk mencari zat CA-125. Kadar CA-125 yang tinggi dalam darah bisa menjadi tanda kanker. Namun ketahuilah bahwa kadar CA-125 dapat normal, bahkan ketika ada kanker sekalipun. Selain itu, kadarnya bisa semakin meningkat dalam banyak kondisi medis selain kanker. 

Karena itu, dokter perlu melakukan tes darah yang dikombinasikan dengan tes lain untuk mendiagnosis kanker ovarium. 

3. Evaluasi bedah

Dalam beberapa kasus, dokter bisa mendiagnosis kanker ovarium selama prosedur operasi. 

Biasanya, jika dokter menemukan pertumbuhan abnormal, mereka akan mengangkatnya selama prosedur operasi yang sama. 

4. Laparoskopi

Selama laparoskopi, dokter bedah menempatkan kamera tipis (laparoskop) melalui sayatan kecil yang dibuat di perut pasien. 

Dengan menggunakan teropong sebagai panduan, beserta lubang tambahan untuk menampung instrumen, dokter bedah bisa menilai kanker, melakukan biopsi stadium, dan mengankat tumor ovarium. 

Pengobatan kanker ovarium

  • Operasi

Pengobatan kanker ovarium dengan operasi biasanya melibatkan pengangkatan organ reproduksi dan organ lainnya yang terdampak kanker. Dokter bisa menggunakan laparoskopi (operasi minimal invasif) atau laparotomi (operasi terbuka dengan membuat sayatan di perut). 

  • Kemoterapi

Dokter bisa merekomendasikan kemoterapi sebelum atau setelah operasi. Kemoterapi adalah obat yang dirancang untuk menargetkan dan membunuh sel kanker. Dokter bisa memberikan kemoterapi melalui infus atau oral. 

  • Terapi tertarget

Perawatan kanker ini menggunakan obat untuk mengidentifikasi dan menyerang sel kanker. Terapi ini mengubah cara sel kanker tumbuh dan membelah.

  • Terapi hormon

Beberapa kanker ovarium menggunakan hormon untuk tumbuh. Terapi hormon bisa memblokir hormon, sehingga memperlambat atau menghentikan pertumbuhan kankernya. 

  • Brakiterapi

Brakiterapi adalah radioterapi internal. Itu artinya, sumber radiasi pada brakiterapi ditempatkan langsung di dekat lokasi tumor di dalam tubuh. 

Bentuk sumber radiasinya seperti kapsul berukuran sangat kecil yang dimasukkan ke dalam tubuh menggunakan tabung kecil berbentuk selang. 

Apakah Anda punya pertanyaan lain atau ingin berkonsultasi tentang kanker? Jangan ragu untuk langsung datang ke Pusat Kanker Terpadu Mandaya. Rumah sakit kami dilengkapi dengan teknologi modern yang bisa menangani berbagai jenis kanker, dengan dukungan tim dokter spesialis yang berpengalaman. 

Segera buat janji temu dengan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Kolesistitis

Apa itu kolesistitis?

Kolesistitis adalah radang kantong empedu, yaitu organ kecil berbentuk buah pir yang berada di bawah hati dan menyimpan cairan empedu yang diproduksi oleh hati. Infeksi atau penyumbatan pada kantong empedu atau saluran empedu dapat menyebabkan peradangan, nyeri, dan pembengkakan di bagian dalamnya. 

Jika tidak ditangani, kolesistitis dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti pecahnya kantong empedu, yang berpotensi mengancam nyawa. Pengobatan dari kondisi ini sering kali melibatkan pembedahan untuk mengangkat kantong empedu. 

Gejala kolesistitis

Gejala kolesistitis dapat meliputi:

  • Nyeri hebat di bagian kanan atas atau tengah perut
  • Nyeri yang menjalar ke bahu kanan atau punggung
  • Nyeri di bagian perut saat disentuh
  • Mual
  • Muntah
  • Demam

Gejala-gejala di atas sering kali muncul setelah makan. Jenis makanan berlemak atau mengonsumsi makanan dalam porsi yang besar berisiko menimbulkan gejala-gejalanya. 

