Ablasi jantung adalah prosedur untuk mengatasi aritmia yang dilakukan dengan cara membuat jaringan parut di jantung menggunakan energi panas. Jaringan parut atau perlukaan ini nantinya akan membantu memblokade sinyal listrik berlebih yang membuat jantung berdetak sangat cepat dan tidak teratur. Saat sinyal listrik yang salah terhambat, jantung akan kembali berdetak dengan normal.
Ablasi jantung di Mandaya Royal Hospital Puri
Ablasi jantung tidak memerlukan operasi besar. Alat cukup dimasukkan pada selang kateter kecil lewat paha lalu diarahkan menuju jantung. Saat sudah mencapai jantung, alat bisa digunakan untuk memberikan perlukaan di bagian jantung sehingga terbentuk jaringan parut yang akan memblokade sinyal listrik berlebih penyebab aritmia.
Prosedur ini tidak memerlukan operasi besar dan hanya dilakukan di bawah pengaruh bius lokal. Setelah selesai, pasien akan diobservasi dan kemudian boleh pulang setelah 1-2 hari, tergantung kondisi. Prosedur ablasi sendiri biasanya berlangsung 2-4 jam.
Mandaya memiliki dua alat ablasi jantung, yaitu 2D dan 3D. Perbedaan keduanya terletak pada pemetaan yang akan terlihat ketika prosedur dilakukan. Berikut perbedaan lebih jelas antara ablasi 2D dan 3D:
- Ablasi 2D menggunakan pemetaan konvensional dengan fluoroskopi
- Ablasi 3D memiliki teknologi pemetaan yang lebih rinci
- Pada ablasi 2D, alat akan memberikan hasil pemetaan jantung sebanyak ratusan atau ribuan titik.
- Pada ablasi 3D, hasil pemetaan akan menghasilkan puluhan ribu titik, sehingga memberikan gambaran jantung yang jauh lebih detail
Baik ablasi 2D maupun 3D sama-sama bisa mengatasi gangguan irama jantung terutama jenis atrial fibrilasi yang jumlah pengidapnya mencapai kurang lebih 3 juta orang di Indonesia.
Dokter spesialis yang mengerjakan ablasi jantung di Mandaya Royal Hospital Puri
Prosedur ablasi jantung di Mandaya dikerjakan oleh dr. Sebastian Andy Manurung, SpJP (K), FIHA, dokter spesialis jantung konsultan aritmia jantung yang masih jarang ada di Indonesia.