Dulu, pengobatan bekuan darah di paru (emboli paru) memerlukan operasi besar dengan membuka dada pasien – prosedur yang berisiko tinggi dengan angka kematian mencapai 30-50%. Kini, berkat perkembangan teknologi medis, dr. Suci Indriani, Sp.JP (K), FIHA di RS Mandaya Royal Puri menghadirkan solusi modern yang jauh lebih aman: prosedur endovaskular yang minimal invasif.

“Kalau dulu dilakukan secara surgical – jadi dibedah, dioperasi – kematiannya itu tinggi banget. Makanya kita mengandalkan secara endovaskular. Endovaskular itu dengan secara perkutan atau dengan kateter,” jelas dr. Suci.
Contents
Pilihan Pengobatan untuk DVT
1. Terapi medikamentosa (obat pengencer darah)
Untuk kasus DVT yang terdeteksi dini dan tidak terlalu berat, pengobatan dengan obat adalah pilihan pertama.
“Secara umum pengobatannya bisa dengan obat saja atau medikamentosa – dengan minum pengencer darah atau disuntikkan pengencer darah,” kata dr. Suci.
Jenis obat pengencer darah:
- Heparin – diberikan melalui suntikan atau infus, bekerja cepat
- Warfarin – tablet yang diminum, membutuhkan beberapa hari untuk bekerja
- DOAC (Direct Oral Anticoagulants) – seperti rivaroxaban, apixaban, dabigatran, edoxaban
Untuk DVT pertama kali tanpa riwayat sebelumnya, pengencer darah biasanya diberikan 3-6 bulan.
“Kalau pasien pertama-tama pertama kali kakinya bengkak, tidak ada sebelumnya, berarti spontan. Biasanya harus jangka panjang kita memberikan obatnya. Tapi kalau pasien memang ada insult operasi dan lain-lainnya tidak ada problem penyakitnya, biasanya setelah 3-6 bulan kalau sudah hilang, stop pengencer darahnya,” jelas dr. Suci.
2. Prosedur kateter (endovaskular)
Untuk DVT yang lebih berat atau luas, dr. Suci menjelaskan berbagai teknik kateter modern:
- Aspirasi (menyedot bekuan darah). “Secara lebih aktif bisa dilakukan dengan banyak teknik – mulai dari teknik aspirasi atau menyedot bekuan darah tersebut,” ujar dr. Suci.
- Menghancurkan lalu menyedot. Teknik kedua adalah menghancurkan bekuan darah terlebih dahulu, kemudian menyedot pecahan-pecahannya.
- Trombolisis dengan kateter. “Yang ketiga dengan memberikan obat trombolitik namanya, obat pengencer darah yang amat sangat kuat trombolitik tapi intra-kateternya di dalam bekuan darah tersebut dibiarkan. Kateternya ditinggalin di sana mungkin 12-24 jam, nanti besok dievaluasi ulang kalau masih banyak bisa dilanjutkan,” jelasnya.
Obat trombolitik seperti alteplase atau streptokinase diberikan secara intravena atau melalui kateter langsung ke bekuan darah untuk memecahkannya dengan cepat.
3. Stocking kompresi
Stocking kompresi khusus menutupi kaki hingga lutut (beberapa sampai paha) dan menciptakan tekanan yang membantu mencegah darah menggenang dan membeku.
“Stocking kompresi juga membantu mengurangi pembengkakan dari DVT dan post-thrombotic syndrome,” tambah dr. Suci.
Pengobatan emboli paru: prosedur canggih tanpa operasi besar
1. Trombektomi Mekanik dengan Aspiration Device
Dr. Suci adalah salah satu dokter yang sudah menguasai prosedur canggih untuk emboli paru yang masih jarang di Indonesia, yaitu trombektomi mekanik arteri pulmonal dengan aspiration device.
“Intinya itu kita menyedot mengaspirasi dari bekuan darah tersebut,” jelas dr. Suci.
Indikasi prosedur ini:
- Pasien dengan bekuan darah banyak melibatkan pembuluh darah cabang-cabang yang besar atau pembuluh darah paru yang utama
- Pasien yang memang ada gangguan hemodinamik (tekanan darah turun, perfusi menurun)
Bagaimana prosedurnya?
Dr. Suci menjelaskan langkah-langkahnya dengan sederhana:
“Caranya, aksesnya dari pembuluh darah paha. Kemudian kita masuk ke pembuluh darah paru. Nanti dari pembuluh darah paru itu disedot. Jadi ada alatnya – seperti kateter yang besar tapi bahkannya punya AI sendiri. Jadi dia bisa nyedot – dia nyedot-nyedot bekuan-bekuan darah tersebut.”
Keunggulan prosedur ini:
- Pasien Tetap Sadar. “Pasiennya juga masih sadar. Jadi pasiennya tidak harus dibius total,” kata dr. Suci.
- Cepat. “Sejam juga tidak ya, sejaman lah dengan persiapan-persiapannya,” jelasnya. Bandingkan dengan operasi besar yang bisa memakan waktu berjam-jam.
- Hasil Langsung Terasa. “Kalau pasiennya apalagi memang ada gangguan hemodinamik, biasanya tensinya akan naik, nadinya akan turun. Jadi akan terjadi perbaikan hemodinamik. Saturasinya yang tadi turun sekarang sudah jadi naik, nadinya turun, tensinya juga naik,” ungkap dr. Suci.
- Risiko Lebih Rendah. Tidak perlu membuka dada seperti operasi surgical embolektomi yang memiliki angka kematian sangat tinggi.
Trombektomi mekanik perkutan adalah prosedur minimal invasif untuk menghilangkan bekuan langsung dari paru, dan semakin menjadi pilihan pertama dalam banyak kasus.