Penyebab kolesistitis

Penyebab kolesistitis atau peradangan kantong empedu di antaranya:

  • Batu empedu 

Kolesistitis paling sering disebabkan oleh batu empedu, yaitu partikel keras yang terbentuk di kantong empedu. Batu ini bisa menyumbat saluran yang membawa empedu saat meninggalkan kantong empedu. 

Jika kantong empedu tersumbat, maka cairan empedu bisa menumpuk di dalamnya dan menyebabkan pembengkakan dan iritasi. 

  • Tumor

Tumor dapat menghalangi empedu mengalir keluar dari kantong empedu sebagaimana mestinya. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan empedu yang bisa memicu radang kantong empedu. 

  • Penyumbatan saluran empedu

Penyumbatan saluran empedu bisa mengakibatkan kantong empedu meradang. Selain itu, tertekuknya saluran empedu atau terbentuknya jaringan parut pada saluran empedu juga bisa menyebabkan penyumbatan. 

  • Infeksi

AIDS dan infeksi lain yang disebabkan oleh virus bisa menyebabkan kantong empedu menjadi bengkak dan iritasi. 

  • Penyakit serius

Penyakit yang sangat serius dapat merusak pembuluh darha dan mengurangi aliran darah ke kantong empedu. Kondisi ini bisa memicu peradangan pada kantong empedu. 

Faktor risiko kolesistitis

Seseorang lebih berisiko mengalami radang kantong empedu jika:

  • Berjenis kelamin wanita
  • Sedang hamil
  • Obesitas (berat badan berlebih)
  • Mengidap diabetes
  • Memiliki kadar kolesterol tinggi
  • Mengalami penurunan berat badan yang cepat
  • Berusia lebih dari 40 tahun

Diagnosis kolesistitis

Untuk mendiagnosis kolesistitis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan gejala serta riwayat medis pasien. 

Tes dan prosedur yang digunakan untuk mendiagnosis radang kantong empedu meliputi:

  • Tes darah

Tes ini dapat mencari tanda-tanda infeksi atau masalah kantong empedu lainnya.

  • Tes pencitraan

Tes seperti USG endoskopi, USG abdomen, CT scan, hingga magnetic resonance cholangiopancreatography dapat mengambil gambar kantong empedu dan saluran empedu, sehingga dokter bisa melihat tanda-tanda kolesistitis atau batu di saluran empedu dan kantong empedu.

  • Pemindaian yang memperlihatkan pergerakan empedu

Pemindaian asam iminodiasetat hepatobilier melacak pembuatan dan aliran empedu dari hati ke usus halus. Pemindaian ini melibatkan pemberian warna radioaktif ke dalam tubuh. 

Pewarna tersebut nantinya menempel pada sel-sel yang memproduksi empedu. Selama pemindaian, pewarna dapat terlihat saat mengalir bersama empedu melalui saluran empedu. Ini dapat memperlihatkan adanya penyumbatan.

Pengobatan kolesistitis

Beberapa perawatan dan pengobatan kolesistitis yang bisa direkomendasikan dokter adalah:

  • Berpuasa: Pasien mungkin tidak bisa makan dan minum pada awalnya untuk menghilangkan stres/tekanan pada kantong empedu yang meradang.
  • Cairan melalui infus: Perawatan ini membantu mencegah hilangnya cairan tubuh (dehidrasi).
  • Antibiotik: Pasien mungkin membutuhkan obat antibiotik jika kantong empedu terinfeksi.
  • Obat pereda nyeri: Obat ini bisa membantu mengendalikan nyeri hingga peradangan kantong empedu mereda.
  • Drainase kantong empedu: Terkadang, prosedur drainase kantong empedu (kolesistostomi) bisa menghilangkan infeksi. Dokter mungkin juga menyarankan prosedur ini apabila pasien tidak bisa menjalani operasi pengangkatan kantong empedu.

Batu empedu

Apa itu batu empedu?

Batu empedu adalah endapan cairan pencernaan yang mengeras dan terbentuk di kantong empedu. Kantong empedu adalah organ kecil berbentuk buah pir yang terletak di sisi kanan perut dan tepat di bawah hati. Kantong ini bertugas untuk menampung cairan empedu yang dilepaskan ke usus halus. 

