fbpx

Dispraksia

Dispraksia adalah gangguan perkembangan otak dan koordinasi yang menyebabkan anak mengalami dalam kemampuan gerak dan koordinasi. Kondisi ini juga dikenal dengan developmental coordination disorder (DCD). Dengan terapi yang tepat seperti terapi okupasi, anak-anak dapat melakukan tugas sehari-hari dengan lebih baik.

Apa Itu Dispraksia?

Dispraksia adalah suatu gangguan yang memengaruhi koordinasi dan kemampuan gerak anak. Anak yang mengalami dispraksia umumnya akan kesulitan dalam koordinasi tubuh, seperti mengendarai sepeda atau berolahraga.

Selain itu, dispraksia juga dapat menyebabkan gangguan motorik anak, sehingga memengaruhi kemampuannya dalam menulis, mengambil barang, ataupun mengancing baju. Meski termasuk sebagai salah satu gangguan belajar, kondisi ini tidak memengaruhi kecerdasan anak Anda.

Gejala Dispraksia

Dispraksia biasanya dapat muncul sejak usia awal ataupun masuk usia sekolah. Gangguan pada motorik kasar dan motorik halus membuat anak yang mengalami dispraksia sering kali bersifat kikuk dan menabrak benda atau orang. Gejalanya pertamanya bisa muncul pada usia awal anak (di bawah 1 tahun) ataupun saat anak mencapai usia balita dan siap sekolah.

Beberapa tanda anak mungkin mengalami dispraksia, yaitu:

  • Bayi terlambat merangkak atau berjalan
  • Kesulitan bermain dengan mainan yang membutuhkan koordinasi, seperti menyusun gelas
  • Kesulitan makan dengan sendok dan garpu
  • Sulit memakai baju sendiri dan mengancing
  • Kesulitan menggenggam pensil dan menulis
  • Lambat dalam mempelajari keterampilan baru dan mengingat informasi
  • Masalah keseimbangan saat berjalan
  • Tampak gelisah, sering menggoyangkan tangan atau kaki

Walau memiliki gangguan koordinasi, dispraksia tidaklah sama dengan cerebral palsy yang juga memengaruhi kemampuan motorik anak. 

Penyebab

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan kondisi ini. Namun, para ahli menduga dispraksia terjadi karena adanya gangguan pada hubungan antar-saraf di otak. Kondisi ini dikaitkan erat dengan masalah genetik.

Artinya, anak yang mengalami dispraksia biasanya memiliki orang tua atau keluarga dengan kondisi serupa.

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak mengalami dispraksia, yaitu:

  • Anak lahir prematur, sebelum usia kehamilan 37 minggu
  • Bayi lahir dengan berat badan rendah
  • Memiliki riwayat dispraksia dalam keluarga
  • Ibu mengonsumsi alkohol dan narkoba saat hamil

Diagnosis

Untuk mendiagnosis dispraksia, Anda mungkin perlu menemui beberapa jenis dokter, seperti dokter spesialis anak, dokter spesialis anak konsultan saraf, terapi okupasi, dan psikologi anak.

Sebab, tidak ada tes kesehatan yang dapat menunjukkan dengan pasti. Pemeriksaan kesehatan mungkin dapat dilakukan untuk mengeliminasi penyebab lain.

Jadi, dokter dan tenaga kesehatan lain akan melakukan beberapa evaluasi, seperti:

  • Menilai kemampuan motorik anak sesuai umurnya
  • Menilai dampak dari masalah motorik anak pada kegiatan sehari-hari yang dapat ia lakukan
  • Melihat gejala yang muncul
  • Menilai apakah dengan pengobatan sesuai kondisi, masalah koordinasi akan berkurang

Pendidikan :

  • Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University, Manado (2006 – 2013)
  • Department of Internal Medicine, Sam Ratulangi University, Manado (2020 – 2024)
  • Diagnostik & manajemen Hipertensi & komplikasinya.
  • Diagnostik & manajemen Diabetes Melitus berserta komplikasinya (termasuk kaki diabetes, dll).
  • Diagnostik & manajemen sindrom & penyakit metabolik.
  • Diagnostik & Manajemen penyakit sistem pencernaan.
  • Diagnostik & manajemen Hepatitis & komplikasinya.
  • Diagostik & terapi Penyakit Infeksi.
  • Masalah Geriatri (Orang Tua/Lansia)
  • Diagnostik & Manajemen penyakit saluran napas atas & bawah.
  • Diagnostik & Manajemen penyakit sendi (Rematik).
  • USG Abdomen (Diagnostik)

Lokasi Utama

Mandaya Karawang

Jl. Arteri Tol Karawang Barat, Teluk Jambe, Sukamakmur, Telukjambe Timur, Sukamakmur, Kec. Telukjambe Tim., Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41361

Appointment +62267-8643-000

Disleksia

Disleksia adalah gangguan belajar yang membuat seseorang kesulitan memproses bahasa yang tertulis, seperti mengeja, menulis, dan membaca. Hal ini terjadi akibat adanya gangguan pada otak dalam memproses bahasa tertulis.

Kondisi ini paling sering diketahui saat anak masuk usia sekolah dan mulai belajar baca tulis. Meski demikian, kondisi ini sangat bisa ditangani dan tidak memengaruhi kecerdasan anak.

Apa itu Disleksia? 

Disleksia adalah salah satu kondisi yang termasuk ke dalam gangguan belajar. Secara spesifik, disleksia mengacu pada anak yang mengalami kesulitan dalam membaca. Hal ini terjadi karena ada perbedaan cara otak dalam memproses bahasa yang diucapkan dan mengubahnya ke dalam bentuk tulisan.

Itu sebabnya, disleksia biasanya terdeteksi ketika anak masuk usia sekolah atau saat anak mulai belajar membaca.

Kondisi ini tidak bisa disembuhkan. Namun, dengan dukungan emosional dan metode pembelajaran yang tepat, anak yang mengalami disleksia akan dapat membaca dan menulis seperti anak lain kebanyakan.

Gejala Disleksia

Gejala utama disleksia adalah anak yang umumnya kesulitan membaca dan merangkai kata dari tulisan yang dilihatnya.

Berikut ini adalah tanda anak Anda mungkin mengalami disleksia:

  • Kesulitan mengenali huruf atau kata-kata
  • Lambat dalam membaca karena kesulitan mengenali huruf dan kata-kata
  • Kesulitan membentuk kalimat yang kompleks untuk berkomunikasi
  • Sulit memahami dan mengingat sebuah kata atau informasi tertulis, tapi dapat memahami jika diberi tahu secara langsung
  • Kebingungan dalam memahami urutan huruf dalam kata-kata
  • Memiliki ejaan yang buruk dan tidak konsisten
  • Kesulitan mengenali huruf yang punya kemiripan bentuk dan suara, seperti ‘b’ dan ‘d’

Tanda di atas umumnya muncul ketika anak mulai masuk usia sekolah dan belajar membaca. Namun, ada beberapa gejala lain yang bisa Anda waspadai untuk mengenali disleksia pada anak yang belum sekolah, sepetri:

  • Terlambat berbicara
  • Pertambahan kosakata lambat
  • Kesulitan membentuk kata dengan benar, seperti pengucapan yang terbalik
  • Kesulitan mengenali huruf, angka, dan warna
  • Kesulitan mengenali rima

Penyebab Disleksia

Belum diketahui penyebab pasti disleksia. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang anak mengalami disleksia, yaitu::