2. Teknologi Lainnya
Dr. Suci juga menjelaskan ada teknologi lain: “Ada lagi teknologinya yang lain dengan bekuan darahnya dipecah dulu dengan gelombang ultrasound kemudian diaspirasi. Jadi macam-macam untuk mengambil trombus tersebut.”
Beberapa sistem yang tersedia termasuk:
- Penumbra Indigo System – sistem penyedotan dengan wire dan balon kecil untuk memposisikan tube
- Ultrasound-assisted thrombolysis – menggunakan gelombang ultrasound untuk memecah bekuan
- Rheolytic thrombectomy – menggunakan jet saline berkecepatan tinggi
“Intinya trombus tersebut harus diambil karena kalau kita mengandalkan tubuh kita sendiri memecahkannya, kalau dia kecil ya okelah. Tapi kalau dia besar banget sampai menyumbat sampai mengganggu, sampai tahun depan juga tidak habis-habis kalau kita mengandalkan obat-obat haja. Jadi kita butuh suatu alat yang bagus untuk menyedot bekuan darah tersebut, menghancurkan kemudian disedot. Jadi udah lebih plong jalannya yang mampet,” jelas dr. Suci.
Pentingnya penanganan tepat waktu
Dr. Suci menekankan bahwa waktu adalah faktor krusial: “Makanya harus datang di dalam waktu yang bagus. Artinya kalau kita sudah terlambat justru… biasanya yang akut itu di bawah 2 minggu. Jadi selama masih 2 minggu ya tapi as soon as possible lah – semakin kita terlambat ya pasti sudah ada gangguan-gangguan di jantungnya sendiri juga, tensinya turun.”
“Tidak jarang kita menemukan pasien yang sudah megap-megap banget, saturasi sudah turun. Kalau kayak gitu mau dilakukan tindakan apapun juga sudah terlambat. Jadi memang jangan sampailah kondisi kita terlambat, langsung rujuk karena tidak semua tempat bisa melakukan tindakan ini,” tambahnya.
Setelah pengobatan: apa yang harus dilakukan?
Setelah prosedur, pasien biasanya:
- Tetap rawat inap untuk observasi dan pemberian obat pengencer darah maintenance
- Menjalani terapi antikoagulasi jangka panjang sesuai indikasi
- Kontrol rutin untuk memantau pemulihan dan mencegah kekambuhan
- Menggunakan stocking kompresi untuk membantu pemulihan dan mencegah komplikasi
- Modifikasi gaya hidup – berjalan teratur, hidrasi cukup, hindari duduk atau berdiri terlalu lama
Bisakah DVT dan emboli paru dicegah?
Dr. Suci menekankan pentingnya pencegahan:
Untuk pasien berisiko tinggi:
- Dokter akan memberikan obat pengencer darah profilaksis
- Menggunakan stocking kompresi
- Mobilisasi dini setelah operasi
Untuk umum:
- Berjalan teratur (idealnya 10.000 langkah per hari)
- Makan lebih sedikit garam
- Tetap terhidrasi dengan baik
- Tidak duduk atau berdiri untuk periode yang lama
- Melakukan latihan kaki/kaki pada perjalanan mobil/pesawat panjang
- Hindari trauma
Saat bepergian:
- Berdiri atau berjalan sesekali di pesawat
- Jika bepergian dengan mobil, berhenti setiap jam untuk berjalan
- Jika tidak bisa berjalan, gerakkan jari kaki ke atas dan ke bawah serta pergelangan kaki memutar
- Pakai stocking kompresi untuk perjalanan lebih dari 3 jam
Dr. Suci mengungkapkan keprihatinannya: “DVT dan PE ini di Indonesia itu under diagnosis. Jadi mungkin sadarnya setelah bengkak kalau udah lama-lama kok setahun tidak hilang-hilang, ternyata udah jadi trombus yang memang udah agak mengeras yang memang sudah tidak bisa diapa-apain.”
“Bahkan kadang-kadang pasien sudah sering-sering bengkak, ternyata lolos dikit-dikit ke paru. Itu namanya lama-lama bikin tekanan di parunya, pulmonary arterinya tinggi. Jadi kronik thromboemboli paru. Itu juga bahaya juga karena pasti jadi sesak mulu,” tambahnya.
Pengobatan DVT dan emboli paru telah mengalami revolusi besar. Prosedur endovaskular modern yang dikuasai oleh dr. Suci Indriani di RS Mandaya Royal Puri menawarkan solusi yang jauh lebih aman dan efektif dibanding operasi besar tempo dulu. Dengan teknologi terkini dan keahlian yang mumpuni, bekuan darah yang mengancam jiwa kini bisa ditangani dengan cepat, aman, dan hasil yang sangat baik.
Yang terpenting adalah deteksi dini dan penanganan cepat. Jangan ragu untuk segera berkonsultasi jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan.
Untuk konsultasi dan prosedur terkini DVT & emboli paru:
Dr. Suci Indriani, Sp.JP (K), FIHA Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Kedokteran Vaskular dan Kardiologi Intervensi RS Mandaya Royal Puri
Dr. Suci menguasai prosedur endovaskular terkini untuk DVT dan emboli paru, termasuk trombektomi mekanik dengan aspiration device – teknologi yang masih jarang tersedia di Indonesia.
dr. Suci Indriani, Sp.JP (K), FIHA bisa ditemui di RS Mandaya Royal Puri pada:
- Senin: 17.00 – 20.00 WIB
- Jumat: 17.00 – 20.00 WIB.
Untuk mempermudah kunjungan Anda, gunakan fitur Chat melalui Whatsapp, Book Appointment, atau aplikasi Care Dokter yang bisa di-download di Google Play dan App Store untuk mempermudah kunjungan, melihat nomor antrian, dan mendapatkan informasi lengkap lainnya.