Ukuran batunya bervariasi, mulai dari sekecil butiran pasir hingga sebesar bola golf. Sebagian orang hanya memiliki satu batu, sementara yang lain mungkin memiliki banyak batu pada saat yang bersamaan.

Jika kehadiran batu ini menimbulkan gejala, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi pengangkatan kantong empedu. Sementara batu yang tidak menimbulkan gejala apa pun biasanya tidak memerlukan pengobatan. 

Gejala batu empedu

Batu empedu umumnya tidak bergejala, kecuali jika tersangkut dan menyebabkan penyumbatan. Gejala tersebut meliputi nyeri pada perut bagian atas dan mual-mual. 

Jika penyumbatan akibat batu ini bersifat parah dan berlangsung lama, Anda mungkin juga mengalami gejala-gejala di bawah ini:

  • Berkeringat
  • Demam
  • Denyut jantung cepat
  • Perut bengkak dan nyeri
  • Warna kuning pada kulit dan mata (jaundice)
  • Kencing berwarna gelap dan kotoran berwarna terang.

Penyebab batu empedu

Batu empedu diduga terbentuk karena ketidakseimbangan susunan kimiawi empedu di dalam kantong empedu. 

Dalam kebanyakan kasus, kadar kolesterol yang tinggi dalam empedu juga bisa menyebabkan kemunculan batu ini. 

Anda lebih berisiko mengalami batu empedu jika:

  • Kelebihan berat badan atau obesitas
  • Wanita (terutama jika Anda punya anak)
  • Berusia 40 tahun atau lebih (risiko meningkat seiring bertambahnya usia)

Diagnosis batu empedu

Berikut adalah sejumlah tes dan prosedur yang digunakan untuk mendiagnosis batu empedu serta komplikasinya.

  • USG abdomen

Tes ini adalah yang paling umum digunakan untuk mencari tanda-tanda batu di empedu. USG abdomen melibatkan penggunaan alat transduser yang ditempelkan di area perut. Kemudian, transduser mengirimkan sinyal ke komputer dan menghasilkan gambar yang menunjukkan struktur perut. 

  • USG endoskopi

Prosedur USG endoskopi dapat membantu mengidentifikasi batu-batu kecil yang mungkin tidak terlihat melalui USG abdomen. Selama prosedurnya, dokter memasukkan tabung tipis dan fleksibel (endoskop) melalui mulut dan saluran pencernaan. 

Kemudian, alat transduser dalam tabung menghasilkan gelombang suara yang menciptakan gambar presisi dari jaringan tubuh di sekitarnya. 

  • Tes pencitraan lainnya

Tes tambahan yang mungkin direkomendasikan dokter adalah kolesistografi oral, pemindaian asam iminodiasetat hepatobilier (HIDA), CT scan, kolangiopankreatografi resonansi magnetik (MRCP) atau kolangiopankreatografi retrograd endoskopi (ERCP). Batu empedu yang ditemukan menggunakan ERCP bisa diangkat selama prosedur 

  • Tes darah

Tes darah bisa mengungkap infeksi, penyakit kuning, pankreatitis, atau komplikasi lain yang disebabkan oleh batu empedu. 

Pengobatan batu empedu

Sebagian besar kasus batu empedu yang tak bergejala tidak membutuhkan pengobatan. Namun, jika memang disertai gejala, maka dokter bisa merekomendasikan beberapa tindakan, seperti:

  • Kolesistektomi

Dokter mungkin akan menyarankan pembedahan untuk mengangkat kantong empedu (kolesistektomi), terutama jika batu empedu sering kambuh. Setelah kantong empedu diangkat, empedu mengalir langsung dari hati ke usus halus, alih-alih disimpan di kantong empedu. 

Anda tidak memerlukan kantong empedu untuk hidup, dan pengangkatan kantong empedu tidak memengaruhi kemampuan untuk mencerna makanan. Hanya saja, pengangkatan kantong empedu bisa menyebabkan diare, yang biasanya bersifat sementara. 