  • Genetik. Disleksia umum terjadi pada anak yang memiliki riwayat disleksia dalam anggota keluarganya.
  • Perbedaan perkembangan dan fungsi otak. Sebuah studi menunjukkan anak yang mengalami disleksia memiliki perkembangan struktur, fungsi, dan kimia otak yang berbeda.
  • Gangguan perkembangan otak janin. Perkembangan otak yang terganggu saat bayi di dalam kandungan dapat menyebabkan perubahan fungsi dan struktur otak. Ini dapat terjadi karena infeksi atau paparan racun.
  • Lingkungan. Anak yang tumbuh di lingkungan yang kurang materi untuk membaca bisa meningkatkan risiko disleksia. Kurangnya dukungan di sekolah dan di rumah juga bisa menyebabkan kondisi ini.

Diagnosis 

Meskipun disleksia terjadi karena ada perbedaan cara otak dalam memproses informasi tertulis, tidak ada tes yang dapat dengan pasti mendeteksi kondisi ini. Jadi, penilaian yang dilakukan biasanya melakukan evaluasi kemampuan anak dalam membaca.

Beberapa pemeriksaan untuk mengidentifikasi disleksia, antara lain:

  • Membaca dengan lantang kata-kata yang tidak familier
  • Kemampuan berbahasa secara oral
  • Kelancaran membaca dan pemahamannya
  • Mengeja
  • Kosakata
  • Pengenalan kata

Dokter juga mungkin akan melakukan tanya jawab riwayat kesehatan keluarga.

Diabetes Insipidus

Diabetes insipidus adalah kondisi yang menyebabkan cairan tubuh tidak seimbang sehingga membuat produksi urine jadi lebih banyak. Orang yang mengalami diabetes insipidus biasanya akan merasa sering kencing dan sangat haus, mirip dengan gejala diabetes melitus.

Meski begitu, diabetes insipidus dan diabetes melitus adalah dua kondisi yang berbeda dan sama sekali tidak berhubungan walau punya kemiripan nama. Apa yang menyebabkan diabetes insipidus?

Apa itu diabetes insipidus?

Diabetes insipidus adalah kondisi yang menyebabkan Anda sering buang air kecil dan merasa sering haus, sekalipun baru saja minum. Hal ini terjadi karena tubuh memproduksi terlalu banyak urine.

Normalnya, seseorang akan mengeluarkan urine sebanyak 1-3 liter. Akan tetapi, dalam kasus yang berat, orang yang mengalami diabetes insipidus bisa buang air kecil hingga 20 liter setiap harinya.

Walau punya nama yang mirip dan gejala yang sama, diabetes insipidus dan diabetes melitus adalah dua kondisi yang berbeda dan tidak berhubungan.

Perbedaan utama antara penyakit diabetes melitus dan diabetes insipidus adalah penyebab yang mendasarinya. Diabetes melitus sering kali disebabkan oleh masalah hormon insulin, yang berakibat pada naiknya kadar gula darah.

Sementara, diabetes insipidus sering kali disebabkan oleh adanya gangguan hormon antidiuretik. Jadi, mereka sering kali memiliki kadar gula darah yang normal, tapi ginjalnya tidak dapat memproses urine seperti seharusnya.

Meski begitu, diabetes insipidus termasuk kondisi yang jarang terjadi.

Gejala diabetes insipidus

Diabetes insipidus dan diabetes melitus memiliki gejala yang serupa. Gejala paling khas dari diabetes insipidus adalah sering buang air kecil (poliuria) dan sering haus (polidipsia).