  • Obat-obatan

Dokter juga bisa menyarankan obat-obatan untuk melarutkan batu empedu. Namun, mungkin diperkukan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk melarutkannya dengan cara ini, dan batu tersebut kemungkinan akan muncul lagi jika pengobatan dihentikan. 

Punya pertanyaan lain terkait kondisi ini atau masalah saluran pencernaan? Langsung saja datang ke Digestive & Liver Klinik Mandaya untuk mendapatkan saran medis, pemeriksaan, dan opsi pengobatan terbaik dari tim dokter yang berpengalaman. 

Konsultasi dokter

Segera buat janji temu dengan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Inkontinensia urine

Apa itu inkontinensia urine?

Inkontinensia urine adalah kondisi yang ditandai dengan hilangnya kendali atas kandung kemih, sehingga membuat orang yang mengalaminya sering mengompol. Kondisi ini dapat terjadi dengan berbagai tingkat keparahan, mulai dari tidak sengaja mengeluarkan urine saat batuk atau bersin,  hingga munculnya dorongan ingin buang air yang kuat dan secara tiba-tiba sehingga tidak sempat ke toilet tepat waktu.

Gejala inkontinensia urine

Gejala inkontinensia urine yang utama adalah keluarnya urine secara tidak sengaja (mengompol). Kapan dan bagaimana kondisi ini terjadi akan bergantung pada jenis inkontensia urine. 

  • Inkontinensia stres: Kebocoran urine terjadi saat kandung kemih tertekan akibat batuk, bersin, tertawa, berolahraga, atau mengangkat sesuatu yang berat.
  • Inkontinensia urgensi: Anda tiba-tiba merasa sangat ingin buang air kecil, diikuti dengan keluarnya urine secara tidak sadar. Anda mungkin perlu buang air kecil lebih sering, termasuk pada malam hari. 
  • Inkontinensia luapan: Urine sering menetes karena kandung kemih tidak kosong sepenuhnya setelah buang air kecil. 
  • Inkontinensia fungsional: Gangguan fisik atau mental membuat Anda tidak dapat mencapai toilet tepat waktu. Misalnya, jika Anda menderita radang sendi yang parah, Anda mungkin tidak dapat membuka kancing celana dengan cukup cepat. 
  • Inkontinensia campuran: Anda mengalami lebih dari satu jenis inkontinensia urine, paling sering mengacu pada kombinasi inkontinensia stres dan inkontinensia urgensi.

Penyebab inkontinensia urine

Iknontinensia urine memiliki banyak penyebab, tergantung dari jenisnya. Berikut penjelasannya:

  • Inkontinensia stres: Biasanya disebabkan oleh melemahnya atau rusaknya otot-otot yang digunakan untuk mencegah buang air kecil, seperti otot dasar panggul dan sfingter uretra.
  • Inkontinensia urgensi: Umumnya disebabkan oleh aktivitas berlebihan otot detrusor, yang mengendalikan kandung kemih. 
  • Inkontinensia luapan: Sering kali dipicu oleh penyumbatan pada kandung kemih, yang membuatnya tak bisa kosong sepenuhnya. 
  • Inkontinensia total: Bisa disebabkan oleh masalah kandung kemih sejak lahir, cedera tulang belakang, atau lubang kecil seperti terowongan yang dapat terbentuk antara kandung kemih dan area di dekatnya (fistula)

Beberapa hal dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya inkontinensia urine, termasuk:

  • Kehamilan dan persalinan normal
  • Obesitas (berat badan berlebih)
  • Riwayat keluarga yang mengalami inkontinensia
  • Peningkatan usia

Diagnosis inkontinensia urine

Berikut beberapa cara mendiagnosis inkontinensia urine:

  • Buku harian kandung kemih (jurnal): Pasien mencatat seberapa banyak mereka minum, kapan buang air kecil, berapa banyak urine yang diproduksi, dan jumlah terjadinya inkontinensia.
  • Pemeriksaan fisik: Dokter bisa memeriksa vagina dan memeriksa kekuatan otot dasar panggul. Untuk pria, dokter dapat memeriksa rektum untuk menentukan apakah kelenjar prostat membesar. 
  • Urinalisis: Tes dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda infeksi dan kelainan.
  • Tes darah: Tes ini bisa dilakukan untuk menilai fungsi ginjal. 
  • Postvoid residual (PVR): Tes ini menilai berapa banyak urine yang tersisa di kandung kemih setelah buang air kecil.
  • USG panggul: Memberikan gambar dan dapat membantu dokter dalam mendeteksi masalah apa pun. 
  • Tes stres: Pasien akan diminta untuk memberikan tekanan tiba-tiba pada kandung kemih dan dokter memeriksa apakah ada urine yang keluar. 
  • Pemeriksaan urodinamik: Tes ini menentukan seberapa banyak tekanan yang dapat ditahan oleh kandung kemih dan otot sfingter urin.
  • Sistogram: Prosedur sinar-X memberikan gambar kandung kemih.
  • Sistoskopi: Sebuah tabung tipis dengan lensa di ujungnya dimasukkan ke dalam uretra. Dokter dapat melihat adanya kelainan pada saluran kemih.

Pengobatan inkontinensia urine

Awalnya, dokter mungkin menyarankan beberapa tindakan sederhana untuk melihat apakah tindakan-tindakan ini membantu meredakan gejala, seperti:

  • Perubahan gaya hidup

Perubahan gaya hidup, misalnya menurunkan berat badan dan mengurangi kafein serta alkohol dapat disarankan untuk kondisi inkontinensia yang disebabkan karena gaya hidup tidak sehat.

  • Latihan rutin

Latihan rutin dengan latihan dasar panggul maupun latihan kandung kemih dapat dilakukan untuk membantu mengurangi risiko mengompol.

Latihan dasar panggul dapat membantu memperkuat otot dasar panggul, sementara latihan kandung kemih akan mengajarkan Anda cara untuk menunggu lebih lama antara ingin buang air kecil dan mengeluarkan urine.  

  • Pemasangan sfingter urine

Jika berbagai cara di atas tidak kunjung membuahkan hasil positif, dokter bisa merekomendasikan alat sfingter urine buatan. Alat ini bisa disesuaikan dan dipakai untuk mengembalikan proses alami pengendalian urine, hingga mensimulasikan fungsi sfingter normal dengan membuka dan menutup uretra sesuai keinginan pasien

Alat ini diindikasikan untuk pengobatan inkontinensia urine stres pada pria yang disebabkan oleh defisiensi sfingter intrinsik dalam kasus seperti inkontinensia pasca-prostatektomi. 

Sfingter urine dipasang di bagian penis untuk menutup uretra saat tidak buang air kecil, sehingga mencegah ngompol dan kebocoran urine. 

Jika Anda mengidap kondisi inkontinensia urine dan tertarik untuk mencoba alat sfingter buatan, Anda bisa langsung datang ke Mandaya Royal Hospital Puri untuk memasangnya. Rumah sakit kami juga memiliki Pusat Urologi yang siap menangani kasus-kasus seperti inkontensia urine dengan teknologi yang modern dan canggih. 

Gunakan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Usus buntu

Apa itu usus buntu?

Usus buntu, atau apendisitis, adalah kondisi ketika usus buntu meradang. Kondisi ini bisa menyebabkan nyeri akut (tiba-tiba dan hebat) di perut bagian bawah. 

Usus buntu adalah kantong kecil berbentuk tabung, ukurannya sebesar jari, yang menonjol dari ujung kanan bawah usus besar. 

Kotoran (feses) yang bergerak melalui usus besar bisa menyumbat atau menginfeksi usus buntu sehingga menimbulkan peradangan. Peradangan ini menyebabkan usus ini membengkak. Pembengkakan ini berpotensi membuat usus buntu pecah. 

Usus buntu yang pecah adalah keadaan darurat medis. Kondisi ini mengakibatkan bakteri dari dalam usus menyebar ke seluruh rongga perut. Infeksi ini (peritonitis) kemudian dapat menyebar ke aliran darah, lalu bisa mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa (sepsis). Karena risiko ini, dokter sering kali merekomendasikan operasi pengangkatan usus buntu (apendektomi). 