Berikut ini adalah beberapa gejala diabetes insipidus yang mungkin terjadi:

  • Sering buang air kecil, setiap 15-20 menit
  • Terbangun pada waktu malam untuk buang air kecil
  • Urine berwarna bening
  • Merasa sangat haus sekalipun baru saja minum
  • Kelelahan
  • Mudah tersinggung
  • Sulit berkonsentrasi
  • Merasa pusing dan keliyengan
  • Mulut, bibir, dan mata terasa kering
  • Mual atau muntah
  • Pingsan 

Untuk anak-anak dan bayi yang belum bisa mengungkapkan, orangtua mungkin bisa kesulitan mengetahui kondisi sang anak. Maka itu, berikut ini beberapa gejala diabetes insipidus pada anak yang bisa orangtua waspadai:

  • Rewel dan sering menangis
  • Popok yang sering basah
  • Mengompol 
  • Merasa sangat haus dan sering menginginkan air dingin
  • Penurunan berat badan tanpa sebab
  • Pertumbuhan terhambat
  • Muntah
  • Demam
  • Sembelit
  • Sakit kepala
  • Masalah tidur
  • Kehilangan nafsu makan

Meski mengompol adalah salah satu tanda gejala diabetes insipidus pada anak, kebanyakan kasus mengompol biasanya tidak menandakan diabetes insipidus.

Penyebab diabetes insipidus

Penyebab utama dari diabetes insipidus adalah adanya gangguan hormon antidiuretik (ADH) atau disebut juga vasopressin. Hal ini dapat terjadi akibat masalah produksi yang terganggu atau cara tubuh merespons hormon antidiuretik.

Normalnya, cairan tubuh akan disaring di ginjal untuk dipisahkan antara limbah dan cairan yang berguna bagi tubuh. Setelah selesai difilter, hormon antidiuretik akan mengembalikan cairan di ginjal kembali ke aliran darah. Proses inilah yang terganggu pada orang pasien diabetes insipidus.

Terdapat beberapa jenis diabetes insipidus yang dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1. Diabetes insipidus sentral

Hormon ADH diproduksi di bagian otak, yaitu hipotalamus. Nantinya, hormon ini akan disimpan di kelenjar pituitari. Adanya kerusakan pada hipotalamus atau kelenjar pituitari akan memengaruhi produksi, penyimpanan, dan pelepasan hormon antidiuretik.

Hal ini kemudian akan memengaruhi cara tubuh dalam memproduksi urine.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan hipotalamus dan kelenjar pituitari, seperti tumor, cedera kepala, penyakit tertentu, atau efek samping operasi kepala.

2. Diabetes insipidus nefrogenik

Orang yang memiliki diabetes insipidus nefrogenik memproduksi hormon antidiuretik yang cukup. Akan tetapi, ginjal tidak dapat merespons sebagaimana mestinya.  

Akibatnya, cairan di ginjal tidak dapat kembali ke aliran darah, malah terbuang lewat urine.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan diabetes insipidus nefrogenik, antara lain:

  • Obat-obatan tertentu
  • Kadar kalium yang rendah dalam darah
  • Kadar kalsium yang terlalu tinggi dalam darah
  • Saluran kencing tersumbat
  • Mutasi genetik yang diturunkan
  • Penyakit ginjal kronis

3. Diabetes insipidus dipsogenik

Diabetes insipidus dipsogenik juga terjadi akibat adanya masalah pada hipotalamus, tapi bukan pada produksi hormon antidiuretik. Masalah terjadi pada pusat pengaturan rasa haus di otak sehingga membuat Anda merasa sangat haus dan minum terus-menerus.

Akibatnya, Anda juga jadi lebih sering buang air kecil. Beberapa penyebabnya, antara lain kerusakan hipotalamus akibat operasi, infeksi, peradangan, tumor, gangguan mental, dan cedera kepala.

4. Diabetes insipidus gestasional

Diabetes insipidus gestasional adalah kondisi yang terjadi selama kehamilan, dan biasanya bersifat sementara. Kondisi ini terjadi ketika plasenta memproduksi terlalu banyak enzim yang memecah hormon antidiuretik.

Faktor risiko diabetes insipidus

Risiko diabetes insipidus akan meningkat pada orang dengan kondisi berikut:

  • Minum obat-obatan tertentu, seperti diuretik
  • Kadar kalsium yang tinggi atau kadar kalium yang rendah dalam darah
  • Pernah mengalami cedera kepala atau operasi otak
  • Punya anggota keluarga yang mengalami diabetes insipidus
  • Pernah mengalami diabetes insipidus pada kehamilan sebelumnya

Diagnosis diabetes insipidus

Untuk mendiagnosis diabetes insipidus, ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan dokter, yaitu:

  • Urinalisis. Bertujuan untuk melihat apakah urine terlalu encer atau pekat. Sekaligus untuk mengetahui apakah sering buang air kecil yang Anda alami disebabkan oleh diabetes melitus atau bukan.
  • Pemeriksaan darah. Untuk melihat kadar mineral dalam darah substansi lain yang mungkin menandakan diabetes insipidus.
  • Tes deprivasi air. Pemeriksaan yang akan meminta Anda untuk tidak mengonsumsi cairan apa pun selama beberapa jam dan melihat jumlah urine yang dihasilkan. Pemeriksaan ini membantu menentukan apakah Anda memiliki diabetes insipidus atau tidak.

Tes hormon antidiuretik. Pemeriksaan ini dilakukan setelah tes deprivasi air. Nantinya, dokter akan memberikan vasopressin (ADH) dosis rendah lewat injeksi untuk melihat respons tubuh terhadap hormon dan menentukan jenis diabetes insipidus

Duchenne Muscular Dystrophy

Duchenne muscular dystrophy atau DMD adalah kelainan genetik yang ditandai dengan kerusakan otot secara yang berkembang secara cepat, membuat otot menjadi lemah. Kondisi ini terjadi saat protein distrofin yang berfungsi untuk menjaga fungsi sel otot, mengalami kerusakan. 

Gejala DMD biasanya muncul saat berusia 2-3 tahun. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Meski begitu, anak perempuan juga bisa terkena.

Kondisi ini termasuk langka. Di Amerika Utara dan Eropa, jumlah pengidap DMD adalah 6:100.000. Di Indonesia, belum terdapat catatan jumlah kasus DMD.

Gejala

Berikut gejala-gejala yang mungkin dialami oleh pengidap Duchenne Muscular Dystrophy:

  • Hilangnya massa otot secara cepat yang dimulai dari area kaki dan pinggul
  • Otot betis mengalami peningkatan ukuran secara tidak normal
  • Sulit naik tangga
  • Kesulitan berjalan dan akan semakin memburuk seiring waktu
  • Sering jatuh
  • Jalannya jinjit
  • Tubuh terasa lemas dan lelah
  • Sesak napas
  • Ada gangguan kognitif dan pembelajaran
  • Gangguan bicara
  • Tulang belakang bengkok (skoliosis)

Penyebab

DMD adalah salah satu jenis dari distrofi otot. Kondisi ini disebabkan oleh mutasi gen yang dalam kondisi normal memberikan instruksi untuk protein dystrophin. Protein ini berperan penting dalam menjaga struktur otot. 

Pada orang dengan DMD, sel otot mengalami kematian (nekrosis). Akibatnya, gejala-gejala seperti di atas terjadi.

Kondisi ini paling sering mempengaruhi anak laki-laki, terutama yang lahir dari ibu yang membawa gen penyakit ini (wanita dengan kelainan gen, tetapi tidak menunjukkan gejala). Peluang terkena DMD bagi anak dengan masalah gen warisan mencapai 50%. Sementara pada anak perempuan yang lahir dari ibu yang memiliki gen DMD memiliki peluang 50% untuk menjadi pembawa. 

Diagnosis 

Untuk mendiagnosis DMD, beberapa pemeriksaan berikut bis dilakukan:

  1. Tes darah kreatin kinase

Otot yang rusak memproduksi kreatin kinase. Jadi jika kadar zat ini meningkat, maka ada indikasi bahwa ada kerusakan otot di tubuh. 

  1. Tes genetik

Tes genetik dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya gen distrofin. 