Usus buntu terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  • Usus buntu akut

Usus buntu akut bersifat parah dan bisa terjadi secara tiba-tiba. Kondisi ini paling umum terjadi pada anak-anak dan dewasa berusia 10-30 tahun. Rasa sakitnya cenderung berkembang dan meningkat dengan cepat dalam waktu 24 jam. 

Kondisi ini memerlukan perawatan medis segera. Jika tidak diobati, usus buntu akut bisa mengakibatkan usus buntu pecah sehingga memicu komplikasi yang serius dan bahkan fatal. 

  • Usus buntu kronis

Usus buntu kronis lebih jarang terjadi. Gejalanya biasanya ringan dan bisa menghilang, sebelum muncul lagi dalam waktu beberapa minggu, bulan, atau bahkan tahun. 

Jenis usus buntu ini sulit diidentifikasi dan sering kali tidak terdiagnosis hingga berkembang menjadi apendisitis akut. 

Gejala usus buntu

Gejala apendisitis yang paling umum adalah nyeri perut di bagian dekat pusar. Rasa sakitnya kemudian menjalar ke bawah dan ke kanan.

Rasa nyeri dari apendisitis dapat:

  • Tiba-tiba muncul dan membangunkan seseorang saat tidur
  • Memburuk saat bergerak, batuk, bersin, atau menarik napas dalam
  • Menjadi parah
  • Memburuk dalam hitungan jam

Gejala usus buntu lainnya meliputi:

  • Perut bengkak
  • Demam
  • Kehilangan nafsu makan
  • Mual
  • Muntah
  • Malaise (lelah dan tidak enak badan)
  • Gejala pada saluran kencing, seperti buang air kecil yang sering dan mendesak

Penyebab

Dalam kebanyakan kasus, penyebab pasti dari apendisitis tidak diketahui. Para ahli percaya bahwa kondisi ini terjadi ketika bagian dari usus buntu tersumbat atau terblokir.

Banyak hal yang berpotensi menyumbat usus buntu, termasuk:

  • Penumpukan feses yang mengeras
  • Folikel limfoid yang membesar
  • Cacing usus
  • Cedera traumatis
  • Tumor

Apendisitis bisa dialami siapa saja. Namun, beberapa orang mungkin lebih berisiko mengalaminya, seperti:

  • Usia: Apendisitis paling sering menyerang remaja dan orang berusia 20-an, tetapi bisa terjadi pada usia berapa pun.
  • Jenis kelamin: Apendisitis lebih umum terjadi pada pria daripada wanita.
  • Riwayat keluarga: Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan usus buntu memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidapnya. 

Diagnosis

Berikut beberapa tes yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis usus buntu:

  • Tes darah untuk memeriksa adanya infeksi
  • MRI, CT scan, atau USG untuk melihat apakah usus buntu meradang
  • Tes urine untuk mengidentifikasi infeksi ginjal atau kandung kemih. 

Pengobatan

Pengobatan usus buntu biasanya dimulai dengan konsumsi obat antibiotik. Dalam beberapa kasus, obat antibiotik saja dianggap sudah cukup untuk mengobati apendisitis dan tidak memerlukan pembedahan. Namun, dalam kebanyakan kasus, dokter bedah harus mengangkat usus buntu melalui operasi apendektomi. 

Untuk mengangkat usus buntu, dokter mungkin menggunakan laparoskopi untuk melakukan operasi minimal invasif. Sementara dalam kasus lain, dokter mungkin harus melakukan operasi terbuka untuk mengangkat usus buntu. 

Jika usus buntu sudah pecah, maka dokter akan membersihkan rongga perut pasien. 

Seperti operasi lainnya, operasi usus buntu memiliki beberapa risiko. Namun, risiko operasi usus buntu lebih kecil daripada risiko radang usus buntu yang tidak diobati. 

Punya pertanyaan lain terkait usus buntu atau masalah pencernaan? Jangan ragu untuk datang ke Digestive & Liver Klinik Mandaya untuk mendapatkan saran medis, pemeriksaan, dan opsi pengobatan terbaik. 

Konsultasi dokter

Segera buat janji temu dengan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

Need Help? Chat with us!
Start a Conversation
Hi! Click one of our members below to chat on WhatsApp
We usually reply in a few minutes