  1. Biopsi otot

Biopsi otot dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel jaringan otot untuk melihat kerusakan pada struktur otot sebagai tanda DMD.

  1. EKG

EKG atau elektrokardiogram dilakukan karena DMD hampir pasti menimbulkan gangguan juga pada jantung.

Pengobatan

Duchenne Muscular Dystrophy tidak bisa diobati hingga tuntas, namun gejalanya bisa diredakan dengan cara:

  1. Konsumsi obat kortikosteroid

Obat-obatan ini bisa menunda hilangnya kekuatan otot hingga meningkatkan fungsi paru-paru.

  1. Terapi fisik

Terapi fisik utamanya dilakukan untuk mencegah kontraktur atau perlekatan permanen otot, kulit, dan tendon.

  1. Operasi

Pada kasus yang parah, mungkin diperlukan operasi untuk memperbaiki kontraktur atau skoliosis pada tulang belakang.

DMD dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak dan membuatnya kesulitan melakukan kegiatan sehati-hari. Namun, dengan pengobatan yang tepat, gejala-gejala yang dirasakan oleh para pengidap bisa membaik. ​ Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala DMD, penting untuk segera berkonsultasi ke dokter. 

Atur janji temu Anda dengan dokter sekarang juga lewat Chat Whatsapp, halaman Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store. Selain janji temu, Anda juga bisa memantau nomor antrian dan mendapatkan informasi lengkap lainnya di sana.

Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Ibu hamil yang mengalami diabetes gestasional biasanya memiliki kadar gula darah yang normal sebelum kehamilan dan naik saat hamil. Akan tetapi, kadar gula darahnya cenderung akan kembali normal setelah melahirkan.

Apa itu diabetes gestasional?

Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil yang punya diabetes gestasional biasanya punya kadar gula darah yang normal sebelum hamil.

Jika tidak dikendalikan, diabetes gestasional adalah salah satu komplikasi kehamilan yang berdampak pada ibu dan janin. Namun, diabetes pada ibu hamil sangat bisa dikendalikan dengan pola makan bergizi, rutin olahraga, dan pengobatan jika diperlukan.

Selain itu, kadar gula darah pada ibu hamil yang mengalami diabetes biasanya akan kembali setelah sang ibu melahirkan.

Penyebab diabetes gestasional

Tidak seperti diabetes tipe 1 yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin, diabetes gestasional terjadi karena saat hamil, tubuh mengalami perubahan hormon yang cukup signifikan.

Perubahan hormon selama kehamilan inilah yang membuat insulin tidak dapat bekerja secara optimal dan menyebabkan resistensi insulin pada ibu hamil. Resistensi insulin inilah yang akhirnya membuat tubuh tidak dapat mengubah glukosa menjadi energi.

Para ahli belum memahami dengan pasti hal yang menyebabkan seorang wanita mengalami resistensi insulin saat hamil. Akan tetapi, kelebihan berat badan sebelum hamil jadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko ibu hamil mengalami diabetes gestasional.

Berikut ini adalah beberapa hal yang meningkatkan risiko Anda mengalami diabetes saat hamil:

  • Kelebihan berat badan
  • Jarang berolahraga
  • Mengalami prediabetes
  • Pernah mengalami diabetes gestasional di kehamilan sebelumnya
  • Mempunyai PCOS
  • Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
  • Pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,1 kg

Baca juga: Persiapkan Kehamilan Agar Janin Sehat

Gejala diabetes pada ibu hamil

Umumnya, diabetes gestasional tidak menimbulkan gejala apa pun dan terdeteksi saat Anda menjalankan pemeriksaan darah rutin selama masa kehamilan.

Meski demikian, beberapa gejala yang mungkin ibu hamil rasakan jika mengalami diabetes gestasional, antara lain:

  • Sering haus
  • Sering buang air kecil daripada biasanya
  • Mulut kering
  • Kelelahan
  • Pandangan kabur
  • Gatal atau infeksi jamur pada vagina

Diagnosis diabetes pada ibu hamil

Diagnosis diabetes gestasional pada ibu hamil dilakukan dengan melakukan pemeriksaan gula darah. Biasanya, pemeriksaan gula darah ini jadi salah satu pemeriksaan saat kontrol kehamilan pada trimester kedua, yaitu sekitar minggu ke-24 atau 28 kehamilan.

Akan tetapi, jika Anda memiliki risiko diabetes, seperti kelebihan berat badan sebelum hamil atau pernah mengalami diabetes gestasional sebelumnya, dokter mungkin saja akan meminta Anda melakukan pemeriksaan kadar gula darah pada kunjungan awal kehamilan seperti pada minggu kedelapan.

Cara diagnosis diabetes gestasional, yaitu:

1. Gula darah sewaktu

Apabila Anda memiliki gejala diabetes, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan gula darah sewaktu. Apabila hasilnya lebih dari 200 mg/dL atau 11.1 mmol/L, Anda didiagnosis diabetes.

2. Gula darah puasa

Untuk menegakkan diagnosis, dokter juga dapat meminta Anda melakukan tes gula darah puasa. Pemeriksaan ini mewajibkan Anda berpuasa 8-12 jam pada malam hari. 

Pengambilan darah akan dilakukan pada pagi hari. Apabila hasilnya lebih dari 7 mmol/L atau di atas 126 mg/dL, kemungkinan Anda mengalami diabetes gestasional.

Pemeriksaan ini kemudian akan dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) untuk memastikan hasil yang ada.

3. TTGO awal

Usai berpuasa dan diambil darah untuk memeriksa gula darah puasa, Anda akan diberikan 75 gram larutan gula yang harus diminum. Sampel darah Anda akan kembali diambil 1 jam setelahnya.

Bila hasilnya lebih dari 10 mmol/L atau di atas 180 mg/dL, kemungkinan besar Anda mengalami diabetes gestasional.

4. TTGO lanjutan

Dua jam setelah minum larutan gula, sampel darah akan kembali diambil untuk melihat bagaimana tubuh memproses gula darah.

Anda dikatakan memiliki diabetes gestasional jika hasilnya ada di antara 8,5-11 mmol/L atau  153-199 mg/dL.

 

Distrofi Otot

Distrofi otot adalah kelompok penyakit genetik yang mengakibatkan melemahnya otot secara progresif (bertahap). Hal ini terjadi karena adanya gangguan dalam produksi atau fungsi protein yang penting untuk kesehatan otot. 

Seringkali distrofi terjadi pada sekelompok otot tertentu. Namun ada juga kasus di mana kondisi ini dapat memengaruhi otot jantung atau pernapasan sehingga dapat mengancam jiwa.

Seiring waktu, penderita kondisi ini akan mengalami kesulitan beraktivitas akibat melemahnya otot. Sayangnya karena gangguan ini bersifat genetik, sampai saat ini belum ada cara pencegahan yang efektif untuk mengatasinya. 

Penyebab 

Penyebab utama distrofi otot adalah kelainan genetik. Di dalam tubuh manusia terdapat gen yang berfungsi memproduksi protein untuk otot. Saat terjadi kelainan pada gen ini, tubuh tidak memproduksi protein yang diperlukan otot sebagaimana mestinya sehingga menjadi lemah secara bertahap.

Tergantung dari jenisnya, kondisi ini lebih sering muncul pada anak laki-laki. Tetapi beberapa orang juga bisa mengalaminya setelah dewasa.

Gejala 

Saat ini ada beberapa jenis distrofi otot. Masing-masing memiliki gejala yang sedikit berbeda satu dengan yang lainnya. Namun semuanya memiliki gejala umum seperti:

  • Melemahnya otot
  • Kekakuan sendi
  • Kesulitan berjalan
  • Atrofi otot
  • Sering terjatuh

Jenis 

  • Distrofi otot Duchenne

Ini merupakan jenis distrofi otot yang paling sering terjadi. Umumnya dialami oleh anak berusia 3-6 tahun. Kelemahan otot terjadi di bagian pundak dan panggul sehingga menyebabkan anak kesulitan bangun dari posisi telentang. Selain umum, kondisi ini juga terbilang parah karena dapat menyebabkan pembengkakan otot jantung.

  • Distrofi otot Becker

Mirip dengan distrofi otot Duchenne, hanya saja lebih ringan dan progresnya lebih lambat. Biasanya kondisi ini muncul pada usia remaja hingga 20 tahunan

  • Myotonic dystrophy 

Jenis gangguan yang dapat berkembang pada usia berapapun. Biasanya penderita tidak dapat merilekskan otot. Gangguan ini dapat terjadi pada otot wajah.

  • Facioscapulohumeral 

Kondisi ini memengaruhi otot wajah dan pundak.  Dapat berkembang pada masa anak-anak atau dewasa, penyakit ini berkembang lambat dan biasanya tidak mengancam jiwa.

  • Limb-girdle MD 

Limb-girdle muscular dystrophy (MD) adalah sebutan untuk sekolompok penyakit yang menyebabkan otot tangan dan kaki menjadi lemah. Otot yang paling sering terkena adalah yang paling dekat dengan bagian tengah tubuh, terutama bahu, lengan bagian atas, pelvis, dan paha. 

  • Oculopharyngeal 

Distrofi pada otot mata yang disebabkan oleh gangguan genetik. Kondisi ini membuat otot mata menjadi kendur, sehingga kelopaknya sulit terbuka. 

  • Emery-Dreifuss MD 

Gangguan ini mengakibatkan kelemahan pada otot betis yang kemudian dilanjutkan dengan melemahnya otot bahu.

Diagnosis 

Untuk mendiagnosis muscular dystrophy, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:

Penanganan

Kondisi distrofi ini memang tidak dapat disembuhkan. Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan harapan hidup penderitanya. Berikut beberapa penanganan yang bisa dilakukan oleh dokter:

  • Terapi fisik: latihan fisik teratur untuk menjaga kekuatan otot yang tersisa.
  • Terapi okupasi: membantu penderita beradaptasi dengan perubahan fungsionalitas otot.
  • Obat-obatan: penggunaan obat-obatan tertentu dapat membantu mengurangi gejala.
  • Perangkat bantu: penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau penyangga bisa membantu pergerakan.

Kapan Harus ke dokter?

  • Munculnya gejala. Jika Anda mencurigai adanya gejala distrofi otot, atau merasakan  melemahnya otot hingga kesulitan bergerak.
  • Riwayat keluarga. Jika ada riwayat keluarga dengan distrofi otot, ada baiknya segera berkonsultasi untuk mendeteksi kelainan otot sejak dini.
  • Perubahan mendadak: Jika ada perubahan mendadak dalam kemampuan fisik atau mobilitas.

Mengetahui gejala dan jenis distrofi otot penting untuk penanganan yang tepat. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala distrofi otot, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.

Jangan ragu untuk berkonsultasi di Mandaya Royal Hospital. Poli Brain-Spine-Pain kami siap untuk menangani berbagai keluhan otot seperti distrofi otot. Selain itu Mandaya Hospital memiliki layanan rehabilitasi medik untuk membantu pasien mengembalikan fungsi ototnya.

Atur janji temu Anda dengan dokter sekarang juga lewat Chat Whatsapp, halaman Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store. Selain janji temu, Anda juga bisa memantau nomor antrian dan mendapatkan informasi lengkap lainnya di sana.

Need Help? Chat with us!
Start a Conversation
Hi! Click one of our members below to chat on WhatsApp
We usually reply in a few minutes